Quantcast
Channel: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Viewing all 3507 articles
Browse latest View live

Tim FH UMY Raih Juara 2 dan Award Pada Kompetisi Peradilan Semu Nasional MKRI 2015

$
0
0

IMG20151115221516Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali mengharumkan namanya dalam ajang nasional Kompetisi Peradilan Semu Konstitusi Nasional Piala Ketua Mahkamah Konstitusi RI 2015. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Universitas Tarumanagara (Untar) dan bekerjasama dengan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI) pada Jum’at (13/11) hingga Minggu (15/11) ini, berhasil mengantarkan kelompok Peradilan Semu “PETITA” Fakultas Hukum UMY meraih juara 2 dan Award sebagai Pemberi Keterangan Terbaik Wakil Pemerintah dan DPR.

Sebelumnya, tim FH UMY yang beranggotakan tujuh orang serta dikomandoi oleh Iwan Satriawan (Coach/pelatih), Yordan Gunawan (Asisten coach) dan Mukhtar Zuhdy (Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan FH UMY) yang juga selaku Manager tim ini, berhasil terpilih dan masuk dalam 12 besar sebagai tim yang diundang oleh MKRI untuk berlaga di Jakarta, setelah berhasil lolos dalam seleksi artikel yang diikuti oleh mahasiswa dari Fakultas Hukum di Indonesia. Keduabelas besar tim yang terdiri dari tim asal Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN SUKA) Yogyakarta, Universitas Trisakti, Universitas Pancabakti, Universitas 17 Agustus Jakarta, Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Universitas Sumatera Utara (USU), UMY, Universitas Negeri Semarang (Unnes), Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan UIN Alauddin Makassar inilah yang kemudian bertanding dalam kompetisi peradilan semu dan bertempat di gedung MK selama dua hari.

Menurut Mohammad Hazyar Arumbinang, selaku Penerima “Award Pemberi Keterangan Terbaik Wakil Pemerintah”, kompetisi tersebut merupakan kompetisi peradilan semu untuk memperebutkan piala bergilir Ketua Mahkamah Konstitusi. Kompetisi ini juga baru pertama kalinya diadakan oleh MK selaku lembaga tinggi negara. “Adapun mekanisme persidangan dalam kompetisi tersebut layaknya persidangan asli MK dalam pengujian Undang-Undang terhadap UUD (judical review). Dalam pertandingan ini, tiap tim (universitas) akan memerankan salah satu pihak baik itu Pemohon atau pihak Pemerintah dan atau DPR. Dan selama pertandingan tersebut yang bertugas menjadi juri adalah para pakar Hukum Tata Negara dan beberapa staf ahli MK yang bertindak sebagai Hakim untuk memimpin jalannya persidangan,” paparnya.

Hazyar kembali menjelaskan jika persidangan yang mereka tempuh dalam pertandingan itu berlangsung selama tiga sampai empat jam, dengan beberapa urutan agenda sidang. Pertama, pihak Pemohon akan membacakan pokok-pokok permohonan, kedua, pihak Pemerintah dan atau DPR akan memberikan keterangan terkait pasal yang sedang di judical review-kan oleh Pemohon. Kemudian urutan ketiga, pihak Pemohon akan menghadirkan saksi dan ahli kemudian diberikan pertanyaan oleh Pemohon, Pemerintah dan atau DPR, dan Majelis Hakim yang berjumlah sembilan orang hakim untuk mendapatkan keterangan yang berkaitan dengan pasal yang sedang dijudical review. “Dan urutan keempat, Pemerintah dan atau DPR akan menghadirkan saksi dan ahli yang mekanismenya sama dengan saksi dari Pemohon. Jadi kompetisi ini memang berbeda dengan kompetisi peradilan yang lain, karena kami benar-benar berperan sebagai pemerintah, DPR, ahli dan saksi. Titik krusial kompetisi ini adalah pada saat para hakim sekaligus dewan juri mencecar para peserta dengan berbagai pertanyaan yang tajam dan di luar dugaan kami sebagai mahasiswa S1”, jelasnya.

Hazyar juga mengungkapkan, sebelum timnya berhasil meraih juara 2 dan mendapatkan Award sebagai Pemberi Keterangan terbaik Wakil Pemerintah dan DPR, ada tiga kali proses persidangan yang mereka lalui. “Sidang pertama, kami melawan Unnes. Kemudian sidang kedua melawan Trisakti dan ketiga melawan UIN SUKA. Selama tiga kali sidang ini, kami dua kali menjadi pihak Pemerintah untuk menyampaikan keterangan terkait pasal-pasal yang sedang diperkarakan, seperti UU tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara. Kemudian pada babak final kami menyampaikan tentang pencemaran nama baik melalui media elektronik,” ungkapnya.

Sementara itu, Iwan Satriawan selaku pelatih tim Peradilan Semu “PETITA” FH UMY mengungkapkan apresiasinya terhadap mahasiswa-mahasiswa didikannya tersebut. Karena sudah bisa menampilkan dan memberikan performa terbaiknya hingga akhirnya mereka berhasil meraih juara 2 dan mendapatkan Award sebagai Pemberi Keterangan terbaik Wakil Pemerintah dan DPR. “Ini adalah pencapaian yang tertinggi dari Komunitas Peradilan Semu FH UMY di tingkat nasional dan bisa mendapatkan piala dari Mahkamah Konstitusi. Perjuangan mereka untuk meraih prestasi itu juga tentunya tidak mudah, karena kompetisi peradilan semu ini berbeda dengan yang biasanya. Jurinya merupakan gabungan dari staf-staf ahli yang ada di MK dan doktor-doktor muda di bidang hukum dari berbagai Perguruan Tinggi di tanah air, ini yang jadi tantangan berat tersendiri bagi mereka,” ungkapnya.

Namun Iwan tetap bersyukur dengan apa yang sudah dicapai oleh tim “PETITA” FH UMY. Ia pun berharap agar prestasi yang telah diraih tersebut tidak lantas menjadikan mereka mabuk kemenangan. Sebab kompetisi-kompetisi peradilan lainnya juga sudah menunggu mereka. “Kami harap, ke depannya mahasiswa-mahasiswa FH UMY bisa lebih baik lagi dan pihak fakultas serta universitas bisa terus mendukung prestasi-prestasi mahasiswa. Sebab tanpa dukungan dari fakultas dan universitas, kami tidak akan mungkin bisa memberikan prestasi yang membanggakan seperti ini,” tutupnya.


Baru Setahun Dirintis, UKM Seni Tari UMY Tampil di Jepang

$
0
0

IMG_0950Prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Empat mahasiswa yang tergabung dalam UKM Seni Tari UMY, yakni Muhammad Toha (HI 2012), Kirana Dewi (HI 2012), Narwastu Nareswari (Manajemen 2012), dan Latif Ismail (HI 2012) terpilih sebagai wakil Indonesia dalam acara Indonesia Friendship Night 2015 di Tsukuba, Jepang yang diselenggarakan oleh Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Jepang. Keempat mahasiswa UMY ini akan menampilkan dua kesenian tari, yakni tari klasik (tari Gatot Kaca Sutejo) dari Yogyakarta dan tari kreasi (tari Suara Suling) dengan nuansa jawa.

Terpilihnya empat mahasiswa tersebut beserta satu manajer tim, Jofi Pamungkas (HI 2012) untuk ikut tampil dalam Indonesia Friendship Night 2015 di Jepang, juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka. Pasalnya, kelima mahasiswa ini juga merupakan perintis dari UKM Seni Tari UMY yang baru saja berusia satu tahun. “Ini adalah prestasi yang membanggakan bagi kami. Sebab kami baru saja berdiri dan baru satu tahun berdiri, sudah mendapatkan kesempatan untuk tampil di luar negeri. Ini juga menjadi pertama kalinya kami tampil di luar, karena sebelumnya kami hanya melakukan penampilan tari dan mengenalkan UKM tari ini dari universitas ke universitas di Jogja, dan yang paling berkesan bagi kami karena kami pernah diminta tampil di Kraton. Kemudian kali ini kami mendapatkan prestasi yang membanggakan lagi dengan tampil di Jepang,” ungkap Muhammad Toha yang juga merupakan ketua UKM Tari UMY, saat ditemui pada Senin (16/11).

Toha juga menyampaikan bahwa kesempatan mereka untuk bisa tampil dalam acara tersebut juga karena adanya undangan dari pihak PPI Jepang. “Awal mula kami bisa menjadi salah satu tim dari Indonesia yang ikut tampil dalam acara tersebut, karena ada dosen PPB (Pusat Pelatihan Bahasa) UMY yang juga penerima beasiswa Jepang memberikan informasi ini kepada kami. Dan dari pihak PPI Jepang langsung mengundang kami untuk ikut tampil. Waktu yang kami butuhkan untuk mempersiapkan penampilan kami ini juga hanya dua bulan, karena kami baru mendapatkan undangannya dua bulan sebelum acara. Karena itu, walaupun kami hanya mendapatkan waktu dua bulan untuk persiapannya, tapi kami akan tetap memberikan penampilan yang terbaik,” imbuhnya.

Sementara itu, Jofi Pamungkas (HI 2012), selaku Manajer Tim mengatakan, acara dua tahunan yang diselenggarakan oleh PPI Jepang tersebut merupakan acara pertukaran budaya, antara budaya Jepang dan Indonesia. Acara itu pun akan digelar selama dua hari di Green Hall Tsukuba dengan menampilkan 6 tim tari, yang terdiri dari tiga tim Jepang dan tiga tim Indonesia yang diwakili oleh UMY dan ITB (Institut Teknologi Bandung). “Acara ini akan digelar selama dua hari dan final dari penampilan ini akan diadakan kontes besar di pusat kota Tsukuba. Dari pentas tersebut juga ada wadah amal yang keuntungannya akan kami kami berikan untuk membantu sekolah-sekolah yang kurang mampu di Indonesia, yakni di SDN Jenepoto Sulawesi Selatan,” ujarnya.

Jofi juga mengungkapkan bahwa sekalipun kegiatan dari Indonesia Friendship Night tersebut hanya dua hari, namun ia bersama keempat temannya berencana akan berada di Jepang selama satu minggu, terhitung sejak keberangkatan mereka pada Rabu (18/11) hingga Sabtu (28/11). “Kami akan berangkat ke Jepang pada hari Rabu (18/11) dan akan tiba lagi di Jogja pada Sabtu (28/11). Karena agenda kami selain mengikuti kontes tari tersebut juga akan mengunjungi sanggar tari asal Jogja yang ada di Jepang, yakni Sanggar Hana Joss. Sanggar tari ini sudah terkenal di Jepang, jadi dalam kunjungan itu kami akan saling bertukar informasi dan melakukan silaturrahim dengan mereka,” ungkapnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Latif Ismail, selain menampilkan suguhan tarian klasik (Tari Gatot Kaca Sutejo) dan tari kreasi (Suara Suling) pada acara Indonesia Friendship Night dan mengunjungi Sanggar Hana Joss, mereka juga berencana akan mengenalkan kesenian tari asal Indonesia dan mengeksplor budaya Jepang serta kebudayaan Indonesia yang berkembang di Jepang. Karena saat ini, sudah banyak Indonesian Art Center yang berada di negara-negara lain. “Selain itu, kedatangan kami ke Jepang ini juga membawa misi sendiri. Selain membawa misi UMY sebagai kampus yang Unggul dan Islami, kami juga ingin mengenalkan pada mereka bahwa seni tari itu tidak semuanya harus berbau eksotis. Karena kami ingin membuat sisi lain dan memberi warna lain pada dunia seni tari. Orang banyak bilang kalau seni tari klasik itu kuno, jadi kami ingin mengubah cara pandang itu dengan menyajikan tarian klasik kemudian mengkreasikannya sendiri. Selain itu, walaupun kami membawakan kesenian tari, tapi kami juga ingin tetap sesuai dengan tuntunan agama Islam. Jadi tarian dan pakaiannya pun kami sesuaikan agar tetap mencerminkan unggul dan Islami. Ini pastinya yang akan membedakan kami dengan yang lain dan memang yang ingin kami pertahankan adalah ini, agar tetap bisa Islami,” jelasnya.

Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, MA yang melepas keberangkatan kelima mahasiswa tersebut ke Jepang pun turut memberikan dukungan sepenuhnya kepada mereka. Karena menurutnya, bagi UMY sendiri untuk bisa mendapatkan kesempatan mengenalkan kampusnya melalui dunia seni masih sangat jarang. Untuk itu, Prof. Bambang berharap, mahasiswa-mahasiswi tersebut dapat memberikan penampilan yang maksimal. “Ini menjadi nilai tambah untuk mengenalkan UMY melalui seni. Karena itu, tampillah yang maksimal karena ini kesempatan yang langka bagi UMY,” ujarnya.

Prof. Bambang pun berpesan agar kelima mahasiswa tersebut tetap bisa membawa misi UMY yang Unggul dan Islami serta Muda Mendunia. Karena di luar negeri, menurut Prof. Bambang, tidak ada universitas yang memang spesifik memiliki misi sebagai kampus yang Islami. “Karena itu, tampilkan UMY apa adanya, sebagai kampus yang unggul dan Islami. Kesempatan ini juga menjadi peluang bagi kalian untuk bisa menambah pengalaman dan link yang mungkin saja bisa memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kalian, seperti beasiswa. Maka dari itu, manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya,” pesannya.

Komakom UMY Manfaatkan Gadget Menjadi Media Kompetisi

$
0
0

IMG_9486Korps Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (KOMAKOM) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) telah sukses menyelenggarakan event tahunan Communication Awards (CA), yang merupakan sebuah ajang kompetisi komunikasi Nasional yang pada tahun ini genap berusia 10 tahun (satu dekade). Rangkaian kompetisi yang telah bergulir sejak bulan Agustus sampai dengan November tersebut terdiri dari berbagai kompetisi komunikasi, salah satunya yaitu Festival Film Gadget (FFG).

Kompetisi pembuatan film menggunakan gadget dengan durasi 15 menit tersebut merupakan sebuah ajang pemanfaatan alat komunikasi smartphone sebagai media baru dalam berkarya. Karena sejauh ini, fungsi gadget atau smartphone masih dimanfaatkan oleh sebagian kalangan mahasiswa hanya untuk berfoto selfie, sebagai alat berkomunikasi jarak jauh, mengupdate status di jejaring media sosial, dan lainnya. Karena itulah, untuk memfungsikan gadget menjadi media yang lebih positif dan bermanfaat, Komakom UMY mengadakan kompetisi Festival Film Gadget yang merupakan serangkaian kompetisi dalam Communication Awards dengan mengangkat tema Just Like Animal. Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Yuli Indrianti selaku Ketua Acara CA  dalam Malam Penganugerahan CA yang diselenggarakan pada Minggu (15/11) bertempat di Gedung Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta.

Tema yang diangkat tersebut seperti dijelaskan Yuli, merupakan pembuatan film dengan ide cerita memfilosofikan hewan yang dibingkai dalam sebuah film pendek. Seperti contohnya hewan semut, yang kerap difilosofikan sebagai hewan yang bekerja mengutamakan gotong royong dalam berkelompok, dan filosofi hewan tersebut dapat dicontoh oleh manusia sebagai suatu hal yang positif. “Tema FFG tahun ini yaitu Just Like Animal, dimana kita ingin menyadarkan masyarakat, khususnya mahasiswa bahwasannya filosofi dari perilaku hewan yang positif, seperti semut dengan gotong royongnya pun dapat ditiru oleh manusia dalam kegiatan sehari-hari,” ungkapnya.

Ditambahkan oleh Yuli, dari sekian banyak karya yang masuk, hanya diambil 5 film yang masuk dalam nominasi, berdasarkan pilihan dewan juri, dan satu film terfavorit berdasarkan vote like di youtube. “Dari lima film yang masuk nominasi tersebut, hanya akan diambil 3 juara, yaitu juara 1,2,dan 3, serta 1 film favorit yang sebelumnya telah di vote oleh penonton melalui youtube,” tambahnya.

Sebagai salah satu juri FFG, Bagus Sumartono mengungkapkan karya-karya yang masuk dalam kompetisi FFG tersebut sudah cukup baik, sehingga sempat membuat dewan juri kebingungan untuk memilih 5 film yang masuk ke dalam nominasi. “Dari segi kualitas sudah sangat baik, dan tema yang diangkat pun cukup menarik, sehingga peserta mengeksplor film-filmnya dengan sangat baik, dan sempat membuat bingung kami sebagai juri untuk memilih,” tuturnya.

Bagus juga menambahkan, kepedulian Komakom UMY dalam memanfaatkan gadget untuk media kompetisi sangatlah baik, karena sejauh ini mahasiwa masih kebingungan untuk berkarya dalam pembuatan film, karena terbatasnya alat kamera profesional yang digunakan untuk membuat film. “FFG dapat menjadi solusi bagi sineas muda untuk berkarya dalam membuat film dengan memanfaatkan gadget, dengan itu tidak ada alasan lagi untuk rekan-rekan mahasiswa untuk tidak berkarya dan berkompetisi, khususnya dalam bidang film,” tambahnya.

Terlepas dari hal itu, Communication Awards tahun ini memiliki berbagai serangkaian kompetisi, diantaranya yaitu CSR Program, Feature Writing, Festival Film Gadget (FFG), Integrated Campaign, dan Print AD, serta pada malam penganugerahan tersebut turut dimeriahkan berbagai pengisi acara, diantaranya Antagonis Puisi, Kabaret UMY, Hox Up dancer, 21 breakdown band, dan Three Angle band. (Adam)

Alumni Komunikasi UMY Gagas Ikatan Keluarga Alumni Komunikasi

$
0
0

IMG_0985Alumni merupakan salah satu elemen penting bagi universitasnya karena para alumni sebagai pihak internal yang telah berkarya dan bekerja akan memberikan banyak masukan dan kontribusi bagi almamaternya. Merupakan keharusan bagi setiap universitas untuk terus menjalin hubungan baik dengan para mahasiswanya jika ingin mempunyai langkah progresif menghadapi persaingan global.

Hal inilah yang mendasari Program Studi Ilmu Komunikasi UMY untuk menyambut baik gagasan dari para alumninya yang ingin membentuk Ikatan Keluarga Alumni Ilmu Komunikasi (KIKO UMY). Inisiasi pembentukan KIKO ini disampaikan oleh Jupiter Rahadiansyah Mundung, selaku koordinator KIKO ketika bersilaturahmi ke Jurusan IK UMY pada Senin (16/11) sore. “Pada September lalu, kami para alumni Ilmu Komunikasi UMY angkatan 2000 telah menggelar acara reunian yang di gelar di Yogyakarta. Saat itu dihadiri puluhan alumni Ilmu Komunikasi UMY angakatan 2000 yang tersebar dari berbagai daerah seperti Solo, Semarang, Surabaya, Batam, Makassar, Lampung, Banjarmasin, Jakarta, Cirebon dan Yogyakarta sehingga kami mengusulkan untuk adanya katan Keluarga Alumni Komunikasi (KIKO) sebagi bentuk sumbangsih kami sebagai alumni terhadap almamater,” ungkap Jupiter.

Jupiter menjelaskan, dengan dibentuknya Ikatan Keluarga Alumni tersebut diharapkan dapat menjadi ajang silaturahmi antar alumni, dan juga sebagai media eksistensi alumni IK UMY angkatan 2000 secara khususnya. “Selama ini rekan-rekan alumni hanya berkomunikasi melalui media sosial dan media group, sangat lebih baik jika dibentuk komunikasi tatap muka langsung, untuk membicarakan apa saja, baik itu kepentingan pribadi, keluarga, turut memberikan sumbangsih kepada kampus, dan bahkan masyarakat secara luas,” ungkapnya.

Pihak Program Studi Ilmu Komunikasi UMY, yang diwakili oleh Ketua Program Studi IK UMY Haryadi Arief Nuur Rasyid, S.IP, M.Sc menyambut positif dengan dibentuknya ikatan keluarga alumni angkatan 2000 tersebut. Haryadi mengungkapkan, momentum terbentuknya ikatan keluarga alumni tersebut akan mampu mempererat tali silaturahmi antar alumni dengan dosen, dan juga pihak jurusan. “Silaturahmi ini diharapkan akan mampu menjalin kekeluargaan yang lebih dekat lagi antara alumni dan juga jurusan, dan saya berharap alumni juga turut dapat memberikan sumbangsih ide dan pikiran demi kemajuan jurusan yang lebih baik lagi kedepannya,” ungkapnya.

Salah satu alumni yang turut hadir dalam silaturahmi tersebut Satria Oetami mengungkapkan, sejauh ini bentuk komunikasi yang terjalin antar alumni, khususnya angkatan tahun 2000 yaitu berupa pertemuan rutin setiap bulan, dan juga para alumni kerap menyambangi dan memberika bantuan kepada alumni yang sedang dilanda musibah, dengan mengumpulkan dana bantuan dari para alumni. “Diharapkan dengan terbentuknya ikatan keluarga alumni ini semakin banyak alumni yang ikut bergabung, dan kedepannya diahrapkan akan diagendakan berbagai kegiatan rutin untuk alumni, seperti reunian, dan kegiatan-kegiatan lainnya,” ucapnya.

Sebagai langkah awal, KIKO secara rutin akan melakukan kegiatan reuni dan mulai melakukan peneluran serta mempersuasif alumni Ilmu Komunikasi UMY untuk bergabung bersama. Meskipun saat ini yang tergabung dan rutin mengikuti kegiatan KIKO didominasi oleh angkatan 2000, namun pengurus KIKO yakin setiap tahun akan ada peningkatan jumlah anggota dari berbagai angkatan agar bisa bersama-sama membangun almamaternya. (Adam)

Nikigakka UMY Selenggarakan “Nihon Go 3”

$
0
0

IMG_4622

Untuk ketiga kalinya Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Jepang UMY yang biasa disebut Nikigakka menyelenggarakan kompetisi Bahasa Jepang “Nihon Go 3”. Acara tersebut diselenggarakan pada Minggu (15/11) di Mini Teather Gedung Perpustakaan lantai 4. Kompetisi ini diikuti oleh siswa/i SMA/SMK sederajat dan juga untuk kalangan umum.

Mohammad Arifin selaku ketua Himpunan Mahasiswa Nikigakka menjelaskan bahwa agenda Nihon Go ini merupakan agenda tahunan sejak tahun 2013. “Ini adalah tahun ketiga Nikigakka UMY menyelenggarakan kompetisi bahasa Jepang. Harapannya agenda Nihon Go ini dapat terselenggara di setiap tahunnya,” ujar Arifin.

Dalam Nihon Go 3 ini terdapat 5 kategori perlombaan antara lain Radoku atau story telling dalam bahasa Jepang, Kana atau lomba menulis karakter Hiragana dan Katakana, Shuuji atau lomba menulis kaligrafi karakter Jepang, lomba membuat karakter Manga dan Japanese speech contest (Lomba berpidato bahasa Jepang). Gusti Gagah Noor Prayogi selaku ketua panitia menjelaskan bahwa untuk kategori lomba Shuuji dan Manga juga diperuntukkan peserta umum.

Acara yang berlangsung selama satu hari penuh sejak pukul 9.00 hingga 15.00 wib tersebut diikuti oleh 60 peserta dari berbagai SMA dan daerah. Gusti menambahkan bahwa peserta tidak hanya berasal dari Yogyakarta saja melainkan juga dari daerah luar Jogja seperti Cilacap, Banyuwangi, Purworejo dan Sukoharjo. Para peserta dari tingkat SMA sendiri merupakan siswa yang mengambil mata pelajaran atau mengikuti klub-klub bahasa Jepang di sekolahnya.

“Selain kompetisi, Nihon Go 3 juga dimeriahkan oleh pertunjukan musik dan tari dari mahasiswa PBJ UMY,” tambah Gusti. Pertunjukan tari yang dihadirkan adalah tarian Soran Bushi yang merupakan tarian tradisional Hokkaido, Jepang. Dulu, Soran Bushi sering dibawakan nelayan tradisional di pulau Hokkaido sebelum pergi melaut. Gerakan-gerakan dari tarian ini pun menggambarkan kegiatan nelayan tradisional yang sedang menjala ikan.

Kepala Program Studi PBJ UMY mengapresiasi atas kesuksesan acara yang diselenggarakan oleh Nikigakka tersebut. Ia berharap dengan terus diselenggarakannya Nihon Go dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat luas terhadap bahasa Jepang. “Selain itu, event Nihon Go ini juga dapat dijadikan sebagai promosi program studi PBJ secara khusus dan UMY secara umum,” tutupnya. (Deansa)

Komunikasi UMY Tuntut Mahasiswa Berkompetisi Melalui Tugas Kuliah

$
0
0

IMG_00711Guna mewujudkan mahasiswa yang kompeten dalam bidangnya, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menuntut mahasiswa untuk turut ikut berkompetisi melalui tugas perkuliahan. Implementasi nyata tersebut dengan mengikuti perlombaan dalam bidang komunikasi yang kompetisinya sesuai dengan mata kuliah yang didapatkan selama perkuliahan di kelas. Hal tersebut diungkapkan Erwan Sudiwijaya, S.Sos. MBA selaku dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UMY Konsentrasi Advertising ketika dihubungi pada Selasa (17/11).

Erwan mengungkapkan, untuk melatih mental dan kemampuan mahasiswa dalam hal memahami materi perkuliahan, diperlukan implementasi secara langsung yaitu dengan mendaftarkan tugas kuliah yang diampu ke berbagai kompetisi-kompetisi nasional. “Tujuannya jelas yaitu untuk melatih mental mahasiswa untuk berkompetisi melalui tugas perkuliahan, karena jika tidak dilatih dari sekarang untuk berfikir kompetitif mahasiswa tidak akan siap ketika terjun ke dunia kerja nantinya,” ungkapnya.

Selain itu ungkap Erwan, standar industri dan dunia kerja di bidang iklan khususnya semakin tahun semakin meningkat, dan dibutuhkan pula ide-ide kreatif dan baru jika ingin bersaing di dunia iklan. “Mahasiswa selain berfikir kompetitif dituntut pula untuk lebih kreatif dalam hal menyelesaikan tugas perkuliahan, karena industri dan dunia kerja saat ini sangat membutuhkan ide-ide yang baru dan kreatif,” tambahnya.

Keberhasilan mahasiswa dalam berkompetisi melalui tugas perkuliahan tersebut seperti yang ditunjukkan oleh Ikhfan Afrido, yang merupakan mahasiswa Jurusan Komunikasi UMY konsentrasi advertising angkatan 2013 yang telah berhasil mendapatkan juara 3 dalam kompetisi Communication Awards (CA) dalam kategori Print AD. Ikhfan mengungkapkan, sangat tertantang untuk berkompetisi melalui tugas kuliah yang diberikan. “Pada kompetisi CA tersebut, saya mendaftarkan hasil tugas kuliah penulisan naskah iklan dalam kategori print ad, dan Alhamdulillah mendapatkan juara ketiga,” ungkapnya.

Tema yang diangkat Ikhfan dalam karya print adnya tersebut yaitu Stop Sirkus. Adapun yang melatar belakangi Ikhfan mengangkat tema tersebut yaitu bentuk keprihatinannya melihat kondisi hewan lumba-lumba yang dimanfaatkan untuk pertunjukkan sirkus. Diungkapkan Ikhfan, jika lumba-lumba dimanfaatkan untuk pertunjukkan sirkus kehidupannya hanya bertahan selama 6 tahun, sedangkan jika lumba-lumba dibebaskan ke alamnya maka akan bertahan hingga 50 tahun. “Berdasarkan data yang saya dapatkan, jika lumba-lumba dimanfaatkan untuk pertunjukkan sirkus hidupnya tidak akan bertahan lama, berbeda jika dilepaskan di alamnya, seharusnya masyarakat mulai sadar bahwa lumba-lumba saat ini populasinya semakin berkurang dan butuh untuk dilindungi, atas permasalahan itu saya mengangkat tema Stop Sirkus dalam kompetisi tersebut,” ujarnya.

Sedangkan dalam kategori Print AD tersebut, yang berhasil meraih juara pertama yaitu dari ISI Yogyakarta, urutan kedua diraih Universitas Kristen Petra Surabaya, dan juara ketiga diraih Ikhfan mewakili UMY.

Perjuangan Ki Bagus Hadi Kusumo Layak difilmkan

$
0
0

IMG_0998Ki Bagus Hadi Kusumo memang baru saja diberikan gelar sebagai salah satu pahlawan nasional Republik Indonesia. Namun perannya dalam membuat pembukaan UUD 1945 dan juga perjuangannya menegakkan akidah Islam selama masa penjajahan patut untuk dipahami dan diteruskan oleh generasi bangsa selanjutnya. Tidak hanya didokumentasikan dalam bentuk karya tertulis, namun kisah perjuangan beliau sudah selayaknya diangkat ke dalam layar lebar.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Bambang Cipto, dalam Seminar Kepahlawanan Ki Bagus Hadikusumo di Ruang Sidang Gedung Pascasarjana UMY lantai 4 pada Rabu (18/11). Dalam seminar tersebut, turut hadir pula Dr. Gunawan Budiyanto, Wakil Rektor I UMY yang juga merupakan cucu dari Ki Bagus Hadi Kusumo, Prof. Dr. Buya Syafii Maarif, dan Dr. Martino Sardi sebagai pembicara.

Prof. Bambang juga menyampaikan, jika perjuangan Ki Bagus Hadi Kusumo tersebut hanya dipublikasikan melalui tulisan atau buku masih kurang menarik. Karena minat baca masyarakat saat ini mulai berkurang. “Oleh karena itulah, perjuangan Ki Bagus ini memang sudah selayaknya dibuat film. Karena itu justru yang akan lebih menarik minat masyarakat untuk mengetahui lebih jauh tentang sosok dan perjuangan Ki Bagus. Dan UMY juga siap mendukung jika perjuangan Ki Bagus ini difilmkan,” jelasnya.

Sementara itu, Prof. Buya Syafii Ma’arif menyampaikan bahwa sosok Ki Bagus Hadi Kusumo merupakan salah satu pendiri negara yang keras, tegas namun luwes. “Saya membenarkan dari yang disampaikan oleh Pak Gunawan bahwa sikap Ki Bagus merupakan buah dari ajaran-ajaran K.H. Ahmad Dahlan. Mungkin kalau tidak dididik oleh Ahmad Dahlan, beliau hanya menjadi kiayi biasa,” jelas Buya.

Menurut Buya, Ki Bagus merupakan seorang petarung yang memiliki argumen kuat. Orang Muhammadiyah sudah seharusnya bertutur jelas, memiliki prinsip yang kuat dan tegas dalam berargumentasi. Argumen yang kuat itu juga harus disertai dengan kebenaran mutlak, tidak dengan memonopoli kebenaran. “Seperti diungkapkan dalam dalil Laa ikraaha fid diin. Yang diartikan sebagai tidak ada paksaan dalam agama. Maka ketika berargumen harus berlandaskan dalam kebenaran meski tidak dapat diterima oleh pihak lain,” jelasnya.

Kekaguman atas kepahlawanan Ki Bagus Hadi Kusumo juga disampaikan oleh Dr. Martino Sardi yang sejak 1990 telah melakukan riset terhadap Ki Bagus dan mempresentasikannya di negara-negara di Eropa. “Sejak 1990 saya kagum akan tokoh nasional Ki Bagus Hadi Kusumo. Pemikirannya mencerminkan seorang tokoh yang kepemimpinannya dilakukan tanpa pamrih,” tuturnya.

Ia mengungkapkan bahwa yang paling menarik dari pemikiran Ki Bagus adalah dasar keimanan akan Allah yang mempengaruhi seluruh pemikiran, sikap dan tindakannya, yang tetap teguh berjuang demi kebaikan, kebenaran, kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, solidaritas, dialog, dan keutuhan alam ciptaan. “Pada tahun 1993 saya pernah merumuskan perjuangan Ki bagus dalam bahasa latin yang menjadi diskusi hangat di Italia. Ki Bagus, Vir pacificus et totus islamicus yang artinya Ki Bagus, putra yang damai dan sungguh-sungguh Islam,” terangnya.

Politik Diplomasi Ki Bagus, menurut Dr. Martino, mengalir dari sikap imannya yang teguh akan Allah. Oleh karena itu dalam berdiplomasi, Ki Bagus sangat respek terhadap sesamanya. Karena sesamanya beliau pandang sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling baik. Politik diplomasinya antara lain dalam pembicaraan, diskusi dan ceramah di sidang-sidang BPUPKI dan PPKI, dan dalam penolakannya terhadap perintah penguasa Jepang yang mengharuskan siswa-siswa sekolah di tanah jajahannya untuk melaksanakan kebaktian menyembah dan menghormati dewa matahari atau Amaterasu Omi Kami.

Dari iman akan Allah yang sungguh-sungguh dan mendalam itu, lanjut Dr. Martion, Ki Bagus mau menyatakan bahwa soal iman merupakan perkara hidup, yang tidak dapat diganggu-ganggu oleh siapapun, bahkan penguasa sekalipun. Perkara iman jauh melebihi harga diri orang, karena Allah-lah yang menentukan kehidupan ini. Bahkan hingga penguasa Jepang pun sangat menghormati apa yang dikehendaki oleh Ki Bagus. “Dengan demikian adanya sikap yang saling respek satu sama lain, akan menimbulkan kerjasama yang luar biasa,” tutupnya. (Deansa)

Perlu Penanganan Yang Jeli Dalam Menyelesaikan Sengketa Pilkada

$
0
0

IMG_0717Indonesia sebentar lagi akan disibukkan dengan penyelenggaran Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota secara serentak di beberapa daerah, tepatnya di 9 Provinsi, 224 Kabupaten, dan 36 Kota. Peraturan tentang pemilihan ini sudah tercantum pada Penetapan Perpu No.1 Tahun 2014. Namun, sebagaimana pengalaman yang terjadi, tentu saja dalam pelaksanaan Pilkada ini tidak selamanya akan berjalan dengan mulus tanpa adanya beberapa sengketa dan masalah yang terjadi. Karena itulah, perlu adanya penanganan yang jeli dalam menyelesaikan sengketa Pilkada yang mungkin saja akan terjadi ke depannya.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Nasrullah, S.J., A.Ag., M.CL selaku dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) saat menjadi pembicara dalam Advance Training penyelesaian sengketa pilkada, yang diselenggarakan atas kerjasama DPP Ikadin (Ikatan Advokat Indonesia), DPD Ikadin Yogyakarta, Fakultas Hukum UMY dan Tahir Foundation, pada Rabu (18/11) di ruang sidang Ar. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY. Dalam pemaparannya, Nasrullah mengungkapkan bahwa pada setiap sengketa yang biasanya terjadi dalam pilkada, pasangan calon (paslon) biasanya akan menggugat jika hasil pilkada tidak sesuai dengan keinginannya. Sengketa-sengketa inilah yang biasanya akan menjadi penghambat dalam memutuskan hasil pilkada. Karena dalam proses penyelesaian perselisihan tersebut tidak bisa dilakukan secara serentak pula, ada beberapa tahapan dan proses yang harus dilakukan dan hal itu akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit. “Secara umum, sengketa tersebut terjadi karena adanya benturan kepentingan, misalnya sengketa pada Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP). Namun, jika dilihat lebih jeli lagi, potensi sengketa pemilihan bukan hanya terjadi pada PHP tetapi juga pada tahap persiapan dan penyelenggaraan pemilihan. Sehingga untuk menyelesaikan permasalahan sengketa pilkada ini harus dilakukan secara jeli dan melihat keseluruhan penyebab potensi sengketa,” papar Nasrullah.

Dosen Fakultas Hukum UMY ini kembali menjelaskan, bahwa sengketa yang terjadi seperti PHP, terjadi karena adanya perselisihan antara KPU Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan peserta mengenai penetapan perolehan suara hasil pemilihan. “Penetapan hasil ini tentu saja bisa mempengaruhi penetapan calon untuk maju ke putaran berikutnya atau penetapan calon terpilih. Karena tidak terima maka paslon akan mengajukan gugatan ke MK. Mengingat pilkada bukanlah rezim pemilu, MK telah memutuskan kewenangannya menyelesaikan sengketa PHP adalah inkonstitusional, “ jelasnya.

Sementara itu, Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Nasrullah S.H., M.H juga mengungkapkan bahwa ketika MK bertugas sebagai penerima gugatan dan memutuskan pilkada serentak, berbeda lagi dengan Bawaslu yang bertugas dalam mengawasi pemilu pilkada serentak. “Sengekta PHP tetap menjadi kewenangan MK dan sengketa Pilkada pasti akan berujung di MK. Tapi, sayangnya saat ini MK malah mengubah dirinya sebagai Mahkamah Kalkulator. Karena, MK lebih bermain dengan data, siapa yang datanya paling kuat dan banyak dia yang akan menang. Setiap ada Pilkada bukan hanya satu saja yang melaporkan tetapi ada banyak jumlahnya, bayangkan saja jika ada 260 titik yang melakukan gugatan ke MK, maka itu semua harus diselesaikan satu persatu, tak heran jika MK lebih bermain data sekarang. Berbeda dengan Bawaslu, yang lebih substansi dalam menyelesaikan sengketa, “ ungkapnya.

Lagi pula, lanjutnya, ini berpengaruh pada pendekatan-pendekatan yang dipilih oleh Bawaslu dalam menyelesaikan sengketa. “Orang-orang yang bekerja di Bawaslu ini dari berbagai macam bidang bukan 1 bidang saja, jadi dalam menentukan pertimbangannya lebih luas tidak semata-mata pada masalah hukum jadi lebih kaya dan menarik. Untuk alur penyelesaian sengketa ini ada beberapa tahap yaitu kelengkapan administrasi, penetapan kesepakatan dengan cara musyawarah, kemudian pengambilan keputusan. Dari beberapa kasus yang sering terjadi terkait dengan PHP adalah adanya kecurangan dalam pengambilan suara, misalnya dengan adanya Paslon yang menggunakan serangan fajar sebelum pemilu, “ lanjutnya.

Dalam menanggapi sengketa semacam ini Bawaslu sendiri sudah mempunyai cara agar sengeketa ini tidak berlarut-larut. “Ketika ada Paslon terlapor atau melaporkan, Bawaslu akan mencoba mengecek bantuan sosial atau dana hibah yang diterima Paslon ketika melakukan kampanye. Kemudian mencermati dan mempelajari anggaran kampanye Paslon dari tahun ke tahun, jika terjadi kelonjakan anggaran berarti ada yang tidak beres. Biasanya ini bisa terjadi karena adanya faktor pendekatan antara Paslon dengan Gubernur. Sampai saat ini Bawaslu melakukan audit di beberapa daerah untuk menanggulangi adanya sengketa, “ papar Nasrullah.


Sri Sultan HB X : Muhammadiyah Merupakan 4 Pilar Utama Yogyakarta

$
0
0

IMG_0756Muhammadiyah dalam memasuki abad keduanya, semakin mendorong dirinya untuk memberikan pencerahan bagi Indonesia. Muhammadiyah telah banyak memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia, mulai dari bidang pendidikan, pelayanan sosial dan dakwah. Melalui kontribusi Muhammadiyah terhadap kemajuan bagsa tersebut, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan bahwa Muhammadiyah merupakan 4 pilar utama Yogyakarta, setelah Tamansiswa, UGM dan Keraton. Hal tersebut diungkapkannya ketika memberikan sambutan pada Malam Tasyakuran Milad Muhammadiyah ke 106 tahun pada Rabu (18/11) bertempat di Gedung Sportorium Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogykarta (UMY).

Sri Sultan mengungkapkan, Muhammadiyah lahir di Yogyakarta dan keberadaan Muhammadiyah sangat berpengaruh dalam kemajuan Yogyakarta dari berbagai bidang. Selain itu, Muhammadiyah selama ini merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari Keraton Yogyakarta. “Bukti nyata Muhammadiyah merupakan pilar utama dari Yogyakarta yaitu dengan keberadaan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah yang tersebar di penjuru DIY. Selain bidang pendidikan, dari aspek pelayanan sosial pun kontribusi Muhammadiyah sejauh ini sudah sangat baik, dan pastinya lahirnya Muhammadiyah di Yogyakarta merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari Keraton dan pilar utama lainnya, yaitu UGM dan Tamansiswa. Jika ke-empat pilar tersebut dapat bersinergi niscaya akan menjadi kekuatan moral bangsa yang dapat memberikan nilai tambah tercapainya gerakan Islam sebagai pencerahan peradaban bangsa,” ungkapnya.

Milad Muhammadiyah kali ini ditandai oleh 2 momentum membahagiakan, yaitu dengan diraihnya IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) sebagai organisasi kepemudaan berprestasi tingkat nasional dan internasional. Selain itu juga penganugerahan gelar pahlawan bagi Ki Bagoes Hadikusumo yang merupakan tokoh berpengaruh di Muhammadiyah oleh pemerintah, merupakan suatu yang membanggakan bagi Muhammadiyah. “Pemberian gelar pahlawan bagi Ki Bagoes merupakan pilihan yang tepat, jika dilihat dari perjuangan Ki Bagoes dalam keanggotaannya sebagai Badan Penyelidikan Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan juga perannya dalam penyusunan pembukaan UU Dasar 1945,“ imbuh Sultan lagi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Dr. Zulkifli Hasan, S.E.,M.M, selaku ketua MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) RI. Ia mengatakan bahwa sudah sepantasnya pemerintah harus menghormati Muhammadiyah yang telah berjasa besar terhadap kemerdekaan RI, karena Muhammadiyah berperan penting dalam kemerdekaan Indonesia. “Ki Bagoes merupakan satu dari sekian banyak pejuang Muhammadiyah yang turut berkontribusi dalam kemerdekaan RI. Hal ini menandakan peran tokoh-tokoh Muhammadiyah dalam memperjuangkan kemerdekaan saat itu sangatlah besar, sudah sepatutnya pemerintah menghargai Muhammadiyah yang telah turut berperan penting dalam kemerdekaan RI,” ungkapnya.

Pada malam tasyakuran milad ke 106 Muhammadiyah tersebut dilakukan pula penandatanganan gerakan iuran anggota Muhammadiyah sebesar Rp. 10.000,- per bulan untuk kemandirian Muhammadiyah, dan juga pemberian penghargaan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah kepada IPM atas prestasi membanggakannya sebagai organisasi kepemudaan terbaik nasional. (Adam)

Mahasiswa UMY Juarai Kompetisi Pasar Modal

$
0
0

prestasi tahun 2015

Dua mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menorehkan prestasi gemilang dalam ajang Unnes (Universitas Negeri Semarang) Capital Market Competition (UCMC) 2015, yang diselenggarakan oleh Unnes Stock Exchange Study Forum (UNSSAF) bekerja sama dengan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan PT Phintraco Securities. Tim UMY berhasil mengalahkan tim dari Universitas Padjajaran (UNPAD) dan Universitas Diponegoro (UNDIP) yang menjadi juara kedua dan ketiga. Sebelumnya pada tahun 2014, tim UMY juga berhasil mendapatkan juara kedua dalam ajang Trading Online Saham yang dihelat oleh PT Philips Securities Indonesia.

Kedua mahasiswa berprestasi tersebut adalah Yovi Hendriana dan Robi Jamil Romdoni. Yovi menuturkan bahwa persaingan memenangkan juara UCMC tahun ini sangatlah ketat. “Kompetisi ini terbuka untuk seluruh mahasiswa Indonesia, dan kami juga bersaing ketat dengan mahasiswa dari 40 Universitas ternama seperti UGM, UNNES, IPB, UI, UNPAD dan UNY,” jelasnya saat ditemui pada Jum’at (20/11).

Menurut Yovi, kompetisi tersebut dimulai dengan Online Trading Competition pada 21 hingga 25 September 2015. Dalam kompetisi ini para peserta diharuskan melakukan trading online dengan modal cash awal sebesar Rp 100.000.000,- selama satu minggu bursa. Yovi menambahkan, “Dalam kompetisi trading online ini, UMY berhasil membubuhkan laba sebesar 11% dan berada pada posisi kelima dari seluruh peserta senusantara.” Dari tahap pertama kemudian diambil nominant 20 besar untuk berkompetisi pada tahap selanjutnya yang diadakan di Universitas Negeri Semarang pada 9 hingga 10 Oktober.

Pada hari pertama (9/10), peserta mengikuti seleksi di babak check point dan running question. Dalam babak ini, peserta berkompetisi secara tertulis untuk menguji kemampuan nalar dalam pasar modal berupa Valuasi Investasi di surat berharga seperti saham, obligasi dan reksadana. “Dalam babak ini peserta diambil 8 besar untuk memasuki babak selanjutnya. UMY termasuk salah satu yang terpilih bersama dengan MH Tamrin, UNDIP, UNY, Atmajaya dan UNPAD,” imbuh Yovi.

Babak selanjutnya adalah showcase yang bertujuan untuk menguji pemahaman dalam menganalisa fundamental sebagai acuan pengambilan keputusan investasi. Peserta diberi kasus terkait “Kebijakan Jokowi Jilid III terhadap Sektor Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Pada babak ini pula UMY berhasil mendapatkan score tertinggi dan maju ke tahap Beauty Contest dengan dua finalis lainnya. Beauty contest yang merupakan kompetisi tahap akhir ini adalah analisa perusahaan yang telah dibeli oleh para peserta pada tahap online trading, berupa analisa fundamental dan teknikal serta alasan pemilihan saham tersebut. “Tim UMY sendiri mempresentasikan saham PT Sri Rejeki Isman Tck, perusahaan textile dan garment. Dan kami kembali unggul berada di urutan tertinggi mengungguli Tim dari UNPAD dan UNDIP,” tutupnya. (Deansa)

Tim Futsal UMY Berhasil Meraih Juarai Turnamen Yogyakarta Futsal Championship 2015

$
0
0

IMG_7329 (1)Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali meraih kemenangan dalam Turnamen Yogyakarta Futsal Championship 2015, yang dilaksanakan pada 13 hingga 15 November 2015 lalu. “Sesuatu yang membanggakan bagi kami bisa meraih juara 1 dalam acara ini, apalagi pialanya mengatas namakan Kemenpora. Keberhasilan ini juga berkat teman-teman yang terus berlatih dan memperjuangkan nama Universitas selama pertandingan berlangsung, “ jelas Suryo Nugroho selaku Kapten Futsal UMY saat diwawancarai pada hari Kamis (19/11) di Biro Humas dan Protokol (BHP UMY).

Kompetisi yang dilaksanakan di Jogokaryan Futsal ini juga terdiri dari 21 tim dari beberapa Universitas se-Yogyakarta. “Meskipun kompetisi ini diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) namun acara ini didukung penuh oleh Kemenpora. Jadi tak heran jika pialanya mengatas namakan Kemenpora. Untuk UKM Futsal sendiri hanya mengirim satu tim dan itu terdiri dari 11 orang, antara lain, Alan, Pawit, Rausman, Rangga, Andi, Suparman, Koda, Wawan, Deka, Suryo, Nugroho, dan Umar, “ terangnya.

Untuk proses perlombaannya, lanjutnya, mereka melalui beberapa tahap, yaitu tahap penyisihan yang berlangsung dengan 2 sesi pertandingan, babak semifinal, dan babak final. “Pada babak penyisihan di sesi pertama tim futsal UMY melawan tim futsal UNY dengan score 3-1 dan di sesi kedua tim futsal UMY melawan tim futsal Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY) yang kalah telak dengan score 3-0. Pada babak semifinal tim futsal UMY melawan tim futsal Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Akademi Komputer (STIMIK AKAKOM) dengan score 3-1, “ lanjutnya.

Nugroho menjelaskan bahwa, ketika bisa lolos di babak semifinal mereka sangat bangga tapi sekaligus was-was karena mereka harus melawan tim futsal dari UNY. “Dari sekian banyak tim Universitas yang ikut, UNY menjadi lawan terberat kami dalam Turamen ini. UNY kan salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta yang memiliki Fakultas Keolahragaan, jadi sangat wajar jika tim mereka bisa masuk final. Ketika babak final berlangsung, pertandingan sangat sengit dan di menit pertama kami sempat berebut bola. Namun, hasil akhir tim futsal UMY berhasil menang dengan score 3-1, “ jelasnya.

Persiapan yang dilakukan tim UMY sama seperti dengan latihan yang disepakati bersama. “Tidak ada persiapan khusus untuk mengikuti persiapan ini, kami hanya berlatih seperti biasanya. Mungkin yang ditambah waktu hanya latihannya, kalau biasanya 2 jam jadi 3 jam. Sebelumnya kami juga meraih juara 1 di Politeknik ATK Yogyakarta, yang berlangsung pada 31 Oktober 2015, “ paparnya.

Nugroho pun berharap tim futsal UMY bisa mengikuti berbagai macam kompetisi yang diselenggarakan, khususnya yang berstandar nasional dan internaisonal. “Meskipun yang menang tim futsal UMY tapi, kami tetap berada di bawah naungan tim sepak bola UMY. Nah, ke depannya tim sepak bola UMY akan mengikuti Piala Rektor UGM, sudah beberapa perisiapan yang kam lakukan salah satunya mempersiapkan pelatih. Kami berharap, tim sepak bola UMY bisa kembali meraih juara, “ tutupnya.

2 Mahasiswa PBI UMY Jadi Sumber Motivasi Bagi Peserta “13th Asia TEFL International Conference”

$
0
0
????????????????????????????????????

????????????????????????????????????

Sebuah kebanggan yang tak terkira bagi kedua mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yaitu, Aisyah Mumary Songbatumis dan Aristianto karena bisa memamerkan hasil penelitiannya dalam acara 13th Asia TEFL International Conference (Creating the Future for ELT in Asia: Opportunities and Directions). Selain itu, keduanya pun menjadi sumber motivasi bagi peserta-peserta lain dalam konferensei tersebut. Hal ini dikarenakan, usia mereka yang masih tergolong muda diantara peserta lainnya dan menjadi satu-satunya peserta konferensi yang berasal dari kalangan mahasiswa S1.

“Conference yang dilaksanakan di Nanjing International Youth Cultural Center, Nanjing, China ini berlangsung selama 3 hari yaitu 6 hingga 8 November 2015. Sesampainya di sana kami sangat kaget, karena ternyata peserta yang ikut adalah dosen, mahasiswa S2, doktor, dan guru. Jadi dari sekian banyak peserta hanya kita saja yang mahasiswa S1. Alhamdulillah mereka sangat antusias, bahkan kami mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi dari peserta, juri, dan moderator di sana. Bahkan selesai kita melakukan presentasi para peserta banyak yang berdiri dan minta foto. Mereka mengatakan ingin memotivasi mahasiswanya agar bisa seperti kami,“ jelas Aisyah senang, saat ditemui di BHP UMY pada Jum’at (20/11).

Dua Mahasiswa yang masih terdaftar menjadi mahasiswa semester 5 Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) ini memaparkan bahwa, awal mulanya mereka hanya mencoba-coba saja untuk ikut dalam call for paper tersebut. Akhirnya mereka mencoba membuat jurnal dan meneliti tentang Intercultural Awareness dalam Belajar Bahasa Inggris. “Alasan kami memilih itu, sebenarnya berdasarkan pengalaman sendiri saat kita belajar bahasa inggris. Akhirnya, masalah yang muncul adalah banyak mahasiswa yang menguasai bahasa Inggris, tetapi ketika mereka dihadapkan dengan turis mereka tidak bisa menguasai bahasa Inggris dan budayanya. Dari masalah tersebut kita mengambil kesimpulan bahwa, ada kelemahan atau minimnya penguasaan budaya kita terhadap lawan bicara kita saat menggunakan bahasa Inggris,“ papar Aisyah.

Karena itulah, keduanya mengambil judul “Reinforching Intercultural Awareness Teaching in EFL Classroom True Clarify The Types and Advance” dalam paper yang diajukan. “Kami berifikir bahwa perlu adanya pemahaman budaya yang harus diajarkan dalam bahasa inggris, karena ini menjadi sangat penting. Dalam proses penelitiannya kami mewawancarai beberapa student exchange yang ke luar negeri ataupun mahasiswa asing yang sedang belajar di Indonesia. Dengan metode kualitatif, akhirnya menghasilkan enam tipe budaya yang sering terjadi ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang berasal dari luar negeri, antara lain, language experience, daily interactions, local culture, behaviors, attitude and norms, dan academic, “ lanjutnya.

Aristianto menambahkan, dari hasil penelitian tersebut keduanya mendapati bahwa sebenarnya ketika seseorang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa inggris disertai pemahaman akan budaya lawan bicaranya, akan sangat bermanfaat bagi seseorang. Karena dengan begitu mereka akan memiliki pemahaman terkait keragaman (understanding diversity), pengembangan diri (personal enrichment), bahkan dapat pula meningkatkan prestasi akademiknya (academic acievement), kemampuan berkomunikasi (improving communication ability), mencerminkan budaya seseorang (reflection one’s culture) dan dapat mengurangi konflik budaya yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (decreasing culture conflict in daily activity). “Presentasi yang berlangsung selama 20 menit ini menjadi lama karena banyak pertanyaan dari para peserta. Tapi pertanyaan yang muncul lebih kepada seperti apa pendidikan di Indonesia, di samping ada juga yang menanyakan tentang penelitian yang kami lakukan, akan tetapi pertanyaannya tidak begitu sulit,“ jelasnya.

Setelah mengikuti kegiatan tersebut, Aris juga mengungkapkan bahwa mereka merasakan pengalaman yang luar biasa, karena banyak hal yang ditemui. “Setelah pulang dari sana, kami berdua jadi semangat berkarya lagi. Kami bangga bisa berkontribusi dan memberikan ide kita tentang dunia pendidikan. Sebetulnya peserta yang ikut bukan hanya dari jurusan pendidikan bahasa inggris saja tetapi berbagai jurusan yang peduli dengan dunia pendidikan,“ terangnya.

Keduanya pun berharap agar lebih banyak lagi mahasiswa yang termotivasi untuk terus berkarya dan berkontribusi untuk dunia pendidikan. “Saat ini kami juga sudah mulai merancang penelitian lagi untuk ikut tahun depan. Jadi, berikan manfaat kepada orang lain meskipun itu dalam lingkup yang kecil,“ harap Aris. (Ica)

Galeri Investasi BEI UMY Kembali Raih Penghargaan Sebagai Galeri Investasi Terbaik Tingkat Nasional

$
0
0

IMG-20151120-WA0005Torehan prestasi membanggakan kembali diraih oleh Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan menyabet 2 penghargaan dari Bursa Efek Indonesia, yaitu kategori galeri investasi terbaik berdasarkan pengembangan dan inovasi, serta kategori berdasarkan nilai transaksi. Penyerahan penghargaan tersebut telah berlangsung pada tanggal 13 November di Kantor Bursa Efek Indonesia di Jakarta. Peraihan penghargaan tersebut merupakan yang kedua kalinya diraih oleh BEI UMY, sebelumnya pada tahun 2014 dengan peraihan yang sama juga ditorehkan oleh BEI UMY. Hal tersebut diungkapkan Iskandar Bukhori SE., SH., M.Si, selaku Kepala Galeri BEI UMY ketika dihubungi BHP pada Jumat (20/11).

Seperti diungkapkan oleh Iskandar, kompetisi dari Bursa Efek Indonesia tersebut diikuti oleh 130 Galeri Investasi BEI yang berada di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta seluruh Indonesia. Seperti diketahui, Galeri Investasi BEI merupakan sebuah sarana untuk memperkenalkan Pasar Modal sejak dini kepada dunia akademisi. Galeri investasi berkonsep 3 in 1, dimana merupakan kerjasama antara BEI, Perguruan Tinggi dan perusahaan sekuritas, yang diharapkan tidak hanya memperkenalkan pasar modal dari sisi teori saja bagi akademisi melainkan juga dengan prakteknya. “Galeri investasi BEI di UMY telah berdiri sejak tahun 1999 dan pada tahun 2013 menjadi galeri investasi BEI 3 in 1 bekerjasama dengan First Asia Capital, dan Alhamdulillah sudah untuk kedua kalinya galeri BEI UMY meraih penghargaan dari Bursa Efek Indonesia,” ungkapnya.

Ditambahkan Iskandar, penghargaan yang diberikan oleh BEI kepada galeri investasi BEI di perguruan tinggi-perguruan tinggi ini, bertujuan untuk meningkatkan peran serta universitas dan mahasiswa sebagai salah satu generasi yang menentukan perekonomian Indonesia ke depan. “Karena itu diperlukan adanya penilaian dan pendampingan pada galeri-galeri tersebut. Agar galeri Bursa Efek yang ada di universitas-universitas tersebut dapat bermanfaat bagi pembelajaran mahasiswa serta bermanfaat bagi para nasabahnya,” tambahnya.

Beberapa fasilitas Galeri Investasi BEI yang dimiliki oleh BEI UMY yaitu, pertama, Galeri investasi BEI UMY menyediakan semua publikasi dan bahan cetak mengenai pasar modal yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia termasuk peraturan dan undang-undang pasar modal. Informasi dan data yang ada di galeri investasi dapat digunakan oleh civitas akademika untuk tujuan akademik. Kedua, galeri BEI UMY memiliki fasilitas dalam menyebarkan informasi pasar modal, untuk memberikan manfaat yang optimal bagi mahasiswa, praktisi ekonomi, investor, dan pengamat pasar modal. “Manfaat yang ketiga dari BEI yaitu memfasilitasi pembukaan rekening saham dengan bekerjasama dengan perusahaan sekuritas,” tutupnya. (Adam)

UMY Lakukan Penguatan Kerjasama Jerman-Indonesia melalui Pendidikan

$
0
0

UMY terus berupaya menguatkan kerjasama dengan negara-negara luar, salah satunya dengan Jerman. Penguatan kerjasama ini dilakukan oleh UMY melalui jalur pendidikan. Tak hanya itu, penguatan kerjasama ini tentunya juga akan semakin memberikan manfaat pada negara Jerman dan Indonesia.

Adapun bentuk dari penguatan kerjasama tersebut berupa workshop yang bertemakan “Strategic Gender Management for Institutions of Higher Education in Indonesia”. Workshop ini diselenggarakan atas kerjasama Lembaga Pembiayaan Pendidikan Jerman/German Academic Exchange Service (DDAD), UMY dan Universitas Kristen Indonesia (UKI). Acara yang telah berlangsung pada 9 hingga 13 November yang lalu ini bertempat di UKI-Jakarta.

Firly Annisa, MA, selaku Asisten Dosen Magister Ilmu Pemerintahan UMY mengungkapkan bahwa diselenggarakannya acara tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan penguatan bagi lembaga pendidikan tinggi di Indonesia terkait isu kesetaraan gender. Penguatan kebijakan lembaga pendidikan yang berprespektif gender, menurutnya sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan kampus yang progresif, ramah terhadap perempuan, anak dan kaum berkebutuhan khusus.

“Dan salah satu cara untuk mendorong lingkungan kampus agar berprespektif gender adalah dengan memberikan kesempatan bagi perempuan untuk menjadi pemimpin unit kerja, kepala prodi, dekan atau menjadi pemimpin institusi pendidikan, yaitu Rektor. Untuk itulah kami mengadakan workshop ini, untuk memberikan pengetahuan dan penguatan bagi PT di Indonesia terkait isu kesetaraan gender. Selain itu, juga untuk menguatkan kerjasama antara Jerman dan Indonesia. Karena kami mengadakan acara ini juga bekerjasama dengan lembaga pendidikan Jerman,” ungkap Firly, melalui rilis yang diterima BHP UMY pada Sabtu (21/11).

Firly juga menjelaskan, bahwa salah satu narasumber workshop yakni Dr. Brita Thege, yang juga merupakan dosen Sosiologi Fachhochshulle Kiel menyatakan, penguatan kapasitas perempuan serta networking sangat diperlukan untuk mendukung tercapainya kepemimpinan perempuan yang progresif. Menurut Dr. Brita, lingkungan kampus juga seharusnya lebih mudah menerima ide-ide kepemimpinan perempuan karena sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang berpikiran terbuka, isu gender seharusnya menjadi salah satu prioritas untuk dilakukan. “Dalam pemaparannya, Dr. Brita juga menyampaikan, lembaga pendidikan selanjutnya diharapkan menjadi tempat yang tepat dalam mengembangkan isu kesetaraan perempuan yang menjunjung nilai-nilai hak asasi manusia. Kesetaraan dalam pandangan hak asasi manusia juga harus selalu dikampanyekan oleh kampus berbasis agama seperti UMY dan UKI,” jelas Firly lagi.

Firly pun menambahkan, bahwa nilai-nilai agama yang menjunjung hak-hak asasi manusia dapat menjadi peluang terbukanya kesempatan perempuan untuk memimpin dan berperan penting dalam pengambil kebijakan sebuah kampus. Karena itulah, menurut Firly, sebagai tindak lanjut penguatan Gender Mainstreaming di lembaga pendidikan Indonesia maka workshop berikutnya akan diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada bulan Maret tahun 2016. “Adapun peserta workshop yang kami targetkan adalah para alumni, dosen dan peneliti, serta penerima berbagai beasiswa DAAD Jerman dan dosen yang termasuk dalam kegiatan Indostaff-Network,” tutupnya.

Mahasiswa Magister Keperawatan UMY Presentasikan Hasil Penelitiannya dari Luar Negeri

$
0
0

IMG_0844Selepas kepulangan dari luar negeri, 7 tim dari mahasiswa Magister Keperawatan UMY angkatan kelima mempresentasikan hasil penelitian yang mereka jalani selama sebulan. Hasil penelitian yang dimaksud, dipresentasikan dalam sebuah miniseminar bertajuk “Technology and Innovation in Medical Surgical Nursing and Nursing Education” pada Sabtu (21/11) di Gedung OSCE Center PKU Muhammadiyah Unit II Gamping lantai 4. Ketujuh tim tersebut masing-masing terdiri atas empat sampai lima mahasiswa yang melakukan penelitian di Khon Kaen University Thailand, Ubon Ratchathaani University Thailand, Guangxi Medical University China, Central Taiwan University of Science and Technology dan Ifugao State University Philipines.

Direktur Pascasarjana, Dr. Ahmad Nurmandi, M.Sc. menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini dimaksudkan untuk mempertanggung jawabkan student exchange yang telah dilakukan oleh para mahasiswa. “Bentuk pertanggung jawaban harus ditulis dalam working paper standar mahasiswa pascasajana. Paper kemudian dipresentasikan di depan mahasiswa lainnya bahkan diusahakan dapat dikompetisikan secara nasional maupun internasional,” jelas Dr. Nurmandi. Selain sebagai bentuk pertanggungjawaban, paper yang dimaksud diharapkan dapat memberikan manfaat kepada orang lain sehingga menginspirasi untuk membuat penelitian yang lebih baik lagi.

Tema penelitian yang dilakukan oleh tujuh tim tersebut beragam. Antara lain penelitian sistem pelayanan kesehatan untuk penanganan luka berbasis inovasi dan teknologi di China, wound care, inovasi penanganan Diabetes di China, praktik klinik terhadap penanganan pasien hypoglycemia dan hyperglycemia di Thailand, sistem penyembuhan cardiovascular di China dan lain sebagainya. Selain mempelajari inovasi penanganan penyakit, para mahasiswa juga belajar tentang alat-alat kesehatan yang tengah dikembangkan oleh negara-negara tersebut seperti Cryotherapy dengan menggunakan tenaga cooler atau es, aplikasi smartphone untuk pengendali diabetes dan pengontrolnya dan lain sebagainya.

Perawatan Terhadap Pasien Diabetes Melitus

Erva Elli Kristianti beserta tiga anggota timnya melakukan penelitian tentang perawatan terhadap pasien Diabetes Melitus di Thailand. Ia menyampaikan bahwa di negara Gajah Putih tersebut kasus penderita Diabetes Melitus merupakan kasus tertinggi diantara pengidap penyakit lainnya seperti penyakit stroke, jantung, kanker payudara dan lain sebagainya.

Erva menyebutkan bahwa penanganan atas pasien Diabetes Melitus (DM) di Thailand mirip dengan di Indonesia, namun untuk perawatan pasiennya, pihak rumah sakit-rumah sakit di Indonesia dapat mencontoh yang dilakukan rumah sakit-rumah sakit di Thailand. “Penderita DM itu sebenarnya ada dua tipe, yakni hyperglycemia (kadar gula tinggi) dan hypoglycemia (kadar gula rendah). Keduanya juga sama-sama berbahaya bagi penderita DM jika tidak mendapatkan penanganan yang sesuai. Namun, penanganan yang diberikan pada pasien hypoglycemia itu harus berbeda dengan pasien DM yang mengalami hyperglycemia,” ujarnya.

Jika di Indonesia, menurut Ervam penanganan atas hypoglycemia (Kadar gula darah rendah) pada penderita diabetes antara lain dengan memberikan pasien teh manis dengan takaran 150-200 ml atau jus buah atau permen sebanyak 6 hingga 10 buah atau dengan diberi 2-3 sendok teh madu. Ketika gejala tidak berkurang dalam 15 menit, maka dianjurkan untuk mengulangi prosedur diatas lagi. ”Pasien DM yang terserang hypoglycemia tidak akan dapat sembuh hingga ia melakukan perubahan gaya hidup seperti dengan diet yang terkontrol, olahraga dan berobat secara teratur,” ungkapnya.

Sementara di Thailand, menurut Eva, pasien penderita Diabetus Melitus tidak hanya dianjurkan untuk diet saja, namun mereka juga diberikan perawatan berupa pelatihan kaki dengan berjalan di atas bebatuan, terapi tradisional, sauna, dan meditasi berupa pelatihan yoga. Ia menambahkan bahwa perawatan seperti hal itulah yang dapat ditiru dan diberlakukan di rumah sakit-rumah sakit di Indonesia. Karena perawatan dengan cara sauna dan meditasi tersebut juga bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah, meningkatkan kinerja otot, meningkatkan mood dan kesehatan mental dan juga meredakan neuropati bagi pasien DM. (Deansa)


Pentingnya Pendidikan Anak dalam Keluarga Muslim Kontemporer

$
0
0

IMG_1024Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak positif dan negatif terhadap anak, sehingga menuntut orangtua mendidik anak-anak dengan nilai-nilai keagamaan sebagai landasan pembentukan kepribadian anak. Dari segi negatifnya, yaitu membawa dampak destruktif (merusak) terhadap perkembangan kepribadian (akhlak) anak dalam kehidupan keluarga, terutama paham sekularisasi. Dan wahana pendidikan yang dapat menjadi penangkal dan penetrasi paham sekuler terhadap anak adalah pendidikan keluarga, sebagai pendidikan primernya. Atas hal itu, dirasa pentingnya pendidikan anak dalam keluarga muslim kontemporer. Hal tersebut diungkapkan Tati Nurhayati dalam Sidang Promosi Doktor Pascasarjana Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Sidang Promosi Doktor yang dilakukan pada Sabtu (21/11) bertempat di Gedung Ar. Fachrudin A lantai 5 kampus terpadu UMY tersebut turut dihadiri beberapa penguji, diantaranya Prof. Dr. Usman Abubakar, MA, Dr. Muhammad Anis, MA, Prof. Dr. Siswanto Masruri, MA, Prof. Dr. Muhammad Chirzin, Mag, Dr. Arif Budi Raharjo, MSi, dan Dr. Muhammad Azhar, MA.

Diungkapkan Tati Nurhayati dalam pemaparan disertasinya yang berjudul Pendidikan Anak Dalam Keluarga Muslim Kontemporer (Studi Kasus pada Keluarga dengan Ayah dan Ibu Bekerja di Perumahan Mega Nusa Endah Karyamulya Kota Cirebon). Pendidikan yang dilakukan orangtua terhadap anak-anak akan menampilkan perilaku (behavior) anak-anak yang berbeda. Jika keluarga konsisten menginternalisasikan nilai-nilai akhlak mulia dan pendidikan intelektual yang baik kepada anak, maka anak tersebut akan mampu menampilkan perilaku yang baik pula, termasuk keterampilan intelektual. “Sangat diperlukan peran orangtua dalam mengadakan komunikasi langsung dengan anak, yaitu melakukan komunikasi yang baik dengan anak dalam memberikan pendidikan. Hal tersebut penting dilakukan agar anak menjadi manusia yang beriman, bertakwa, cerdas, dan memiliki keterampilan yang berguna bagi hidup anak. Di era keluarga muslim kontemporer saat ini banyak orang tua yang sibuk akan kegiatannya, sehingga pendidikan terhadap anak lebih sering diserahkan ke sekolah dan pembantu rumah tangga,“ ungkapnya.

Ditambakan Tati, beberapa tindakan dapat dilakukan oleh orangtua dalam melakukan pendidikan terhadap anak, yaitu dengan memilih media pendukung seperti pendekatan langsung, dengan mengemas materi pelajaran sesuai perkembangan intelektual anak. Selain itu memahami emosional, perilaku sosial, dan spiritual anak sangat diperlukan dalam memberikan pendidikan terhadap anak. “Orangtua dalam memberikan pendidikan terhadap anak dapat memanfaatkan metode keteladanan, nasihat, teguran, dan dengan pendekatan pendidikan rasional dan kasih sayang, sehingga anak akan merasa aman dan nyaman berada di lingkungan keluarga. Selain itu karena orangtua adalah pendidik dalam konteks pendidikan keluarga, dimana terdapat dimensi yang tidak dapat disampaikan orang lain kepada anak yang menjadi otoritas orangtua,” tambahnya.

Sementara itu, menurut Prof. Dr. Usman Abubakar, MA, saat ini di Indonesia masih langka doktor spesialis pendidikan keluarga. Karena pada dasarnya keluarga merupakan pilar bangsa yang utama dan pertama. “Saya rasa pendidikan terhadap keluarga, khususnya terhadap anak, itu sangat penting guna membentuk akhlak, dan kepribadian anak yang baik. Dan saat ini pendidikan keluarga, khususnya pendidikan keluarga muslim kontemporer masih langka, sehingga saya berharap Tati Nurhayati dapat mengembangkan dan melanjutkan disertasi terkait pendidikan keluarga tersebut sebagai doktor yang fokus terhadap pendidikan keluarga,” ungkapnya.

Ditambahkan Usman, hingga saat ini UMY telah meluluskan 23 doktor, dan dalam sidang promosi doktor tersebut Tati Nurhayati berdasarkan keputusan promotor, dan penguji dalam sidang tersebut berhasil meraih nilai A dengan predikat“sangat memuaskan”. (adam)

Mahasiswa FAI UMY Raih Juara pada Perlombaan GAM dan FSI Tingkat Nasional

$
0
0
IMG-20151124-WA0010Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menorehkan prestasi di tingkat Nasional. Para mahasiswa Fakultas Agama Islam (FAI) yang juga tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) UMY ini, berhasil meraih kejuaraan pada kompetisi Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Nasional dalam acara Festival Seni Islam (FSI) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta serta Gebyar Apresiasi Mahakarya (GAM) di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dalam perlombaan bergengsi tingkat Nasional tersebut, UMY mengirimkan 5 peserta yang mewakili dua bidang perlombaan. Kedua bidang perlombaan tersebut yaitu Tilawatil Qur’an yang diwakili oleh Ahmad Nabil Mubarak dan Nida Aulia Rizki. Sedangkan bidang Syarhil diwakili oleh Sutan Kumala Pontas Nasution, Nur Raisah Ulinnuha, serta Qurrota Aini.
Dalam pemilihan para peserta tersebut, Ketua LPTQ UMY yang sekaligus official para peserta MTQ, Ary Asy’ari mengatakan, LPTQ merupakan wadah bagi mahasiswa UMY yang ingin mempelajari Al-Qur’an lebih dalam. Terlebih LPTQ UMY juga sering mengikutkansertakan mahasiswanya dalam lomba-lomba di tingkat lokal hingga internasional. “Dengan keikutsertaan kami pada lomba-lomba yang sering kami ikuti, kami jadi mengetahui potensi yang dimiliki oleh para anggota yang tergabung dalam UKM ini. Seperti mbak Ulin yang sering menjuarai lomba tilawatil Qur’an tingkat provinsi, serta Nabil yang kemampuannya tidak diragukan lagi,” ungkap Ary saat diwawancara di Biro Humas dan Protokol (BHP) UMY, Selasa (24/11).
Dalam perlombaan tersebut, Nabil berhasil memperoleh juara ke 2 bidang Tilawatil Qur’an dalam acara GAM yang diselenggarakan oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada 17 hingga 19 November 2015. Khusus untuk perlombaannya di UNJ tersebut, Nabil mengaku mengikuti perlombaan tersebut atas inisiatif sendiri, terlepas dari rombongannya yang mengikuti perlombaan di UIN Jakarta. “Pada perlombaan GAM di UNJ ini, saya ikut atas inisiatif sendiri tetapi tetap atas nama UMY, karena rombongan dari UMY hanya memfokuskan pada perlombaan di UIN Jakarta. Terlebih acara GAM tersebut diadakan sebelum perlombaan di UIN Jakarta dimulai. Mumpung hari Senin dan Selasanya saya libur kuliah, jadi saya ikut serta dalam perlombaan GAM tersebut. Dan Alhamdulillah mendapatkan juara 2 tingkat Nasional,”ungkap mahasiswa FAI angkatan 2014 tersebut saat diwawancara via telpon pada Selasa (24/11). Sementara juara pertama pada lomba GAM ini diraih oleh Khaeroni (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa/Untirta) Banten, juara kedua Ahmad Nabil Mubarak (UMY), dan juara ketiga Imam Abu Hafas (Untirta) Banten.
Kemudian pada perlombaan di ajang FSI UIN Jakarta selama empat hari yang diselenggarakan oleh Himpunan Qori dan Qori’ah Mahasiswa (HIQMA) pada 18 hingga 21 November, Nabil berhasil meraih juara 3 pada perlombaan Perang Bintang Tilawah Qur’an (PBTQ). Untuk mendapatkan juara tersebut, Nabil menjelaskan bahwa dirinya harus bisa memenuhi tiga kriteria penilaian. “Untuk kriteria penilaian tilawah sendiri mencakup tajwid dan fashahah yang merupakan penilaian tentang ketepatan bacaan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Poin ini merupakan yang paling penting. Setelah itu penilaian kedua tentang keindahan dan keharmonisan lagu serta kemerduan suara. Selanjutnya yaitu kesopanan dan keserasian yang mencakup sikap, dan kerapian cara berpakaian. Tapi saya hanya bisa menempati posisi ketiga, sedang posisi pertamanya diraih oleh Salman Amrillah dari UNINUS Bandung dan juara kedua Aan Suhandi dari IAIN SMH Banten,” jelas Nabil yang juga pernah menyabet juara delapan pada ajang tilawatil Qur’an Putra tingkat ASEAN tersebut.
Sementara itu, Tim Syarhil UMY yang diberi nama grup Fastabiqul Khairat UMY juga turut mendapatkan piala penghargaan rektorat dari UIN Jakarta pada posisi harapan kedua di bidang Syarhil. Seperti yang dijelaskan oleh Ulin, Syarhil tersebut merupakan perlombaan yang menjelaskan kandungan al-qur’an dengan tema yang telah ditentukan. “Tim Syarhil ini terdapat tiga orang yang terdiri dari tilawah, syarahah (penerjemah,red), dan pidato maupun penghayatan. Sedangkan yang bertindak sebagai tilawah saya sendiri (Ulin, red) dengan rincian penilaian yang harus didapat sebanyak 30 poin, sebagai syarahah yaitu Qurrota juga total poin 30, sedangkan inti dari Syarhil terdapat di isi atau pidato yaitu Sutan dengan 40 poin. Namun total poin yang bisa kami dapatkan hanya 87 poin,” ungkap Ulin saat ditemui beserta timnya di BHP UMY, Selasa (24/11) yang juga pernah meraih juara ke tujuh pada ajang Tilawatil Qur’an se- Asean.
Ulin juga menambahkan, bahwa pada perlombaan Syarhil ini ada delapan juara yang diambil. Juara pertama diraih oleh grup Maratuzakia dari IAIN Raden Fatah Lampung, juara kedua grup as-Shofa Iiq dari IIQ Jakarta, dan juara ketiga diraih grup Syafinatun Najah dari UKM JQH al-Mizan. “Kemudian untuk juara harapan pertamanya diraih oleh tim dari IAIN Raden Intan Lampung, harapan kedua diraih oleh grup kami dari UMY, harapan ketiga diraih oleh grup Asy-Syakir, harapan keempat grup Hasbana dari MA Zainul Hasan 1 Genggong Probolinggo Jawa Timur, dan harapan kelima grup Seni Religi dari Universitas Brawijaya,” imbuhnya.
Adapun tema Syarhil yang diambil oleh tim Fastabiqul Khairat UMY yaitu Membangun Kepribadian Bangsa dalam Perspektif Al-Qur’an. Seperti yang dijelaskan oleh Sutan, Al-Qur’an merupakan sumber utama untuk mengacu kekepribadian bangsa. “Dalam penjelasan terkait judul yang kami ambil tersebut, kami berpedoman pada Al-Qur’an Surat Ibrahim ayat 1 dan Surat Toha ayat 113,” jelas Sutan.
Dalam persiapan perlombaan tersebut, Tim Syarhil mengaku kurangnya persiapan dan tidak adanya pelatih Syarhil. Seperti yang diungkapkan oleh Sutan bahwa dalam persiapan menuju perlombaan jika dihitung hanya satu bulan, tetapi hanya tiga minggu benar-benar latihan tanpa pelatih. “Waktu latihan hanya sebentar, karena telat mendapatkan info. Saya yakin jika sebelum perlombaan kami lebih banyak latihan dan dibimbing oleh pelatih, Insyaallah pasti akan mendapatkan juara bahkan bisa mengalahkan Tim dari Institut Agama Islam Lampung, maupun Institut Ilmu Al-Qur’an. Kedua Universitas tersebut yang menjadi tantangan terberat bagi UMY, karena mereka sering mendapatkan juara dan mereka memang terbiasa dengan pengkajian Al-Qur’an,” ungkapnya lagi.
Sutan menambahkan terkait perlombaan Tilawatil Qur’an di UIN Jakarta (Nabil, red) mendapatkan juara 3 karena adanya kesalahan kecil namun sangat mempengaruhi poin. “Nabil dalam melantunkan Al-Qur’an sudah luar biasa. Jika tidak salah membaca bisa jadi mendapatkan Juara satu. Namun akibat salah baca tersebut, tiap juri mengurangi poin,” tambahnya. (hevi)

 

Indonesia Sebagai Masyarakat Majemuk Butuh Nilai-Nilai yang Mengikat

$
0
0

IMG_1011Indonesia merupakan sebuah kesatuan dari beragam suku bangsa yang juga memiliki perbedaan dalam bahasa, etnik, kepercayaan dan ideologi. Perbedaan tersebut dapat mendorong untuk terjadinya konflik, namun sebaliknya juga dapat menjadikan persatuan dengan terwujudnya sikap saling tolerir antar warga Indonesia. Akan tetapi, untuk mewujudkan persatuan dengan dasar perbedaan yang ada itu, Indonesia membutuhkan nilai-nilai yang dapat mengikatkan masyarakatnya menjadi satu kesatuan (majemuk).

Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Drs.H.Zainut Tauhid Sa’adi,M.Si., selaku Wakil Ketua Pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI dalam Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang diselenggarakan oleh MPR RI bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan bertempat di Mini Teather Gedung Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) lantai 4 pada Rabu (25/11). Ia menyampaikan bahwa untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia amatlah susah namun bersifat penting dan harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. “Konflik di Tolikara dan konflik-konflik antar suku yang terjadi di beberapa daerah merupakan akibat dari kurangnya nilai-nilai yang diterapkan oleh masyarakat,” terangnya.

Oleh karena itu, lanjut Zainut, penting bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki nilai-nilai yang mengikat agar kesatuan bangsa tetap terjaga. Dan nilai-nilai yang mengikat tersebut menurutnya tercermin dalam empat pilar kebangsaan sebagai dasar bernegara. Empat pilar tersebut antara lain, Pancasila sebagai dasar dan Ideologi Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 sebagai konstitusi Negara serta ketetapan MPR dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk Negara, dan pilar keempat yakni Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Zainut menjelaskan bahwa adanya empat pilar kebangsaan tersebut adalah untuk mewujudkan cita-cita reformasi dan pelaksanaan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara konsekuen serta untuk mengakhiri berbagai persoalan yang terjadi saat ini. “Dengan banyaknya persoalan yang terjadi saat ini, untuk menanganinya jelas memerlukan kesadaran dan komitmen seluruh warga masyarakat untuk memantapkan persatuan dan kesatuan nasional. Dan hal ini hanya dapat dicapai jika setiap warga negara Indonesia ini mampu hidup dalam kemajemukan dan bisa mengelola perbedaan yang ada itu dengan baik. Karena itulah mengapa sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan ini terus kami adakan dan kami sampaikan kepada masyarakat luas, termasuk mahasiswa. Sebab Empat Pilar Kebangsaan tersebut merupakan nilai dan norma bangsa yang harus dipahami masyarakat agar menjadi landasan bagi mereka dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga masyarakat Indonesia bisa menjadi masyarakat majemuk dan bisa menghindari konflik yang diakibatkan dari perbedaan,” jelasnya.

Empat pilar tersebut, menurut Zainut juga memiliki makna dan kedudukannya tersendiri bagi bangsa Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa Pancasila memiliki kedudukan sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI sebagai hukum dasar yang merupakan hukum dasar tertulis dan tertinggi serta merupakan puncak dari seluruh peraturan perundang-undangan. “UUD inilah yang mengatur prinsip kedaulatan rakyat dan negara hukum, pembatasan kekuasaan organ-organ negara, mengatur hubungan antar lembaga-lembaga negara, dan mengatur hubungan antar lembaga-lembaga negara dengan warga negara. Kemudian NKRI sebagai bentuk dan kedaulatan negara mengandung arti bahwa Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik, kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, dan Negara Indonesia adalah negara hukum. Dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yang digunakan sebagai dasar tuntunan (pegangan hidup) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ungkapnya.

Anggota DPR RI ini juga menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia perlu pula untuk ikut membantu pemerintah dalam menguatkan 4 Pilar Kebangsaan tersebut. Hal ini dikarenakan tantangan kebangsaan yang menurutnya hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah, harus diselesaikan secara bersama. Ia juga menyebutkan bahwa ada dua tantangan kebangsaan yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini, yakni tantangan secara internal dan eksternal. Tantangan kebangsaan yang datang dari internal ini seperti masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama serta munculnya pemahaman terhadap ajaran agama yang keliru dan sempit, pengabaian terhadap kepentingan daerah serta timbulnya fanatisme kedaerahan, kurang berkembangnya pemahaman dan penghargaan atas kebhinnekaan dan kemajemukan, kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa, dan tidak berjalannya penegakan hukum secara optimal. “Sedangkan dari segi eksternal, tantangan yang kita hadapi itu seperti pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dan persaingan antar bangsa yang semakin tajam. Selain itu juga, makin kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan nasional,” ujarnya.

Zainut juga mengingatkan bahwa rakyat Indonesia merupakan pemilih sah negeri ini. Negara Kesatuan Republik Indonesia bukanlah hanya milik sebuah golongan saja, namun milik seluruh lapisan. Sehingga perlu bagi semua masyarakat Indonesia untuk selalu memegang teguh empat pilar kebangsaan yang selalu diserukan oleh pemerintah Republik Indonesia tersebut. (Deansa)

Perguruan Tinggi Miliki Peran Penting Dalam Menciptakan Peluang Kewirausahaan

$
0
0

IMG_1038Keberadaan mahasiswa saat ini bukan hanya dituntuntut untuk bisa menjadi seorang akademisi saja, namun lebih dari itu mahasiswa juga dituntut untuk bisa menjadi seorang wirausahawan. Oleh sebab itulah perlu adanya dukungan dari Perguruan Tinggi untuk bisa menciptakan lulusan mahasiswa yang kreatif, imajinatif, dan berani beresiko. Hal ini dikarenakan pola pikir mahasiswa yang sebagian besar masih termindset untuk menjadi seorang karyawan yang bekerja di kantoran atau perusahaan besar. Mereka (mahasiswa) cenderung memiliki rasa gengsi yang jauh lebih tinggi seiring dengan semakin tinggi pendidikannya. Semakin tinggi pendidikannya, semakin rendah pula kemandiriannya dan semangat kewirausahaannya. Padahal, dalam kondisi semacam inilah perguruan tinggi memiliki peran penting dalam menciptakan peluang kewirausahaan bagi mahasiswanya.

Hal tersebut dijelaskan oleh Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES., DEA selaku Koordinator KOPERTIS Wilayah V saat menjadi narasumber Pelatihan Kewirausahaan Mahasiswa, yang diselenggarakan oleh Student Entrepreneurship Business Incubator (SEBI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Pelatihan Kewirausahaan yang diikuti oleh mahasiswa dari 50 perguruan tinggi swasta (PTS) di DIY ini bertempat di gedung Ar. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY.

Dalam pemaparannya, Bambang menjelaskan bahwa jumlah wirausahawan di Indonesia ini jauh dari cukup yaitu hanya 0,18% dari jumlah penduduk Indonesia. padahal yang diharapkan pemerintah 2% namun, sampai saat ini masih belum sesuai dengan target. “Nah, dari sinilah PT memiliki peran penting untuk mendorong dan meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia. Jadi, lulusan PT itu harus disiapkan menjadi job creator bukan job seeker. Kurangnya wirusahawan ini bisa berakibat pada jumlah lapangan pekerjaan yang tidak sebanding dengan pencari kerja. Kita jangan takut untuk belajar dan mencoba, kalian sebagai mahasiswa jangan sampai kalah dengan orang lulusan SD yang bisa membangun lapangan pekerjaan, “ paparnya.

Perguruan tinggi, menurut Bambang merupakan wadah yang tepat untuk menjadikan generasi muda yang cerdas komprehensif. “Untuk menciptakan itu semua PT perlu memberikan mata kuliah tentang kewirausahaan, namun materi yang diberikan bukan hanya sebatas teori saja tapi juga prakteknya juga. Kalau bisa dosen yang diberi tanggung jawab adalah dosen yang menguasai kewirausahaan baik teori maupun praktis. Cara lainnya, bisa juga mengundang para praktisi kewirausahaan yang disisipkan ke mata kuliah kewirausahan. Paling tidak cara ini dapat membuka peluang mahasiswa untuk bisa berkontribusi dalam mencipatakan generasi muda yang cerdas dan komprehensif, “ ujarnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Rektor UMY, Prof. Bambang Cipto, MA bahwa ketika lulus mahasiswa jangan menjadi job seeker saja tetapi juga menjadi job creator. Artinya, mereka harus mampu membuka lapangan pekerjaan untuk bisa mengurangi jumlah pengangguran yang terus menerus bertambah setiap tahunnya. “Jangan juga berifkir ingin menjadi seorang PNS, meskipun memiliki banyak penghasilan bahkan dijamin hingga pensiun. Karena, dengan begitu kita tidak bisa menjadi pribadi yang berani dan berani menerima tantangan apapun. Jadi, kalian sebagai mahasiswa harus lebih kreatif dan jangan kalah dengan gengsi,“ tegasnya.

Sementara itu, Yun Widiati, S.H selaku Sekretaris Pelaksana KOPERTIS Wilayah V mengatakan, Indonesia ini memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, bahkan ada diurutan ke-3 setelah Rusia dan Cina. “Karena jumlah penduduk yang banyak, jangan sampai ini menjadi boomerang bagi kita sendiri. Dengan jumlah penduduk yang banyak kita bisa mengambil peluang, masyarakat Indonesia ini perlu melakukan tranformasi pendidikan. Agar nantinya, ke depannya ditahun 2025 penduduk Indonesia lebih kompeten di usia produktifnya. Ada banyak tantangan yang akan dihadapi oleh penduduk Indonesia khususnya oleh generasi muda,“ terangnya.

Yun menambahkan, tantangan tersebut antara lain, seks bebas dan pornografi yang terus berkembang dan bisa diakses oleh siapapun dengan sangat mudah. Kedua, agresivitas dan anarkisme yang semakin merajalela dikalangan generasi muda. “Ketiga, Radikalisme. Ini menjadi sangat berbahaya karena target dari mereka biasanya mahasiswa jadi kalian perlu hati-hati. Bagusnya lagi tidak usah mengikuti organisasi yang masih belum jelas, anggap saja itu sebagai pengetahuan umum bukan untuk diikuti,“ tambahnya.

Karena itu, Yun menyarankan agar mahasiswa itu harus cerdas komprehensif. Karena ini penting untuk kemajuan bangsa. “Cerdas komprehensif itu mahasiswa harus memiliki spiritual yang baik, memiliki intelektual yang bisa berfikir kritis dan kreatif, memiliki emosi dan sosial yang seimbang, dan kinestastik. Artinya mahasiswa mampu bersaing dengan kemampuan yang matang. Untuk bisa melakukan hal tersebut kalian bisa memanfaatkan forum-forum yang ada di kampus untuk mengembangkan bakat yang dimiliki,“ terangnya.

Untuk mencipatakan itu semua, lanjut Yun, Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (KOPERTIS) Wilayah V juga telah memberikan wadah bagi mahasiswa yang ingin belajar dan memulai usaha, yaitu melalui Mahasiswa Kewirausahaan Bina Desa (MAUDESA). MAUDESA merupakan program yang berkaitan dengan kewirausahaan yang dikhususkan bagi mahasiswa. “Sasaran dari MAUDESA ini, pertama, untuk membantu meningkatkan kemitraan PTS dengan suatu desa binaan melalui pelaksanaan Tri Dharma perguruan tinggi. Kedua, memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang memiliki minat dan motivasi berwirausaha. Ketiga, meningkatkan kinerja pelaku bisnis kecil, menengah, dan koperasi atau kelompok untuk menumbuhkan unit bisnis baru di pedesaan. Tahun 2015 saja sudah ada 22 kelompok yang kita bina, kami terus berharap program ini terus berjalan dan menjadi aktivitas lanjutan,“ ujarnya.

Untuk mengawali itu semua KOPERTIS Wilayah V bekerja sama dengan UMY dalam penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan Mahasiswa ini dengan tema “From Campus to be Young Enterpreneurs”. Adapun rangkaian kegiatan ini berupa pelatihan kewirausahaan, expo kewirausahaan, kunjungan lapangan, dan kompetisi Business Plan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para civitas akademika di lingkungan perguruan tinggi, mendorong semangat mahasiswa mencipatakan lapangan kerja yang dimulai sejak di bangku perkuliahan, dan menumbuhkan iklim kewirausahaan kampus. (Ica)

Dosen Ekonomi UMY Ikuti Pelatihan Penanganan Disabilitas di Australia

$
0
0

arni melbourne museum

Berawal dari rasa keprihatinan akan nasib penyandang disabilitas di Indonesia khususnya di Yogyakarta, dengan berbagai permasalahan yang menyangkut kesejahteraannya, dosen Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. Arni Surwanti., M.Si, tergerak mengikuti pelatihan selama satu bulan di Melbourne, Australia. Selama satu bulan tersebut, Arni mengikuti pelatihan mengenai kesehatan mental bagi penyandang disabilitas. “Australia merupakan salah satu dari negara yang saya kunjungi untuk belajar tentang layanan pada penyandang disabilitas. Pada bulan Agustus lalu (1-30/8), saya menjadi salah satu peserta dari Training tentang International Mental Leadership Program,” ungkapnya saat diwawancarai pada Kamis (26/11).

Sebelum mengikuti pelatihan di Melbourne, selama 12 tahun terakhir, Arni beserta dua temannya membentuk dan bekerja untuk CIQAL (Center For Improving Qualified Activities in Life Of People With Disabilities) yang berlokasi di Trihanggo, Gamping, Sleman. “Organisasi ini (CIQAL, red) dibentuk sejak tahun 2002 yang melibatkan saya beserta dua teman saya yaitu Suryatiningsih dan Ibnu Sukaca yang semuanya penyandang disabilitas. Sedangkan yang dari UMY hanya saya sendiri,”ungkap Arni.

Arni menambahkan, kebanyakan teman-teman penyandang disabilitas tidak mendapatkan akses pendidikan yang cukup, serta kesempatan mendapatkan pelatihan yang masih terbatas. Sehingga tidak mengherankan kalau penyandang disabilitas di Indonesia masih sulit mendapatkan pekerjaan. “Kondisi kesehatan penyandang disabilitas rata-rata sangat rentan, diperburuk dengan hampir semua belum mendapat kesempatan akses jaminan kesehatan,” tegasnya.

Pada permasalahan tersebut, Arni menjelaskan kembali bahwa layanan kesehatan di puskesmas juga belum menyediakan layanan yang dibutuhkan penyandang disabilitas, seperti fisioterapi dan home care. Hal ini juga diperparah dengan kondisi lingkungan yang tidak aksesible, sehingga rata-rata penyandang disabilitas kesulitan berpergian, karena mobilitas yang terbatas. “Berawal dari melakukan berbagai kegiatan advokasi dan pemberdayaan melalui DPO inilah saya mendapat kesempatan untuk belajar bagaimana penanganan penyandang disabilitas di beberapa negara,” tuturnya.

Perhatian pemerintah dan masyarakat di Australia dikatakan Arni sudah maju, seperti peraturan perundangan yang melindungi dan memenuhi hak penyandang disabilitas termasuk di dalamnya orang dengan gangguan jiwa. Penanganan penyandang disabilitas dengan gangguan jiwa di Australia dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu dimulai dengan penanganan medis, persiapan kembali ke masyarakat dan penanganan setelah kembali ke masyarakat.

Arni mengatakan pelatihan yang diadakan di Melborne tersebut atas kolaborasi antara Kementrian Kesehatan (Kemenkes), Kementrian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI), dan The Global and Cultural Mental Health Unit, serta School of Population and Global Health University of Melbourne. Kemenkes (Khususnya Direktorat Kesehatan Jiwa) bertanggung jawab untuk melaksanakan UU tentang Kesehatan Jiwa, Peraturan Pemerintahnya juga perlu diwujudkan dalam 12 bulan mendatang. “Ini akan menjadi prioritas sangat penting untuk Kementrian Kesehatan dalam 12 bulan mendatang. Adanya peraturan perundangan ini menunjukkan adanya komitmen secara eksplisit untuk melakukan perlindungan hak asasi manusia bagi siapapun yang memiliki gangguan mental,” terangnya.

Dengan kolaborasi antara Kemenkes dan Kemensos terkait pengembangan rehabilitasi berbasis masyarakat dan layanan, Arni menambahkan bahwa hal ini akan menjadi prioritas tinggi untuk memastikan pelaksanaan UU Kesehatan Jiwa sesuai dengan United Nation- Convention of Human Right of Person With Disabilities (UN- CRPD).
Tujuan dari program tersebut adalah untuk meningkatkan kapasitas personal di dalam jajaran Kemenkes dan Kemensos, dalam rangka mengimplementasikan secara terpadu UU Kesehatan Jiwa yang telah ditandantangani oleh Presiden pada 2 September 2014 dan Konvensi PBB tentang Hak Penyandang Disabilitas (CRPD) yang telah diratifikasi oleh Indonesia pada bulan Oktober 2011 (UU No. 19 tahun 2011).

Arni berharap dengan mengikuti pelatihan tersebut menjadikan pengalamannya di Australia tersebut dapat menjadi referensi semua stakeholder dalam memberikan perlindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas, khususnya pada penyandang disabilitas dengan gangguan jiwa. “Bulan depan UMY akan melaunching pusat studi disabilitas. Tentunya pengalaman training ini mendukung rencana pendirian pusat studi disabilitas di UMY,” harap Arni. (hevi)

Viewing all 3507 articles
Browse latest View live