Quantcast
Channel: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Viewing all 3507 articles
Browse latest View live

SKLN di MK Masih Dianggap Sebagai Konflik

$
0
0

IMG_1019Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki wewenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir, sehingga putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang Undang Dasar 45. Namun, tugas MK dalam hal Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga Negara (SKLN), keputusan yang dihasilkan di MK masih dipandang sebagai konflik, belum sebagai solusi. Selain itu, terdapat hambatan psikologi politik dalam membawa sengketa kewenangan konstitusional ke MK. Hal tersebut diungkapkan Prof. Denny Indrayana, selaku Pakar Hukum UGM dalam Seminar “MK dan Demokrasi : Penataan Lembaga Negara melalui Penyelesaian Sengketa Kewenangan Lembaga Negara di MK” pada Kamis (26/11) bertempat di ruang sidang FH UMY lantai 3 kampus terpadu UMY.

Diungkapkan Denny, keberhasilan peran MK dalam penataan lembaga negara melalui penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara tidak dapat dikur dengan banyak atau sedikitnya kuantitas kasus di MK, melainkan kualitasnya. “Untuk pengadilan di level Mahkamah maka kasus yang masuk untuk diadili merupakan kasus yang derajatnya merupakan constitutional issues. Sehingga, secara kuantitas memang sedikit, karena merupakan last and final effort, tidak ada forum penyelesaian lain,” ungkapnya.

Berdasarkan keputusan No 002/SKLN-IV/2006 terdapat tiga persyaratan dalam SKLN; pertama, pemohon maupun termohon harus merupakan Lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945; Kedua, pemohon harus mempunyai kepentingan langsung dengan kewenangan konstisuional yang dipersengketakan; dan ketiga, harus ada kewenangan konstitusional yang disengketakan oleh pemohon dan termohon, dimana kewenangan konstitusional pemohon diambil alih dan terganggu oleh tindakan termohon. “Ketiga syarat tersebut harus benar-benar dijalankan dengan sebagaimana mestinya oleh MK dalam menangani penyelesaian sengketa kewenangan lembaga negara,” ungkapnya.

Sekedar untuk diketahui bahwasannya SKLN merupakan sengketa kewenangan antara lembaga negara yang subjectum litis, dan objectum litis. Subjectum litis sendiri lebih dikenal sebagai pihak-pihak berpekara atau bersengketa, sedangkan objectum litis merupakan praktek hukum yang dikenal dengan istilah objek perkara atau objek sengketa, dan persoalannya merupakan kewenangan konstitusional (constitutional issues). “Masih banyak yang salah mengartikan dalam penyelesaian SKLN, terutama dalam memilah mana yang merupakan objectum litis dan subjectum litis,” ungkapnya.

Denny berharap, kedepannya MK dalam menyelesaikan SKLN untuk dapat memperluas makna objectum litis, meskipun terdapat persoalan dengan bahasa UUD 1945, yaitu memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar. “Yang harus benar-benar dipahami, bahwasannya dalam mencari cara mengurangi hambatan psikologi, SKLN bukanlah konflik (problem), melainkan solusi (solusion),” tutupnya.

Seperti diketahui bersama bahwa selama ini selain mengadili constitutional issues, Mahkamah Konstitusi juga menangani kasus SKLN seperti keputusan pembubaran partai politik atau sengketa pilkada. Akan tetapi, Denny Indrayana menilai keputusan MK terhadap kasus SKLN dianggap belum demokratis, “perlu adanya perbaikan di dalam tubuh MK dalam penyelesaian SKLN”. Ungkapan ini diperkuat oleh Iwan Satriawan, S.H.,MCL, dosen Fakultas Hukum UMY, yang mengatakan bahwa hakim MK harus memiliki ketegasan, “butuh ketegasan di tubuh Mahkamah Konstitusi saat memutuskan kasus SKLN.”. Menurut Iwan ketidak tegasan hakim Mahkamah Konstitusi ini muncul karena Indonesia masih merupakan negara demokrasi baru. (adam)


Pengumuman Calon Dosen yang Lolos Seleksi Administrasi UMY 2015 [Revisi]

$
0
0

Berdasarkan seleksi administrasi di masing-masing Prodi pada tanggal 23 November 2015, maka dengan ini kami sampaikan pelamar Calon Dosen yang LOLOS ADMINISTRASI sebagai berikut terlampir di link ini, berikut Jadwal Seleksi Calon Dosen UMY 2015.

Mahasiswa UMY Kenalkan Produk Hammock Pada Para Traveler

$
0
0

hammock tenda

Sejumlah mahasiswa UMY yang tergabung sebagai produsen Hammock atau ayunan gantung, mulai mengenalkan produknya pada para traveler dan pecinta alam. Produk yang mereka kenalkan tak lain adalah tenda untuk alam terbuka, yang mereka beri nama Hammock Akiramata. Hammock buatan mahasiswa UMY ini bisa dikatakan cukup berbeda dengan produk hammock sebelumnya. Karena Hammock Akiramata inilah yang menjadi pelopor penggunaan ring sebagai penghubung sekaligus menggantikan penggunaan simpul pada tali hammock.

Nurul Ilmi, mahasiswa HI UMY angkatan 2009, selaku manager project Hammock Akiramata mengatakan, bahwa produknya tersebut akan dikenalkan pada para traveler dan pecinta alam pada acara Family Gathering dan Hammock Camp I. Acara yang akan diselenggarakan pada Sabtu hingga Minggu (28-29/11) ini akan berlokasi di Hutan Pinus Imogiri, dan akan dihadiri oleh 70 peserta yang terdiri dari traveler, pecinta alam dan beberapa perwakilan suplier Akiramata di berbagai daerah di Indonesia.”Tujuan dari acara ini yakni, kami ingin mengenalkan lebih jauh lagi tentang kelebihan dari penggunaan hammock ini kepada masyarakat, khususnya traveler dan pecinta alam. Selain itu, dalam acara ini kami juga akan mengenalkan varian produk terbaru dari Hammock Akiramata,” ujarnya saat diwawancara pada Jum’at (27/11).

Ilmi juga mengungkapkan bahwa penggunaan hammock ini tentunya akan sangat berguna bagi para traveler dan pecinta alam, saat mereka sedang melakukan perjalanan di alam terbuka. “Jika pada umumnya, para traveler dan pecinta alam saat akan melakukan kemah atau perjalanan, mereka akan membawa tenda. Dan hal itu tentunya akan menjadi beban yang cukup berat bagi mereka jika dibawa. Karena itulah, untuk memudahkan mereka dan meringankan beban yang dibawa oleh para traveler dan pecinta alam, kami membuat Hammock Akiramata ini. Inilah yang akan kami kenalkan pada mereka, bahwa sebenarnya ada varian tenda lain yang bisa mereka gunakan tapi tidak memberatkan saat dibawa,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Singgih Ainin Muttaqin, mahasiswa Ekonomi Manajemen UMY angkatan 2008, yang sekaligus pencetus ide dan owner Hammock Akiramata. Menurutnya, penggunaan tenda untuk acara outdoor dinilainya kurang efisien, terutama saat musim hujan dan dari segi berat beban tenda juga demikian. “Sulit untuk memasang pasak tenda saat hujan, selain itu tenda juga rentan basah atau lembab saat hujan. Tak hanya itu, berat sebuat tenda sendiri jika ditimbang itu bisa berkisar antara tiga hingga empat kilogram, itu pun baru yang ukuran small atau medium. Karena itulah, saya memulai ide penggunaan hammock ini untuk aktivitas berkemah,” jelasnya.

Singgih juga memaparkan bahwa kelebihan dari penggunaan hammock ini sendiri selain bisa meminimalisir jumlah beban bawaan saat berkemah, sebuah hammock yang beratnya berkisar 700 gram ini bisa menahan beban hingga 350 kg. “Selain itu, dengan menggunakan hammock yang bisa menggantung ini juga bisa menjadi solusi untuk menghindari resiko basah atau lembab saat hujan, karena kami juga melengkapinya dengan flysheet atau sejenis cover untuk tenda. Kami juga sudah berencana ingin memproduksi gabungan hammock dengan flysheet. Jadi, flysheetnya tidak lagi terpisah dengan hammock,” paparnya.

Kelebihan lain yang dimiliki hammock ini, lanjut Singgih, selain bisa digantung di antara dua tiang atau pohon, juga bisa digantung dengan memakunya di tebing atau bebatuan. “Selain itu, kami juga menggunakan ring untuk menggantikan simpul pada tali hammock. Jadi hammock tersebut tidak hanya diikatkan begitu saja dengan tali. Karena kalau kita mengikat hammock itu dengan tali simpul, maka akan sulit untuk dilepaskan jika beban pada hammock semakin berat. Selain itu, ring tersebut juga memutus aliran air dari tali yang dipasangkan pada pohon. Jadi sekalipun hujan, tetap tidak akan basah. Untuk itulah, kami ingin mengenalkan produk kami ini kepada para traveler dan pecinta alam, agar mereka tidak lagi keberatan saat membawa tenda dan kesusahan dengan tenda saat hujan datang,” imbuhnya.

Singgih juga menyebutkan bahwa Hammock Akiramata ini juga sudah memiliki beberapa varian yang bisa digunakan, seperti hammock yang dilengkapi dengan kelambu untuk edisi musim panas, hammock pollar untuk menggantikan fungsi sleeping bag, dan yang baru akan dirilis adalah hammock tenda yang sudah dilengkapi langsung dengan flysheet.

Adapun pada acara bedah film “Everest” bersama Iwan Kweceng, yang merupakan salah satu dari pendaki 7 Summiters Indonesia, yang akan digelar pada malam Family Gathering, akan dimeriahkan oleh tamu tambahan sebanyak 200 orang. Tamu undangan tersebut berasal dari komunitas Pecinta Alam se-DIY. Selain itu, acara ini juga didukung oleh Eiger, UMY, Jogjakarta Land Rover Community, Planet Adventure, komet Adventure, OBKA, CK Bandana, Jangkar Camp, Top Target, Tim Bantuan Medis, Secangkir Senja dan T-Shirt Pejalan.

Higher Education Possesses Essential Roles to Coin Entrepreneurship Occasions

$
0
0

IMG_1038

University students are now demanded to become entrepreneurs besides being academicians. Higher education has to support the students so that they will become creative, imaginative, and brave to take risk. Most of students’ mindset is that they can work as a staff in a huge company. The higher their education, the greater their prestige and the lower their autonomy as well as their enthusiasm about entrepreneurship. Therefore, higher education possesses essential roles in providing entrepreneurship occasions for the students.

The aforementioned paragraph was conveyed by Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES, DEA as a coordinator of KOPERTIS Region V acting as a speaker of Student Enterpreneurship Training. The training was organized by Student Entrepreneurship Business Incubator (SEBI) of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). It was conducted at A.R. FachruddinA, Floor 5, UMY. 50 private universities in DIY joined the training.

Bambang stated that the number of entrepreneurs in Indonesia is only 0.18% of the number of Indonesians whereas government expects the number can be 25%. “Hence, higher education has vital roles to encourage and foster the number of entrepreneurs in Indonesia. The graduates are supposed to be prepared as job creators instead of job seekers. The small number of entrepreneurs affects on the number of jobs which is not in line with the number of job seekers. We may not be afraid of learning and trying. You have to dare to compete with graduates of elementary school daring to open jobs,” he maintained.

According to Bambang, higher education is a place to create intellectually comprehensive young generation. “Thus, all institutions of higher education have to provide a course of entrepreneurship theoretically and in practice. The entrepreneurship lecturers are the experts on the field, or entrepreneurs can be invited to teach the course. It is one of the ways to provide a chance for students to contribute to create smart and comprehensive young generation,” he argued.

Furthermore, Rector of UMY Prof. Bambang Cipto, M.A. contended that, when graduating, students should become not only job seekers but also job creators. They have to be able to open jobs to reduce the number of unemployment getting increase each year. “Do not think of being civil servants although they gain big salary and become and are guaranteed till retiring. For one reason, we may not become brave to face any challenges. Thus, students have to be more creative and do not think about the prestige.

Besides, Secretary of KOPERTIS Region V Yun Widiati, S.H. maintained that Indonesia has the third greatest number of citizens in this world after Russia and China. “This number may not boomerang on us. We have to take opportunities from the number. For instance, Indonesian people have to improve the education. Hence, in 2025 they are more competent in their productive age.

Yun inserted that there are a lot of challenges which Indonesia people, particularly young generation, have to confront. First, the challenges are free sex and pornography which everyone now can access. Second, aggressiveness and anarchism reign among youths. “The third challenge is radicalism. It may be very harmful since the target is students so that you have to be careful. Do not join peculiar organizations. Consider the organizations as knowledge instead of something to follow,” she advised.

Yun suggested that students become smart and comprehensive since it is essential for the development of nation. “Being smart and comprehensive means that students have good spiritual, critical thinking, creative, balance of emotion and social, as well as kinesthetic. The students have to be able to compete using their skills. You can utilize forums in campus to enhance your abilities,” she said.

Yun informed that KOPERTIS Region V provide a medium for students to learn and start business through Student Entrepreneurship of Rural Development (MAUDESA). MAUDESA is an entrepreneurship program for students. “MAUDESA aims at fostering partnership between private universities and rural areas as the implementation of Three Principles of Higher Education (Tri Dharma perguruan tinggi). The second aim of the MAUDESA is to provide occasions for students having interest and motivation in entrepreneurship. Third, it also points at enhancing performance of small and medium businessmen, cooperative, and groups to grow new business units in village. In 2015, there are 22 groups we coach and we expect that the program can be sustainable,” she wished.

To start the program, all KOPERTIS Region V cooperated with UMY to conduct the Student Entrepreneurship Training with theme of ‘From Campus to Be Young Entrepreneurs’. The schedules of the event were entrepreneurship training, entrepreneurship expo, field trip, and business plan competition. The event also aimed at raising awareness of academicians, encouraging students’ enthusiasm about creating jobs since their study, and foster entrepreneurship atmosphere.

An Economic Lecturer of UMY Joined Disability Management Training in Australia

$
0
0

arni melbourne museum

Being concerned about the disabled and their various welfare issues in Indonesia, particularly Yogyakarta, a lecturer of Economic Faculty (FE) of Universitas Muhammadoyah Yogyakarta (UMY) Dr. Arni Surwani joined a-month training of mental health for the disabled in Melbourne, Australia. “Australia is one of the states that I visited to learn services for the disabled. On 1-30 August, I became the participant of training of International Mental Leadership Program,” she told in an interviewed on Thursday (26/11).

In these recent 12 years, Arni and her two friends established and worked at CIQAL (Center for Improving Qualified Activities in Life of People with Disabilities) in Trihanggo, Gamping, Sleman. “My friends, namely Suryatiningsih and Ibnu Sukaca, established this organization (CIQAL, ed.) in 2002. All of us are the disabled, and I am from UMY,” Arni informed.

She inserted that most of the disabled cannot access adequate education, and only obtains limited training. As the result, it is not surprising that the disabled in Indonesia are hard to get job. “Health of the disabled is commonly susceptible, and almost all of them cannot access health insurance,” she emphasized.

Ani also maintained that health care at puskesmas does not provide what the disabled need like physiotherapy and home care. The environment is also inaccessible and the mobility is limited so that they are hard to go everywhere. “Being active in conducting advocacy and empowerment through this DPO, I had a chance to learn how to care the disable in several countries,” she expressed.

Australian government and public care has developed. They have law to protect and fill rights of the disabled including mentally disorder people. There are three phases to manage them; those are medical management, preparation to public, and management after they back to public.

Arni stated that the training in Melbourne was organized by Ministry of Health (Kemenkes), Ministry of Social of Republic of Indonesia (Kemensos RI), the Global Cultural Mental Health Unit, and School of Population and Global Health University of Melbourne. Kemenkes (especially Directorate of Mental Health) is responsible for implementing law of mental health. The governmental regulation should be applied in the next 12 months. “The regulation will be the main priority of Ministry of Health in the next 12 months. It shows that government commits explicitly to protect human rights of anybody having mental disorder,” she asserted.

Collaboration between Kemenkes and Kemensos to develop public and care-based rehabilitation will be the foremost priority to ensure the implementation of Health Law in line with United Nation-Convention of Human Right of Person with Disabilities (UN-CRPD).

The program aims at enhancing personal capability in Kemnkes and Kemensos to apply the Law of Mental Health signed by President on 2 September 2014 and United Nation-Convention of Human Right of Person with Disabilities (CRPD) ratified by Indonesia in October 2011 (Law No.19/2011).

Arni expected that her training in Australia can become a reference for all stakeholders to provide protection and fulfillment of the disabled people’s rights, particularly mental disorder people. “UMY will launce disability study center next month, and the training obviously supports the establishment of the disability study center at UMY,” she ended.

Students of UMY Promote Hammocks to Travelers

$
0
0

hammock tenda

 A number of students of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) associated in hammock production. They began to promote their product to travelers and nature lovers. Their product was tents so-called ‘Hammock Akiramata’. The hammocks were different from other hammock since the Hammock Akiramata pioneered a ring to connect and substitute the use of noose.

A student of International Relations of UMY of batch 2009 as well as a manager of the Hammock Akiramata Nurul Ilmi informed that the products will be acquainted to travelers and nature lovers in Family Gathering and Hammock Camp I. The event was conducted on Saturday and Sunday (28-29/11) in Pine Forest, Imogiri. There will be 70 participants comprising travelers, nature lovers, and several suppliers of the Hammock Akiramata in various areas in Indonesia. “The event aims at introducing further the strengths of the Hammock Akiramata to public, particularly travelers and nature lovers. It also points at promoting new products of the Hammock Akiramata,” she stated in an interview on Friday (27/11).

Ilmi argued that the use of the hammock will be beneficial for travelers and nature lovers when traveling. “They commonly bring a tent having heavy weight. The Hammock Akiramata attempts to ease them that there are various tend easily to bring,” she told.

Furthermore, a Management student of UMY of batch 2008 as well as the pioneer and the owner of the Hammock Akiramata Singgih Ainin Muttaqin contended that the use of a tent to outdoor events is less efficient, especially when rainy season and due to the weight. “It is hard to put tightening key when raining. A tent is easily wet and humid when raining. A small or medium tent weight is about 3-4 kilograms. Thus, I start the idea to use hammock to having a camp,” he asserted.

Singgih mentioned the advantages of the Hammock Akiramata. It can minimize the weight during camping since it weighs only 700 grams but the capacity is 350 kilograms. “The hammock can become a solution to avoid a wet or humid tent when raining because it is complemented by flysheet or a tent cover. We will also produce the combination between hammock and flysheet. The flysheet will no longer be separated from the hammock,” he informed.

Singgih inserted that, besides the hammock can be hung on two or three trees, it can be hung on mountain side by nailing it. “We also employed ring to replace the noose of the hammock since if the hammock was bound by know, it will be hard to be undone and the load must be heavier. The ring of the hammock will stop the water flow from the rope stuck on the trees. Even though it is raining, it will not be wet. Therefore, we would like to promote this product to travelers and nature lovers so that they will not longer bring a heavy tent and get difficulty when raining,” he added.

Sinngih maintained that the Hammock Akiramata varies like hammock with net for dry season, hammock polar for replacing the use of sleeping bad, and the new hammock for replacing the use of a tend complemented by flysheet.

Additionally, there will be a film review in the event. It will review ‘Everest’ with Iwan Kweceng, a climber of 7 Indonesian summiteers. The family gathering will be enlivened by 200 guests from DIY nature lovers community. The event was also supported by Eiger, UMY, Jogjakarta Land Rover Community, Planet Adventure, Komet Adventure, OBKA, CK Bandana, Jangkar Camp, Top Target, Medical Aid Team, Secangkir Senja, and T-Shirt Pejalan.

Alumni Fakultas Kedokteran UMY Adakan Bakti Sosial dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis

$
0
0

IMG_1165Sebagai bentuk rasa kepedulian dan jiwa pengabdian yang tinggi terhadap masyarakat, alumni Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) khususnya Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menyelenggarakan bakti sosial dan kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat di Desa Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo, Yogyakarta pada Minggu (29/11). Kegiatan tersebut merupakan pilot project pertama yang digagas oleh para alumni FKIK UMY, yang tersebar di seluruh Indonesia, dan diawali di Yogyakarta. Selain itu juga sebagai bentuk tindakan nyata para alumni FKIK UMY untuk terjun langsung pada masyarakat dan bergerak untuk Muhammadiyah. Hal tersebut diungkapkan dr.Widiyanto Danang selaku Ketua Alumni FKIK UMY.

Diungkapkan Danang, tujuan dari diadakannya kegiatan bakti sosial tersebut, selain untuk menjalin silaturrahim antar alumni FKIK UMY, juga sebagai wujud bakti dokter Muhammadiyah terhadap masyarakat yang membutuhkan. Selain itu juga sebagai ajang silaturahim antara alumni dengan Amal Usaha Kesehatan Muhammadiyah dan pengurus Muhammadiyah serta Aisyiyah. “Kegiatan ini merupakan bentuk sumbangsih kami kepada masyarakat dalam bidang kesehatan, dan kami para alumni sudah sepakat akan rutin melakukan kegiatan ini. Jadi baksos kali ini juga merupakan langkah awal bagi alumni-alumni FKIK UMY untuk melakukan kegiatan serupa setiap enam bulan sekali, kami juga sudah mengkoordinasikan kegiatan ini dengan alumni-alumni yang tersebar di seluruh rumah sakit di Indonesia,” ungkapnya.

Ditambahkan Danang, sejauh ini alumni FKIK UMY telah tersebar ke berbagai daerah di Indonesia, dan sebagian telah menjabat sebagai direktur-direktur rumah sakit yang ada di Indonesia, dan harapannya dengan alumni FKIK yang telah tersebar di berbagai daerah tersebut, kegiatan bakti sosial ini dapat dijalankan di masing-masing daerah yang ditempati oleh alumni FKIK UMY. “Saat ini alumni kedokteran UMY telah mencapai 1.500 orang, diharapkan dengan jumlah yang cukup banyak tersebut, alumni dapat menggagas kegiatan serupa di daerahnya masing-masing dan pastinya melalui koordinasi antar alumni,” tambahnya.

Sementara itu, dr Maria Ulfa, salah satu alumni yang mengikuti kegiatan tersebut mengungkapkan, bakti sosial yang diadakan tersebut terdiri dari berbagai kegiatan, seperti pengajian, pemeriksaan dan pengobatan gratis, penyuluhan dan pelatihan hidup bersih dan sehat, memberikan pelatihan mencuci tangan yang baik dan benar bagi anak-anak usia sekolah serta pembagian sembako. “Kegiatan bakti sosial yang kami lakukan tidak hanya sekedar memberikan sembako, melainkan kami juga melakukan edukasi terkait dengan kesehatan kepada masyarakat, khususnya kepada anak-anak dalam hal menjaga kesehatan tangan, dengan melakukan praktek langsung mencuci tangan yang baik dan benar,” ungkapnya.

Kegiatan bakti sosial tersebut tidak hanya dilakukan oleh alumni FKIK UMY saja, melainkan bekerjasama dengan mahasiswa kedokteran UMY aktif, dokter muda, tim medis dan paramedis dari tiga Rumah Sakit, yaitu RS PKU Muhammadiyah Bantul, RS PKU Muhammadiyah Kotagede dan RS PKU Muhammadiyah Nanggulan, yang merupakan amal usaha kesehatan Muhammadiyah, serta turut aktif melibatkan pengurus Muhammadiyah dan Aisyiyah setempat. “Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama alumni dengan berbagai instansi RS milik amal usaha kesehatan Muhammadiyah, dan juga turut melibatkan mahasiswa dan dokter muda UMY, selain itu dalam kegiatan bakti sosial tersebut, panitia tidak saja menyediakan alat pemeriksaan dan pengobatan saja, melainkan juga menyediakan beberapa ambulance yang siap siaga mengantar pasien jika terjadi kasus kedaruratan atau harus merujuk pasien ke rumah sakit,” ungkap Maria. (adam)

UMY Akan Undang Ahli untuk Benahi Fasilitas Ruang Publik di UMY Pasca Hujan Angin

$
0
0

IMG_1145Beberapa waktu yang lalu, hujan disertai angin kencang mengguyur sebagian wilayah Yogyakarta, salah satunya di daerah Bantul. Kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) merupakan salah satu lokasi yang terkena dampak dari hujan deras tersebut, sehingga mengakibatkan beberapa pohon tumbang, dan beberapa fasilitas serta aset kampus mengalami kerusakan. Untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya hujan disertai angin kencang yang akan kembali datang seketika, UMY akan mengundang para ahli untuk memberikan masukan dalam strategi pembangunan fasilitas kampus yang rusak. Hal tersebut diungkapkan Dr. Suryo Pratolo, M.Si, Akt, CA, AAP, selaku wakil rektor II UMY ketika ditemui pada Senin (30/11) dalam kegiatan kerja bakti karyawan UMY pasca hujan deras Sabtu (28/11) lalu.

Diungkapkan Suryo, bangunan dan fasilitas yang rusak pada dasarnya tidak begitu parah dan tidak ada kerugian besar dari segi materil bagi UMY. Namun untuk mencegah terjadinya hujan dan angin besar yang akan kembali datang, butuh adanya pencegahan. “UMY akan mengkonsultasikan kepada para ahli, khususnya pada ahli tanaman dan bangunan guna memberikan masukan untuk pembangunan fasilitas dan inventaris yang telah rusak akibat terpaan hujan dan angin kencang beberapa waktu lalu,” ungkapnya.

Sejauh ini langkah yang telah dilakukan oleh UMY dalam penanganan pasca hujan angin kencang tersebut yaitu melakukan inventaris fasilitas yang rusak. Pendataan tersebut dilakukan agar fasilitas dan bangunan yang tidak begitu parah akan dapat segera diperbaiki dan kembali digunakan seperti sedia kala. “Secepatnya kami akan melakukan perbaikan, terutama pada fasilitas-fasilitas yang tingkat kerusakannya tidak begitu parah, dan fasilitas yang mengalami kerusakan parah pelan-pelan akan kami perbaiki agar dapat segera digunakan kembali,” tambahnya.

Dalam rangka membantu percepatan perbaikan dan fasilitas yang rusak, seluruh karyawan UMY juga terlibat langsung untuk membersihkan lingkungan kampus dalam kegiatan Maklumat Hari Krida UMY. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari bersih-bersih tanaman, lahan parkir, dan pohon-pohon yang tumbang pasca hujan angin, Sabtu lalu. “Kegiatan gotong royong ini sengaja dilakukan agar seluruh karyawan turut terlibat dalam membersihkan kampus, dan kerja bakti ini dilakukan untuk mempercepat perbaikan fasilitas yang rusak,” ungkapnya.

Suryo juga berpesan kepada seluruh mahasiswa dan civitas akademika UMY agar berhati-hati dan menjaga diri dalam berkendaraan dan beraktifitas, karena dalam beberapa waktu ini Yogyakarta sedang dilanda hujan dan angin kencang. “Alhamdulillah pasca hujan dan angin kencang lalu sejauh ini tidak ada laporan terkait mahasiswa dan civitas akademika yang menjadi korban, saya berpesan kepada mahasiswa dan civitas akademika untuk berhati-hati dalam berkendara dan beraktifitas, karena hujan dan angin kencang yang terjadi bisa datang kapan saja tanpa dapat diprediksi sebelumnya, “ pesannya. (adam)


PKBH – FH UMY Kenalkan Profesi Hukum Pada Mahasiswa Hukum

$
0
0

IMG_1157Sebagai bentuk program kerja Pusat Konsultasi dan Bantuan Hukum (PKBH) yang berada di bawah naungan Fakultas Hukum (FH) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), untuk pertama kalinya mengadakan seminar tentang pengenalan profesi hukum bagi mahasiswa FH UMY. Kegiatan non dedikasi Pengenalan Profesi Hukum tersebut perlu dikenalkan kepada para mahasiswa yang mengambil fakultas hukum. Selain itu pengadaan seminar tersebut bertujuan agar para mahasiswa hukum yakin dengan pilihannya dan melahirkan profesi yang berdedikasi tinggi dan dapat bergabung dengan PKBH FH UMY. Hal tersebut  ditambah dengan posisi hukum yang semakin lama telah memasuki posisi terhormat.

Hal tersebut   yang diungkapkan oleh Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum UMY serta Advokat dan Konsultan Hukum pada PKBH – FH UMY saat membuka seminar tersebut pada Senin, (30/11) di Gedung AR Fachrudin lantai 5. Trisno kembali mengungkapkan bahwa profesi hukum bisa dikatakan posisi yang luar biasa dan semakin lama mencapai posisi yang baik. “Saya katakan posisi yang baik, karena profesi hukum ada pada profesi yang strategis. Jika dilihat di Universitas Utrecht Belanda, untuk masuk fakultas hukum harus memiliki nilai 9 pada matematika. Begitu juga di Amerika Serikat, syarat masuk FH juga dilihat dari nilai matematikanya,” ungkap Trisno.

Sedangkan dalam pembahasan Supandrio S.H, M.H selaku Hakim di Pengadilan Negeri Bantul dan sekaligus dosen FH UGM mengungkapkan bahwa, profesi hakim merupakan posisi yang sangat unik dan menjadi salah satu profesi yang terhormat di dunia hukum. Namun profesi hukum masih belum jelas kedudukannya. “Jika melihat dari ilmu pengetahuan alam (IPA, red) hakim itu bisa dikatakan hermafrodit. Hal itu karena menurut UU hakim itu adalah pejabat negara, namun di sisi lain hakim masih terikat PNS (Pegawai Negeri Sipil, red). Oleh karena itu Mahkamah Agung membuat RUU untuk memperjelas kedudukan hakim,”ungkap salah satu hakim terbaik yang dimiliki oleh MA tersebut.

Terkait wewenang, Supandrio menjelaskan posisi hakim sejajar dengan eksekutif seperti Kejaksaan Agung yang merupakan eksekutif. Namun dalam tataran hukum, hakim tersebut masuk dalam jajaran Yudikatif. “Hakim itu yudikatif yang tidak bisa saling intervensi, bahkan oleh presiden sekalipun. Dan yang lebih penting lagi, pertanggungjawabannya murni dari diri sendiri langsung kepada Allah SWT,” jelasnya.

Supandrio kembali menjelaskan, ketika siapapun yang mengambil posisi hakim, mereka pasti menjadi manusia yang merdeka karena tidak perlu memerlukan perijinan jika menyidik suatu perkara seperti kejaksaan. “Sebesar apapun perkara, hakimlah yang memiliki kewenangan yang tidak terikat dan pertanggungjawaban hanya pada diri seorang hakim itu sendiri,”jelasnya.

Disisi lain, meskipun hakim tidak terikat pada perijinan untuk menyidik suatu perkara, namun hakim terikat dari segi administratif. Seperti yang dikatakan oleh Supandrio, hakim akan selalu dipindahkan tugas dan tidak mungkin tetap tinggal di satu tempat. “untuk penetapan pada tahun pertama dan juga tahun kedua, para calon hakim maupun hakim ditempatkan di luar jawa. Namun hal tersebut berbeda dengan calon hakim maupun hakim wanita. Jika calon hakim maupun hakim wanita menikah dengan laki-laki yang tinggal di jawa, meskipun tahun pertama juga sama-sama ditempatkan di luar jawa, namun di tahun kedua bisa jadi diijinkan untuk penempatan di Jawa,” ungkapnya

Namun posisi dan tugas Hakim tentu berbeda dengan posisi jaksa. Cipi Perdana, S.H selaku Kejaksaan Negeri Bantul yang sekaligus alumnus FH UMY menjelaskan, kedudukan kejaksaan masuk dalam lingkungan departemen kehakiman setelah kemerdekaan berdasarkan hasil rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dalam hal ini, Cipi menjelaskan kejaksaan RI adalah lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan UU yang dilaksanakan secara merdeka. “Peran jaksa yang merupakan pejabat fungsional diberi wewenang oleh UU untuk bertindak sebagai penuntut umum. Selain itu jaksa bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat,”ungkapnya.

Dalam acara tersebut, para pembicara berharap dan berpesan kepada seluruh mahasiswa fakultas hukum bahwa syarat untuk menjadi salah satu diantara tiga posisi hukum, yakni hakim, advokat dan jaksa, hal yang perlu dipersiapkan yaitu belajar. Seperti yang dikatakan oleh Supandriyo. “Belajarlah, mumpung kalian masih muda, dan gunakan waktu sebaik mungkin. Hal yang paling penting siapkan mental dan diri kalian untuk menjadi hakim yang lebih berintegritas, karena itu yang lebih penting. Selain itu, jadikanlah kejujuran yang menjadi kunci utama. Mental perlu, berakhlak mulia jauh lebih penting,”pesannya. (hevi)

 

PENGUMUMAN CALON DOSEN YANG LOLOS SELEKSI ADMINISTRASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

$
0
0

Berdasarkan seleksi administrasi di masing-masing Prodi pada tanggal 23 November 2015, maka dengan ini kami sampaikan pelamar Calon Dosen yang LOLOS ADMINISTRASI sebagai berikut terlampir (Jadwal Seleksi Calon Dosen UMY 2015) :

Perubahan Musim yang Tidak Menentu, Pengaruhi Pertanian di Daerah Tropis

$
0
0

IMG_1210

Daerah tropis merupakan daerah yang sangat cocok untuk perkembangan pertanian, dibandingkan dengan daerah lain di dunia. Hal tersebut dikarenakan daerah tropis memiliki dua musim, yaitu penghujan dan kemarau, sehingga dengan keadaan iklim yang seperti itu dapat diatur kapan musim tanam yang baik untuk tanaman pertanian, dengan harapan dapat menghasilkan produk pertanian yang memuaskan. Namun yang disayangkan, karena perubahan musim yang tidak teratur di daerah tropis, menyebabkan pertanian di daerah tropis kalah saing dengan pertanian di daerah subtropis, maupun daerah lainnya. Seperti halnya yang terjadi di Thailand, jumlah curah hujan yang rendah pada musim penghujan menyebabkan tidak mencukupi tampungan air untuk pertanian sepanjang tahun, selain itu kualitas air yang buruk di kolam penampungan juga mempengaruhi kualitas pertanian di daerah tropis, khususnya di Thailand. Hal tersebut diungkapkan Dr Arunee Promkhambut, selaku dosen Khon Kaen University Thailand, pada Selasa (1/12) dalam acara Internasional Seminar and Summer School of Tropical Farming (ITFSS) yang diselenggarakan oleh Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Produksi pertanian di daerah tropis tidak stabil, salah satu penyebabnya yaitu pada musim panas, tampungan air hujan yang tersedia tidak dimanfaatkan oleh para petani dengan maksimal. Hal ini menyebabkan kekeringan yang berkepanjangan ketika musim panas, dengan keterbatasan air untuk melakukan pengairan pertanian, sehingga menyebabkan produksi pertanian yang tidak memuaskan, bahkan jumlah produksinya pun mengalami penurunan. “Karena itu, butuh penanganan air yang baik untuk daerah tropis jika tidak ingin kalah saing dengan kualitas produksi di daerah-daerah subtropis dan daerah lainnya. Padahal seharusnya, daerah tropis yang memiliki dua musim ini dapat memanfaatkan musim tersebut untuk produksi pertanian yang berkualitas dan maksimal, namun kenyataannya bertolak belakang,” ungkap Dr Arunee.

Hal senada juga diungkapkan Prof. Dr. Ir. Edhi Martono, M.Sc, dosen pertanian UGM, Prof. Edhi mengungkapkan, daerah pertanian sekitar 40-45% di dunia adalah di tanah tropis, sehingga pertanian di daerah tropis cukup membawa pengaruh terhadap pertanian di dunia. Namun yang disayangkan karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi sehingga menyebabkan kualitas pertanian di tanah tropis tidak sebaik di daerah subtropis dan daerah lainnya. Salah satu faktor yang cukup mempengaruhi kondisi tersebut yaitu perubahan musim di daerah tropis yang tidak menentu.

Karena itu, menurut Prof. Edhi, ada berbagai hal yang dapat dilakukan oleh petani dan juga masyarakat yang berada di daerah tropis untuk menghadapi perubahan musim yang dapat berubah-rubah tersebut yaitu, dengan menggunakan sumber daya yang ada secara bijaksana dan efisien, pengurangan gas rumah kaca, dan menggandakan pangsa sumber daya terbarukan dari energi primer untuk pembangkit listrik. “Jangan hanya laju pertumbuhan pembangunan saja yang ditingkatkan. Tapi laju pertumbuhan lahan pertanian juga sudah seharusnya lebih ditingkatkan lagi. Karena pada dasarnya dengan meningkatnya populasi dunia, aspek yang dapat mempengaruhinya adalah bidang pertanian. Karena tidak ada aktivitas manusia lainnya sejauh ini yang mampu memberi makan populasi dunia, selain melalui bidang pertanian,” ungkapnya.

Terlepas dari hal tersebut, seperti diungkapkan Chandra Kurnia Setiawan, SP, M.Sc, selaku Ketua Acara ITFSS mengungkapkan, terselenggaranya Internasional Seminar dan Summer School tersebut merupakan bentuk dukungan internasionalisasi UMY sebagai kampus berstandar World Class University. Untuk tema yang diangkat pada acara tersebut yaitu terkait dengan Tropical Farming, tujuan diangkatnya tema tersebut untuk melihat lebih jauh dampak dan faktor yang mempengaruhi daerah-daerah Asia sebagai daerah tropis terhadap perkembangan kualitas dan kuantitas pertaniannya. “Kita ketahui Indonesia merupakan salah satu daerah tropis, sehingga terdapat berbagai kelebihan dan kekurangan yang mempengaruhi hal tersebut terhadap kondisi pertanian di daerah tropis, yang salah satunya yaitu musim yang dimiliki daerah tropis hanya dua, yaitu musim panas, dan musim penghujan,” ungkapnya.

Dalam kegiatan summer school ITFSS tersebut diikuti oleh 5 negara di Asia, yaitu terdiri dari negara Thailand, Malaysia, Korea Selatan, China, dan juga Indonesia. Acara tersebut akan berlangsung mulai dari tanggal 1 hingga 9 Desember 2015 di UMY. (adam)

Minat Baca dan Tulis Masyarakat Indonesia Masih Sangat Kurang

$
0
0

IMG_1295Populasi Masyarakat Indonesia selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bahkan saat ini, populasi masyarakat Indonesia berada pada jumlah 250 juta jiwa penduduk. Jika ditunjang dengan sumber daya yang berkualitas dan dengan latar belakang pendidikan yang baik, hal tersebut akan berimbas baik pula pada peningkatan perekonomian Indonesia kelak. Namun yang menjadi masalah rakyat Indonesia saat ini adalah minat baca dan tulis masyarakat Indonesia yang masih sangat kurang.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Indonesia, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti,M.Sc.,Ph.D., dalam Konferensi Internasional yang diadakan oleh Program Studi Magister Keperawatan UMY di Ruang Sidang gedung Pascasarjana pada Rabu (2/12). Prof. Ali mengatakan, “Kebiasaan masyarakat Indonesia lebih pada kebiasaan dengar dan bercakap-cakap. Sedangkan kebiasaan baca tulis sangat kurang.” Ia juga menambahkan bahwa sudah selayaknya Indonesia mencontoh masyarakat luar negeri seperti Jepang dan Singapore yang telah menanamkan minat baca dan tulis sejak sangat dini.

Penumbuhan minat baca dan tulis amat sangat penting untuk menunjang Sumber Daya Manusia Indonesia yang berkualitas. Hal ini juga terkait dengan tema yang diusung didalam konferensi tersebut yakni “Inovasi Pendidikan Keperawatan”. Prof. Ali menyampaikan bahwa ia sangat menyayangkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para dosen maupun mahasiswa hanya berbentuk tulisan dan kemudian tersimpan di dalam perpustakaan saja. “Oleh karenanya, saat ini kita ingin memulai inovasi dengan cara mewujudkan hasil penelitian dalam bidang industri. Namun yang masih menjadi kendala, biasanya pihak pelaku perindustrian lebih mementingkan profit tinggi,” jelasnya.

Prof. Ali juga menuturkan bahwa saat ini Kemenristek Dikti memiliki target untuk menekan tingkat pendidikan masyarakat. Dari yang semula berpendidikan Sarjana, akan berusaha ditingkatkan untuk dapat mengambil program Master dan begitu seterusnya. Hal ini dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. “Permasalahan yang ada di Indonesia saat ini adalah terkait banyaknya pengangguran dan kualitas pendidikan tinggi nasional yang jauh dari standar. Pengangguran sendiri disebabkan oleh kualitas SDM yang buruk,” tambah Prof. Ali. Sehingga untuk menuntaskan permasalahan yang tengah dihadapi oleh Indonesia saat ini, maka kunci yang terpenting adalah pendidikan masyarakatnya. Ia menuturkan jika pendidikan baik, maka SDM yang dihasilkan juga akan baik.

Pendidikan yang baik juga harus ditunjang dengan penelitian-penelitian dan hasil dari penelitian tersebut dipublikasikan ke masyarakat luas bahkan pada taraf internasional. Jumlah publikasi yang dihasilkan oleh peneliti, mahasiswa ataupun dosen bisa dibilang jumlahnya banyak. Namun kebanyakan dari publikasi tersebut masih berbahasa Indonesia. “Publikasi dengan bahasa Inggris masih sangat minim. Ini juga dikarenakan pendidikan bahasa Inggris masyarakat Indonesia dan pembelajaran baca dan tulis yang masih kurang,” ulas Prof. Ali.

Prof. Ali menyebutkan hal-hal yang harus dipenuhi oleh masyarakat Indonesia untuk berkemajuan dalam bidang pendidikan. Hal tersebut antara lain, dosen atau guru harus tersertifikasi, sehingga kualitas pendidik juga terjamin. Pendidikan juga harus senantiasa mengajarkan teknologi-teknologi terbaru kepada para murid-muridnya. Sehingga generasi muda Indonesia tidak terlambat dalam mengetahui inovasi teknologi yang tengah berkembang di dunia. Selain itu, faktor bahasa dan kegagapan akan budaya yang juga harus diperbaiki. Dalam hal ini Prof. Ali menekankan kepada para mahasiswa Magister Ilmu Keperawatan untuk dapat meningkatkan aspek-aspek yang ia sebutkan. “Terutama dalam hal bahasa dan budaya. Jika perawat akan ditugaskan di negara seperti Jepang, maka ia harus dapat menguasai bahasa tersebut dan belajar budaya negara tersebut sebelum penugasan. Hal ini akan menunjukkan kualitas pendidikan keperawatan yang baik di Indonesia,” tutupnya. (Deansa)

Perguruan Tinggi Miliki Peran Penting Dalam Menciptakan Peluang Kewirausahaan

$
0
0

IMG_1038Keberadaan mahasiswa saat ini bukan hanya dituntuntut untuk bisa menjadi seorang akademisi saja, namun lebih dari itu mahasiswa juga dituntut untuk bisa menjadi seorang wirausahawan. Oleh sebab itulah perlu adanya dukungan dari Perguruan Tinggi untuk bisa menciptakan lulusan mahasiswa yang kreatif, imajinatif, dan berani beresiko. Hal ini dikarenakan pola pikir mahasiswa yang sebagian besar masih termindset untuk menjadi seorang karyawan yang bekerja di kantoran atau perusahaan besar. Mereka (mahasiswa) cenderung memiliki rasa gengsi yang jauh lebih tinggi seiring dengan semakin tinggi pendidikannya. Semakin tinggi pendidikannya, semakin rendah pula kemandiriannya dan semangat kewirausahaannya. Padahal, dalam kondisi semacam inilah perguruan tinggi memiliki peran penting dalam menciptakan peluang kewirausahaan bagi mahasiswanya.

Hal tersebut dijelaskan oleh Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES., DEA selaku Koordinator KOPERTIS Wilayah V saat menjadi narasumber Pelatihan Kewirausahaan Mahasiswa, yang diselenggarakan oleh Student Entrepreneurship Business Incubator (SEBI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Pelatihan Kewirausahaan yang diikuti oleh mahasiswa dari 50 perguruan tinggi swasta (PTS) di DIY ini bertempat di gedung Ar. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY.

Dalam pemaparannya, Bambang menjelaskan bahwa jumlah wirausahawan di Indonesia ini jauh dari cukup yaitu hanya 0,18% dari jumlah penduduk Indonesia. padahal yang diharapkan pemerintah 2% namun, sampai saat ini masih belum sesuai dengan target. “Nah, dari sinilah PT memiliki peran penting untuk mendorong dan meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia. Jadi, lulusan PT itu harus disiapkan menjadi job creator bukan job seeker. Kurangnya wirusahawan ini bisa berakibat pada jumlah lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan pencari kerja. Kita jangan takut untuk belajar dan mencoba, kalian sebagai mahasiswa jangan sampai kalah dengan orang lulusan SD yang bisa membangun lapangan pekerjaan, “ paparnya.

Perguruan tinggi, menurut Bambang merupakan wadah yang tepat untuk menjadikan generasi muda yang cerdas komprehensif. “Untuk menciptakan itu semua PT perlu memberikan mata kuliah tentang kewirausahaan, namun materi yang diberikan bukan hanya sebatas teori saja tapi juga prakteknya juga. Kalau bisa dosen yang diberi tanggung jawab adalah dosen yang menguasai kewirausahaan baik teori maupun praktis. Cara lainnya, bisa juga mengundang para praktisi kewirausahaan yang disisipkan ke mata kuliah kewirausahan. Paling tidak cara ini dapat membuka peluang mahasiswa untuk bisa berkontribusi dalam mencipatakan generasi muda yang cerdas dan komprehensif, “ ujarnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Rektor UMY, Prof. Bambang Cipto, MA bahwa ketika lulus mahasiswa jangan menjadi job seeker saja tetapi juga menjadi job creator. Artinya, mereka harus mampu membuka lapangan pekerjaan untuk bisa mengurangi jumlah pengangguran yang terus menerus bertambah setiap tahunnya. “Jangan juga berifkir ingin menjadi seorang PNS, meskipun memiliki banyak penghasilan bahkan dijamin hingga pensiun. Karena, dengan begitu kita tidak bisa menjadi pribadi yang berani dan berani menerima tantangan apapun. Jadi, kalian sebagai mahasiswa harus lebih kreatif dan jangan kalah dengan gengsi,“ tegasnya.

Sementara itu, Yun Widiati, S.H selaku Sekretaris Pelaksana KOPERTIS Wilayah V mengatakan, Indonesia ini memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, bahkan ada diurutan ke-3 setelah Rusia dan Cina. “Karena jumlah penduduk yang banyak, jangan sampai ini menjadi boomerang bagi kita sendiri. Dengan jumlah penduduk yang banyak kita bisa mengambil peluang, masyarakat Indonesia ini perlu melakukan tranformasi pendidikan. Agar nantinya, ke depannya ditahun 2025 penduduk Indonesia lebih kompeten di usia produktifnya. Ada banyak tantangan yang akan dihadapi oleh penduduk Indonesia khususnya oleh generasi muda,“ terangnya.

Yun menambahkan, tantangan tersebut antara lain, seks bebas dan pornografi yang terus berkembang dan bisa diakses oleh siapapun dengan sangat mudah. Kedua, agresivitas dan anarkisme yang semakin merajalela dikalangan generasi muda. “Ketiga, Radikalisme. Ini menjadi sangat berbahaya karena target dari mereka biasanya mahasiswa jadi kalian perlu hati-hati. Bagusnya lagi tidak usah mengikuti organisasi yang masih belum jelas, anggap saja itu sebagai pengetahuan umum bukan untuk diikuti,“ tambahnya.

Karena itu, Yun menyarankan agar mahasiswa itu harus cerdas komprehensif. Karena ini penting untuk kemajuan bangsa. “Cerdas komprehensif itu mahasiswa harus memiliki spiritual yang baik, memiliki intelektual yang bisa berfikir kritis dan kreatif, memiliki emosi dan sosial yang seimbang, dan kinestastik. Artinya mahasiswa mampu bersaing dengan kemampuan yang matang. Untuk bisa melakukan hal tersebut kalian bisa memanfaatkan forum-forum yang ada di kampus untuk mengembangkan bakat yang dimiliki,“ terangnya.

Untuk mencipatakan itu semua, lanjut Yun, Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS) Wilayah V juga telah memberikan wadah bagi mahasiswa yang ingin belajar dan memulai usaha, yaitu melalui Mahasiswa Kewirausahaan Bina Desa (MAUDESA). MAUDESA merupakan program yang berkaitan dengan kewirausahaan yang dikhususkan bagi mahasiswa. “Sasaran dari MAUDESA ini, pertama, untuk membantu meningkatkan kemitraan PTS dengan suatu desa binaan melalui pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi. Kedua, memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang memiliki minat dan motivasi berwirausaha. Ketiga, meningkatkan kinerja pelaku bisnis kecil, menengah, dan koperasi atau kelompok untuk menumbuhkan unit bisnis baru di pedesaan. Tahun 2015 saja sudah ada 22 kelompok yang kita bina, kami terus berharap program ini terus berjalan dan menjadi aktivitas lanjutan,“ ujarnya.

Untuk mengawali itu semua KOPERTIS Wilayah V bekerja sama dengan UMY dalam penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan Mahasiswa ini dengan tema “From Campus to be Young Enterpreneurs”. Adapun rangkaian kegiatan ini berupa pelatihan kewirausahaan, expo kewirausahaan, kunjungan lapangan, dan kompetisi Business Plan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para civitas akademika di lingkungan perguruan tinggi, mendorong semangat mahasiswa mencipatakan lapangan kerja yang dimulai sejak di bangku perkuliahan, dan menumbuhkan iklim kewirausahaan kampus. (Ica)

Dosen dan Mahasiswa Akuntansi UMY Ikuti International Conference on Global Business & Social Enterpreneurship 2015 (ICoGBSE2015)

$
0
0

0cff2d31-b459-4ff6-8e69-ab467373c386

Dosen beserta Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) program studi Akuntansi, Barbara Gunawan SE, M.Si dan Ressa Evans Sanjaya berhasil berkesempatan mengikuti forum International Conference on Global Business & Social Enterpreneuship 2015 (ICoGBSE2015). Keduanya berhasil membuktikan kapasitas riset penelitiannya dalam presentasi di Langkawi, Malaysia pada 25-26 November 2015.

Seperti yang dijelaskan oleh Ressa, Forum ICoGBSE2015 sendiri merupakan konferensi Internasional yang mewadahi akademisi dan praktisi dalam bidang Business, Enterpreneurship, Governance, Social Development, Science, dan Education. “Dalam konferensi ini juga, seluruh paper yang masuk direview melalui tahapan seleksi abstrak dan seleksi paper oleh reviewer dengan berbagai pertimbangan seperti keterbaruan penelitian dan aspek implementasi untuk sosial,” ujar Ressa saat ditemui di Biro Humas dan Protokol (BHP) UMY pada Kamis,(3/12).

Dalam mempresentasikan hasil penelitiannya, Ressa kembali menjelaskan bahwa judul paper yang dipresentasikan adalah “The Influence of Intellectual Capital on The Company Value: The Financial Performance as Intervening Variable (Study at LQ-45 Company in IDX, in the Period of 2011-2013)”. Dalam mempresentasikan judul tersebut, Ressa mengatakan topik yang diangkat terkait Intellectual Capital perusahaan Indonesia yang seringkali masih bersifat sukarela. “Intellectual Capital dari hasil penelitian di sini sebagai aset tak berwujud menjadi hal fundamental bagi perusahaan seperti kompetensi, komitmen, loyalitas, budaya hingga prosedur yang dapat mempengaruhi nilai sebuah perusahaan, sehingga secara tidak langsung akan memberikan respon kepada pasar untuk menarik investor berinvestasi di perusahaan tersebut,”jelas Ressa.

Sementara itu, Barbara menjelaskan bahwa acara tersebut diikuti oleh dosen, mahasiswa S2, dan S3 dari beberapa institusi dan universitas terkemuka yaitu International Islamic University Malaysia (IIUM), Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), University of Khartoum (Sudan), Chulalongkom University (Thailand). “Peserta conference ini juga ternyata tidak hanya diikuti oleh dosen dan mahasiswa dari Malaysia saja, namun juga dari berbagai negara seperti Turki, Sudan, Spanyol, Libya, dan Pakistan, sehingga kita dapat bertukar pikiran juga memberi masukan terkait hasil riset kepada peserta lain,” papar Dosen yang sekaligus ketua Program Studi Vokasi Akuntansi Terapan UMY tersebut.

Dalam pemaparannya, Barbara kembali menjelaskan bahwa hasil paper penelitian yang telah dipresentasikan pada ICoGBSE2015 tersebut akan dipublikasikan dalam proceeding dengan ISBN dan International Journal of Management Study (IJMS) yang keduanya akan direfrensikan dan terindex oleh Scopus atau Global Business Social Entrepreneurship Journal.

Setelah mengikuti ICoGBSE2015, Barbara berharap dengan paper yang terindex pada jurnal internasional, akan sangat berguna untuk mendukung dan menunjang program internasionalisasi UMY.

Sementara itu, Ressa mengaku senang dapat berpartisipasi dalam forum Internasional serta berhasil mempresentasikan hasil penelitian tersebut. “Besar harapan saya setelah mengikuti kegiatan ini, kami akan tetap memberikan kontribusi riset penelitian di forum international selanjutnya”, harapnya. (hevi)

Dibutuhkan Sosialisasi Terkait Kriteria Ideal Calon Kepala Daerah pada Pemilukada Langsung DIY Tahun 2015 Bagi Masyarakat

$
0
0

IMG_1347Pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung merupakan moment lima tahunan yang penting bagi masyarakat dalam menentukan siapa sosok kepala daerah yang akan menjadi pemimpin mereka selama lima tahun ke depan. Pilkada juga dapat menjadi instrumen demokrasi bagi masyarakat untuk dapat menyampaikan aspirasinya dengan memiliki calon kepala daerah yang sesuai dengan harapan dan cita-cita masyarakat. Atas hal itu untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap pemilu dan mengetahui kehendak nyata masyarakat, serta untuk memprediksi elektabilitas dari calon pemimpin, dibutuhkan pengetahuan lebih jauh bagi masyarakat terkait dengan kriteria ideal calon kepala daerah pada pemilukada langsung, khususnya bagi masyarakat DIY. Karena sejauh ini pengetahuan akan hal tersebut masih minim didapatkan oleh masyarakat. Hal tersebut diungkapkan Erni Zuhriyati, SS., S.IP., MA selaku dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam acara Presentasi Pemaparan Hasil Diserminasi Penelitian Prediksi Akhir Tahun Laboratorium Ilmu Pemerintahan UMY pada Jumat (4/12) bertempat di Gedung Ar Fachrudin A lantai 5 kampus terpadu UMY.

Penelitian yang dilakukan Erni ini bertemakan “Persepsi Masyarakat Terhadap Kriteria Ideal Calon Kepala Daerah pada Pemilukada Langsung DIY Tahun 2015”. Riset tersebut juga dilakukan di tiga wilayah DIY yang akan melaksanakan Pemilukada Langsung serentak pada Rabu (9/12) nanti, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, dan Gunung Kidul. Diungkapkan oleh Erni, terdapat tiga poin penting yang hendak diperoleh dari penelitian tersebut, pertama, untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan masyarakat akan adanya pelaksanaan Pemilukada langsung, kedua, melihat sejauhmana masyarakat mengenal kandidat-kandidat bakal calon kepala daerah, termasuk dalam visi dan misi, ketiga, mengetahui karakteristik calon kepala daerah harapan masyarakat. “Ketiga poin dari penelitian ini diharapkan dapat mewakili masyarakat dalam melihat kriteria ideal calon kepala daerah yang selama ini diimpikan oleh masyarakat,” ungkapnya.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, riset yang dilakukan oleh Erni bekerjasama dengan laboratorium Ilmu Pemerintahan UMY memperoleh beberapa hasil, melalui sampel sebanyak 400 orang dengan rincian 133 responden dari kabupaten Bantul, 149 responden dari Sleman, dan 118 responden dari Gunung Kidul. Hasil penelitian tersebut yaitu, pertama, berkaitan dengan seberapa jauh pemahaman masyarakat akan adanya Pemilukada Langsung, dari seluruh responden yang diwawancarai, sebanyak 87% responden mengaku mengetahui adanya agenda Pemilukada tersebut, sedangkan 34% menjawab tidak mengetahui. Kedua, terkait dengan pemahaman masyarakat terhadap kandidat calon kepala daerah, berdasarkan riset yang dilakukan di tiga kabupaten yaitu Bantul, Sleman, dan Gunung Kidul, hanya 65% responden yang mengetahui siapa saja calon yang akan berkompetensi pada Pemilukada tersebut, sedangkan 38% responden yang lain mengetahui visi dan misi calon kepala daerah, adapun visi misi yang paling diharapkan oleh masyarakat yang menjadi prioritas calon kepala daerah yaitu terkait dengan pengentasan kemiskinan, pendidikan, dan kebudayaaan.

Ketiga, berkaitan dengan kriteria calon kepala daerah harapan masyarakat, melalui riset ini diperoleh informasi bahwa sebesar 73% responden menjadikan dasar penilaian calon kepala daerah berdasarkan kapabilitas atau kemampuannya dalam memimpin, sedangkan melalui riset ini juga mendapatkan informasi bahwa 35% responden masih menjadikan jenis kelamin tertentu sebagai prioritas masyarakat dalam memilih calon kepala daerah, adapun jenis kelamin yang dijadikan pilihan responden mayoritas adalah laki-laki, dengan presentase 90%.

Seperti diungkapkan oleh Erni, melalui riset yang telah dilakukan tersebut, terdapat beberapa rekomendasi yang diajukan oleh Ilmu Pemerintahan UMY baik kepada penyelenggara Pemilukada, dan juga kepada calon kepala daerah, diantara lain, yaitu mengoptimalkan penggunaan sarana-sarana sosialisasi yang dapat memudahkan masyarakat memahami dan memperoleh informasi dengan baik, sarana yang dapat digunakan meliputi baliho, spanduk, media cetak, dan bahkan kampanye. “Selain itu, diharapkan bagi calon kepala daerah ketika terpilih nantinya bisa memprioritaskan dan fokus pada program-program yang menjadi harapan masyarakat. Berdasarkan riset ini pula, terdapat tiga program prioritas harapan masyarakat, diantaranya pengentasan kemiskinan, pendidikan, dan kebudayaan,” jelasnya.

Pada dasarnya, yang menjadi penggerak dalam menyukseskan Pemilukada tersebut tidak hanya dilakukan oleh KPU dan Bawaslu saja, sebagai penyelenggara dan pengawas Pemilu, melainkan dibutuhkan peran aktif masyarakat dalam mengawal dan berpartisipasi aktif dalam Pemilukada. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Dr. Guno Tri Tjahjoko, M.Div, M.A selaku Komisioner KPU DIY. “Yang punya kerja dalam pilkada ini adalah seluruh lapisan masyarakat, sedangkan KPU hanyalah sebagai penyelenggara. Diharapkan masyarakat dapat berperan aktif dalam mengawal pemilukada ini, dan tidak hanya sekedar mengenal calon kepala daerahnya saja, tetapi juga mampu mengawali dari pra pilkada hingga pasca pilkada yaitu dengan menagih janji-janji calon kepala daerah terpilih berdasarkan janji kampanyenya, guna menciptakan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin,” ungkapnya. (adam)


UMY Luluskan Doktor ke-24

$
0
0

IMG20151205103625Porgram Pascasarjana UMY kembali meluluskan mahasiswanya pada program studi Doktor Psikologi Pendidikan Islam. Doktor ke-24 yang dihasilkan oleh UMY ini mengangkat tema disertasi “Pola Asuk Kyai dan Kemandirian Santri (Studi Komparasi Pada Pesantren At-Tauhid Al-Islamy Sawangan dan Pesantren Pabelan Mungkid Magelang Jawa Tengah)”.

Dalam disertasinya yang dipresentasikan pada sidang terbuka promosi doktor UMY, Sabtu (5/12) di ruang amphitheater gedung Pascasarjana lantai 4 Kampus Terpadu UMY, Muhammad Zuhaery mengatakan bahwa penelitiannya tersebut melibatkan dua pesantren yang memiliki metode pengajaran kemandirian santri yang berbeda. Jika pada Pesantren at-Tauhid al-Islamy pola asuh kemandirian yang diterapkan melalui model pengajaran, pengganjaran, dan pembujukan. Maka pola asuh kemandirian santri yang diterapkan Pesantren Pabelan lebih dikemas dengan lebih modern dibandingkan dengan pola asuh di Pesantren at-Tauhid al-Islamy. Perbedaan tersebut juga dikarenakan dua pesantren itu termasuk kategori pesantren salaf dan khalaf (modern), Pesantren at-Tauhid al-Islamy merupakan pesantren salaf, sementara Pesantren Pabelan adalah pesantren khalaf.

“Metode pengajaran yang diterapkan di pesantren at-Tauhid al-Islamy ini dilaksanakan dengan sistem penuh waktu, dimana setiap aktifitas santri memiliki dan diarahkan untuk pendidikan atau mencapai tujuan pengajaran. Lokasi pengajarannya juga tidak hanya dilaksanakan di ruang-ruang formal seperti ruang kelas, namun juga berlangsung di tempat lain seperti masjid, asrama dan ruang-ruang laboratorium alam. Sistem pengganjaran yang diterapkan juga disesuaikan dengan tingkat pelanggaran atau kesalahan yang dilakukan santri. Sedangkan untuk sistem pembujukan tersebut melalui nasehat-nasehat oleh pengasuh pesantren tentang berbagai hal, baik itu tentang akhlak, motivasi, kisah-kisah teladan, hingga dorongan agar santri lebih rajin belajar tentang makna kehidupan serta kemandirian,” jelasnya.

Melalui tiga metode itulah, menurut Zuhaery, Pesantren at-Tauhid al-Islamy membentuk kemandirian santrinya. Kemandirian yang diperoleh santri melalui tiga metode tersebut adalah kesiapan mental untuk menghadapi dan berkiprah di masyarakat. Sebab pengajaran kemandirian yang diperoleh santri tidak hanya dari pendidikan formal saja, namun juga dari pendidikan non formal seperti berkebun dan berladang, dan itulah yang menjadi bekal mereka ketika lulus dari pesantren. Selain itu, faktor pendukung terbentuknya kemandirian santri di Pesantren at-Tauhid al-Islamy ini juga dikarenakan tingginya intensitas interaksi antara Kyai dan santri.

“Akan tetapi hal tersebut jauh berbeda dengan pola asuh kemandirian yang diterapkan oleh Pesantren Pabelan. Para santri di pesantren tersebut mendapat pelajaran tentang kemandirian tidak hanya melalui pengajaran yang dilakukan secara formal, pengganjaran dan pembujukan. Namun juga banyak diselingi dengan kegiatan ekstrakurikuler, seperti Pramuka, IAYP, Muhadzoroh, Keputrian, Pembiasaan, Olahraga, Leadership, Muhadzarah, KMD, serta Pengabdian Masyarakat. Melalui kombinasi antara pengajaran formal-informal dan ekstrakurikuler inilah para santri mendapatkan manfaat dan pengalaman besar dalam membantu pembentukan kemandiriannya, sehingga mereka punya bekal yang cukup kuat untuk menghadapi masyarakat ketika lulus,” urainya.

Namun, terlepas dari perbedaan metode pola asuh kemandirian dari dua pesantren tersebut, Zuhaery mengungkapkan jika output yang dihasilkan oleh kedua pesantren itu tidak ada perbedaan. Keduanya sama-sama menghasilkan output santri yang bisa mandiri dalam bidang spiritual, sosial, finansial dan softskill. “Pendidikan yang berlangsung di pesantren dapat membentuk kemandirian santri dalam empat hal, yakni mandiri secara spiritual, soft skill, sosial dan finansial. Sekalipun pendekatan dan metode yang diberikan oleh kedua pesantren tersebut berbeda. Jika pesantren at-Tauhid menggunakan pendekatan dengan terjun langsung ke masyarakat melalui ikut serta dalam bercocok tanam, maka di pesantren Pabelan melalui pendekatan organisasi,” ungkapnya.

Selain itu, Zuhaery juga menemukan temuan lain dari penelitiannya yang telah dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan ini, yaitu apapun latar belakang dari para peserta didik, selama intensitas interaksi dan pertemuan antara pengasuh atau guru dengan anak didiknya lebih rutin dilakukan, maka akan mempengaruhi kepribadian dan kemandirian anak didik tersebut.

Indonesia Perlu Kembangkan Ilmu Genomik

$
0
0

IMG_1192Perkembangan Ilmu Genomik masih minim diketahui oleh masyarakat Indonesia. Genomik sendiri berbeda dengan GMO (Genetically Modified Organism) atau yang lebih dikenal dengan rekayasa genetis. Genomik merupakan studi tentang seluruh genome dari suatu organisme. Dalam kuliah umum tentang Ilmu Genomik di UMY, Muhammad Arief Budiman,PH.D yang merupakan ahli Ilmu Genomik asal Indonesia yang bekerja sebagai team leader dan senior scientist di Orion Genomics menjelaskan ilmu Genomik kepada mahasiswa pada Sabtu (5/12), di ruang sidang Ar. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY.

Arief memaparkan bahwa ilmu genomik memiliki fokus terhadap gen-gen yang dimiliki oleh makhluk hidup, baik itu tumbuhan, hewan ataupun manusia dan juga epic genetic. “Kenapa proyek genome dibutuhkan? Dengan proyek genome kita bisa mengkatalogkan gen-gen pada makhluk hidup, seperti gen seperti apa yang dapat menimbulkan penyakit atau menciptakan bibit unggul,” jelasnya. Arief Budiman juga menyebutkan manfaat lain dalam mempelajari ilmu Genomik adalah kita dapat mengklasifikasikan gen dan juga dapat memanfaatkannya. Jadi, dalam kaitannya dengan GMO, Genomik merupakan ilmunya.

Di Indonesia sendiri hanya segelintir orang yang memahami seputar Ilmu Genomik. Selain itu, Arief Budiman menuturkan, pengembangan penelitian ilmu genomik di Indonesia terkendala beberapa hal seperti perijinan dari pemerintah yang harus melalui proses panjang. “Kami baru melakukan penelitian genomik terhadap kelapa sawit di negara Malaysia karena proses perijinan oleh pemerintah di Malaysia tidak membutuhkan waktu dan proses yang lama. Berbeda dengan di Indonesia yang prosesnya panjang, sehingga saat ini yang dapat kami lakukan hanya sekedar penyampaian ilmu, belum pada tahap penelitian,” ungkap Alumnus Texas A&M University ini lagi.

Dalam penelitian Ilmu Genomik terhadap Kelapa Sawit yang dilakukannya di Malaysia, ia menyampaikan dengan ilmu genomik dapat mengidentifikasi kualitas kelapa sawit yang unggul. Kelapa sawit sendiri memiliki tiga jenis, yakni Dura, Pisifera dan Tenera. Dura merupakan kelapa sawit yang memiliki cangkang sangat tebal, sehingga ketika diproses, mesin akan lebih bekerja keras bahkan dapat membuat mesin cepat rusak. Sedangkan jenis kedua yakni Pisifera merupakan kelapa yang tidak memiliki cangkang sehingga olahan yang dihasilkan juga akan lebih steril dan tidak banyak kandungan minyaknya. Sedangkan jenis ketiga, tenera, merupakan jenis hasil dari pembuahan Dura dan Pisifera. Jenis Tenera memiliki cangkang yang tipis dan kandungan minyaknya 30% lebih tinggi dibandingkan kedua jenis lainnya.

“Oleh karenanya banyak industri kelapa sawit yang berusaha mengembangbiakkan jenis Tenera tersebut. Namun, seharusnya apabila jenis Dura disilangkan dengan Pisifera akan menghasilkan 100% jenis Tenera. Pada realitanya, tidak seluruh hasil persilangan membuahkan 100% Tenera. Beberapa hanya 30% atau bahkan 10%,” papar Arief yang juga merupakan salah satu pendiri Indonesian Muslim Society in America (IMSA). Oleh karenanya, ia menambahkan, ilmu Genomik sangat berperan penting pada pembentukan 100% Tenera tersebut. Dengan Ilmu Genomik akan dapat dijelaskan gen apa saja yang dimiliki jenis Dura dan Pisifera, dan gen mana yang akan menghasilkan 100% Tenera. Oleh karenanya penelitian genomik ini membutuhkan ratusan sampel untuk membandingkan gen-gen yang dimiliki oleh masing-masing kelapa sawit.

Arief Budiman juga mengatakan bahwa pandangan global terhadap genomik sendiri dahulunya negatif. Dunia Global menganggap ilmu genomik yang diaplikasikan dalam kelapa sawit dapat merusak hutan dan mengganggu komunitas orangutan. Namun pada realitanya, setelah Malaysia mengaplikasikan genomik pada kelapa sawitnya, hutan-hutan justru tetap subur dan semakin terjaga kelestariannya karena adanya pembuatan benih-benih unggul hasil dari ilmu genomik tersebut.

Ia juga menambahkan bahwa sesungguhnya genome tidaklah menciptakan suatu tanaman atau spesies baru. Namun pada dasarnya, semua spesies memiliki gen yang beraneka ragam. Seperti contohnya pada tanaman akasia ada yang dapat hidup di tanah gambut. Keanehan tersebut sebenernya merupakan keberadaan mutasi-mutasi gen yang unik dan berkembang menjadi sebuah sumber gen yang baru.

Saat ini, sudah banyak negara-negara di dunia yang tengah mengembangkan penelitian genomik untuk menciptakan bibit-bibit unggul untuk komoditi negaranya. “Amerika, Eropa, Jepang, Korea, China, Selandia baru, bahkan negara tetangga kita, Singapura dan Malaysia sudah mengembangkan ilmu genomik. Jepang mengembangkan genomik untuk padi, ulat sutra, jamur, alga merah,” jelas Arief. Sedangkan Indonesia sendiri masih minim informasi dan pengetahuan terkait ilmu genomik dan pengembangannya terhadap komoditi Indonesia. Muhammad Arief Budiman berharap bahwa kelak para mahasiswa dapat meneliti dan mengembangkan genomik untuk kemajuan komoditi Indonesia. (Deansa)

Hadapi Mayarakat Ekonomi Asean Dibutuhkan Iklim Usaha yang Sehat

$
0
0

IMG_8229

Memasuki masyarakat ekonomi Asean yang tinggal hitungan minggu lagi, dirasa masih perlu banyak hal yang harus dibenahi oleh Indonesia dan juga negara-negara Asean, salah satunya yaitu dalam hal persaingan iklim usaha masyarakat Asean. Persaingan iklim usaha masyarakat Asean haruslah dilakukan secara sehat. Selain itu dibutuhkan pula harmonisasi dalam persaingan hukum antar Negara Asean dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean. Hal tersebut diungkapkan Drs. Munrokhim Misanam, M.A., Ec., Ph.D, selaku Komisioner Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KKPU) Indonesia, sebagai keynote speaker dalam acara Kuliah Umum dengan tema “Nurturing Fair Business Climate Through Regional Integration and Harmonization of Competition Law in Asean” yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerjasama dengan KPPU dan Universitas Kebangsaan Malaysia pada Sabtu (5/12) bertempat di Gedung AR Fachrudin B lantai 5 kampus terpadu UMY.

Seperti diungkapkan oleh Drs. Munrokhim, terdapat beberapa kebijakan persaingan usaha menurut KPPU yang dapat berpotensi memicu konflik pada persaingan hukum usaha, diantaranya yaitu, ketentuan-ketentuan yang dapat membuat sebuah perusahaan mendominasi sebuah posisi. Kemudian ketentuan-ketentuan yang memfasilitasi perjanjian-perjanjian terhadap perusahaan untuk berhenti sejenak dalam menghadapi persaingan hukum. “Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan bagian dari intervensi pemerintah pada pasar, yaitu untuk membatasi jumlah perusahaan yang tersebar di dalam pasar usaha bisnis,” ungkapnya.

Terkait dengan ketentuan-ketentuan tersebut, terdapat 4 pilar yang harus dipersiapkan masyarakat Asean, khususnya pada bidang klim usaha, yaitu integrasi Asean ke dalam ekonomi global, karena pada kenyataannya persaingan ekonomi pada saat ini tidaklah hanya bersaing dalam lingkup Asean saja, melainkan secara global. Kemudian tingkatan jumlah produksi usaha harus sesegara mungkin dikembangkan dalam menghadapi persaingan pasar. Asean merupakan wilayah ekonomi kompetitif, sehingga persaingan iklim usaha di Asean sangatlah ketat, dan rentan akan konflik, dan terakhir pembangunan ekonomi yang merata juga harus diperhatikan guna mewujudkan iklim usaha yang sehat dan berimbang. “Jika ke empat pilar tersebut dijalankan dengan baik, maka akan menciptakan iklim usaha yang sehat di Asean, khususnya bagi Indonesia, tidak perlu takut lagi dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean, karena dirasa Indonesia sudahlah sangat siap dalam hal kekuatan iklim usahanya, tinggal menjalankan dan mengawasinya saja yang perlu dimaksimalkan,” ungkapnya.

Poin penting dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean yaitu terkait dengan dorongan dalam memajukan bidang jasa, kemudian dari kegiatan jasa tersebut akan memunculkan usaha dalam bentuk produk, yang kemudian dengan munculnya produk-produk tersebut akan menimbulkan persaingan dunia bisnis. Hal tersebut diungkapkan Dr. Trisno Raharjo, S.H., M.Hum, selaku dekan Fakultas Hukum UMY, persaingan dunia usaha jika tidak diatur dengan baik, maka tidak akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat secara luas. “Diharapkan iklim bisnis pada masyarakat Asean akan menjadi lebih baik dalam menghadapi MEA. Selain itu, Indonesia dalam hal persaingan usaha memiliki keunggulan dan lebih siap dibandingkan negara lainnya, jangan sampai karena Indonesia dirasa paling siap, berimbas terhadap implementasinya yang tidak mendapatkan dukungan yang kuat bagi Indonesia sendiri maupun bagi Asean,” ungkapnya. (adam)

PT Muhammadiyah Perlu Perkuat Tata Kelola LP3M

$
0
0

IMG_1448Forum Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) untuk wilayah DIY dan Jawa Tengah kembali mengadakan workshop Penguatan Tata Kelola LP3M. Workshop yang bertujuan sebagai forum silaturahmi PTM se DIY dan Jateng tersebut membentuk kerjasama antar PTM yang lebih difokuskan dalam bidang pengembangan penelitian. Workshop yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembangan, Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tersebut melibat kan 22 PTM DIY dan Jawa Tengah , pada Sab’tu (12/5) di Ruang Sidang Perpustakaan UMY.

Kedua puluh dua PTM tersebut yang tergabung dalam Forum LP3M PTM DIY-Jateng meliputi, UM Magelang, UM Purwokerto, UM Purworejo, UNIMUS, STT Muhammadiyah Kebumen, STIKES Muhammadiyah Gombong, STIKES Muhammadiyah Cilacap, STIKES ‘Aisyiyah, STIKES Muhammadiyah Pekajangan, STIKES Muhammadiyah Klaten, STIKES Muhammadiyah Kudus, STIKES Kusuma Husada Surakarta, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta, Akademi Statistika Muhammadiyah Semarang, Akademi Akuntansi Muhammadiyah Klaten, AKPER Muhammadiyah Kendal, Politeknik Muhammadiyah Magelang, Politeknik Muhammadiyah Pekalongan, Politeknik Muhammadiyah Tegal, UAD, AKBID Nyai Ahmad Dahlan, Politeknik Muhammadiyah Yogyakarta, serta UMY.

Kepala LP3M Hilman Latief, Ph.D dalam sambutannya mengatakan bahwa dalam hal penelitian dan pengabdian masyarakat perlu dikembangkan dan diperkuat tata kelola PTM di Indonesia, khususnya yang berada di DIY dan Jateng. “Penelitian-penelitian yang melibatkan berbagai penulis maupun dosen PTM sudah diinisiasi dan dikerjakan bersama, baik dikti maupun skema lainnya. Hanya saja, seperti yang lagi ngetrend saat ini yaitu LPDP mempunyai dana research yang lumayan, namun untuk bisa mendapatkannya juga bukan hanya personal, tetapi juga pendukungnya. Karena itulah, PTM yang yang tergabung dalam LP3M ini perlu mengembangkan dan memperkuat lagi tata kelolanya, terutama dalam bidang penelitian,” jelasnya.

Selanjutnya Hilman menambahkan, dalam hal pengabdian masyarakat juga perlu diperhatikan. Sebagaimana diketahui, KKN bukan hanya program pengabdian masyarakat untuk memberikan mereka pengalaman dan memperluas jejaring yang mereka miliki. Namun juga menjadi nilai tambah tersendiri bagi sebuah perguruan tinggi jika KKN tersebut juga bisa dilakukan bersama PT lain. “Selain program-program pengabdian masyarakat yang biasanya dilakukan bersama, saya mengharapkan dalam program-program pengabdian masyarakat tersebut bukan hanya satu PT saja yang melakukan pengabdian di satu tempat, namun juga perlu melibatkan PTM yang lainnya. Hal ini juga dapat memperluas pergaulan mahasiswa dan memperkuat kerjasama setiap PTM yang terlibat,” ungkapnya.

Dalam workshop tersebut, hadir pula Sudarisman, Ph.D sebagai narasumber yang membahas topik utama yaitu Penyusunan Road Map Penelitian Berbasis Program Studi. Menurut Kepala Divisi Penelitian LP3M UMY tersebut, yang dimaksud dengan road map dapat diartikan sebagai peta penentu atau penunjuk arah. “Dalam konteks upaya pencapaian tujuan, road map merupakan sebuah dokumen rencana kerja rinci dan terintegrasi dengan pelaksanaan kegiatan untuk rentang waktu tertentu,”ujarnya.

Sudarisman kembali menjelaskan, Roadmap diperlukan untuk memenuhi standar PT yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 49 tahun 2014 terkait standar Nasional Pendidikan Tinggi. “Ruang lingkup standar Nasional penelitian meliputi, hasil penelitian, isi penelitian, proses penelitian, penilaian penelitian, peneliti, sarana dan prasarana penelitian, pengelolaan penelitian, serta pendanaan dan pembiayaan penelitian,” ujarnya.

Dalam hal tersebut, Sudarisman menambahkan bahwa penelitian bukan hanya berhenti di publikasi saja, tetapi juga hasil penelitian harus diarahkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. “Penelitian dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas, efektifitas dan efisiensi sumber daya dan sumber dana. Penelitian tentunya dilaksanakan berdasarkan visi, misi, strategi, dan kebutuhan perguruan tinggi,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ulin Nuha, Ph.D dalam sambutannya selaku Koordinator Forum LP3M PTM mengatakan, dalam penelitian dan publikasi hal yang terpenting adalah jurnal. “Jurnal saat ini semakin berat, penulis tidak boleh semuanya dari internal, harus ada porsi eksternalnya. Saya rasa persoalan ini juga bukan hanya dirasakan oleh PTM namun juga PT Negeri. Maka dari itu diperlukan penguatan dalam hal pengelola publikasi itu sendiri,”ungkapnya. Ulin juga mengharapkan forum tersebut akan terus berlanjut. Selain itu, pada Februari 2016 yang akan datang juga direncanakan akan diselenggarakan Konferensi Ilmuwan PTM di Kudus, Jawa Tengah.(hevi)

SAC UMY Dorong Mahasiswa Temukan Potensi Diri

$
0
0

IMG_1499Setiap mahasiswa selalu dituntut agar menjadi sosok yang memiliki prestasi dan menjadi panutan bagi orang lain di masa depan. Tuntutan inilah yang terkadang membawa tekanan tersendiri di dalam diri mahasiswa. Terutama ketika mereka mulai memasuki dunia perkuliahan. Banyaknya cabang ilmu yang dapat didalami oleh mahasiswa terkadang membuat mereka merasa kebingungan untuk membuka pintu potensi yang dimiliki.

Oleh karena itulah Self Access Center (SAC) UMY menyelenggarakan seminar dengan konsep menyerupai TEDx Talks dengan tema “The Passion Starts Here” pada Selasa (8/12). Dalam seminar ini hadir 5 orang pembicara, yang 4 diantaranya merupakan civitas UMY, dengan segenap prestasi pada bidang-bidang seperti kewirausahaan, penyiar, investasi saham, pendiri kampong cyber dan peraih beasiswa LPDP. Kepala SAC, Lanoke Intan Paradita menyampaikan bahwa diadakannya seminar ini agar mahasiswa menjadi lebih yakin dengan passion yang dimiliki dan dapat dikembangkan menjadi segenap prestasi. Ia juga menyampaikan bahwa mahasiswa sering kali dihadapkan pada banyaknya kegiatan di kampus dengan beragam latar belakang, sehingga terkadang mahasiswa dibuat bingung dengan kompetensi yang sebenarnya mereka miliki.

Pembicara pertama adalah Hadyan Azka, mahasiswa jurusan Akutansi UMY yang telah menjadi seorang wirausahawan bahkan saat ia belum menamatkan bangku sarjana. Produk yang ia hasilkan merupakan hasil daur ulang sampah bekas. Ia menyampaikan bahwa awalnya ia memiliki ide untuk memanfaatkan lingkungan dengan baik dan bijak. “Indonesia memiliki produksi sampah plastik 5,4 juta ton pertahun. Sampah-sampah ini selalu dibuang ke laut setiap tahunnya. Kita seharusnya dapat mengurangi jumlah ini dan justru memanfaatkannya. Kalau kita menyelamatkan alam, maka alam pula akan menyelamatkan kita dari hal-hal buruk,” terang Hadyan.

Hadyan Azka sendiri mendapatkan modal usaha dari program Student Enterpreneurship and Bussiness Incubator (SEBI) UMY senilai 36 juta rupiah sebagai hadiah atas proposal yang diajukann bersama kelompoknya. Hadyan mengungkapkan bahwa usaha yang dimilikinya berawal dari nol bahkan dengan perjuangan yang keras. Ia memotivasi para peserta seminar untuk tidak mudah menyerah dalam setiap usaha yang dilakukan. Hadyan juga membuktikan kesuksesan usahanya dengan mengungkapkan bahwa profit dari usaha yang dimilikinya itu dapat membiayai perkuliahannya.

Antonio Sasongko Wahyu Kusumo yang merupakan perintis kampung Cyber di RT 36 Kelurahan Patehan, Tamansari, Jogjakarta juga hadir sebagai salah satu narasumber. Ia menjelaskan tentang Kampung Cyber dan usaha awalnya untuk membangun kampung Cyber di RT 36. Antonio mengungkapkan banyak kendala yang ia alami saat awal mula mensosialisasikan niatnya kepada masyarakat, terutama faktor biaya. Namun setelah usaha dan kerja keras, kampung Cyber kini sudah dikenal oleh masyarakat luas bahkan internasional. “Kunci utama dari setiap usaha adalah konsisten. Jaga selalu supaya usaha kita tidak pernah surut. Ini yang memang susah. Tetapi percaya bahwa setiap kita merasa menghadapi jalan buntu, akan selalu ada jalan,” jelas Antonio.

Selain itu hadir pula sebagai presenter, Masyitoh Anisa Ramadhani, alumnus Ilmu Hubungan Internasional UMY yang mendapatkan beasiswa LPDP untuk program Master di University of Birmingham. Ia menyampaikan bagaimana perjuangannya saat berusaha mendapatkan beasiswa LPDP. Ia juga menyampaikan bahwa dirinya juga pernah mengalami kebingungan menemukan passion. “Jangan pernah merasa bingung. Memang ada kalanya kita butuh untuk berhenti sejenak untuk kemudian memastikan langkah tepat yang akan kita ambil,” jelasnya.

Seminar yang diselenggarakan di Mini Teather Gedung Perpustakaan lantai 4 Kampus Terpadu UMY ini diikuti oleh puluhan mahasiswa yang sangat antusias. Lanoke Intan Paradita menyampaikan harapannya mahasiswa dapat termotivasi dengan prestasi yang dimiliki oleh para narasumber dan kemudian menemukan passion masing-masing serta bisa menorehkannya dalam segenap prestasi. Sehingga ke depannya mahasiswa-mahasiswa UMY juga dapat menyumbangkan prestasi untuk kemajuan Indonesia. (Deansa)

Viewing all 3507 articles
Browse latest View live