Quantcast
Channel: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Viewing all 3507 articles
Browse latest View live

PTM Berikan Dukungan Moral kepada KPK

$
0
0
Ratusan Mahasiswa UMY saat melakukan aksi dukung KPK di halaman Gedung AR. Fachruddin A dan B UMY dihadapan pangung orasi dukung KPK. #saveKPK

Ratusan Akademisi UMY saat melakukan aksi dukung KPK di halaman Gedung AR. Fachruddin A dan B UMY dihadapan pangung orasi dukung KPK. #saveKPK

Menyikapi situasi bangsa dan negara serta rivalitas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polisi Republik Indonesia (Polri) di dalam berbagai kasus belakangan ini, akademisi dan civitas akademika Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) pada Senin (26/1/2015) di halaman Gedung AR Fakhruddin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengadakan aksi bertajuk “#Save KPK, Selamatkan Bangsa”.

Pada kesempatan itu, mereka menyatakan sikapnya, bahwa korupsi adalah kejahatan kemanusiaan yang harus terus-menerus diberantas dan dihilangkan dari bumi Indonesia, sesuai dengan cita-cita Muhammadiyah.

Sebagai kekuatan moral untuk KPK, akademisi dan civitas akademika PTM memberikan dukungan moral kepada KPK agar tetap terus bekerja secara maksimal melakukan pemberantasan korupsi, sesuai dengan cita-cita Muhammadiyah. “Kami prihatin dengan rivalitas lembaga penegak hukum dan akhirnya justru menguntungkan para koruptor,” terang Prof. Dr Bambang Cipto, MA, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), didampingi Prof. Dr. H.Ahmad Syafii Maarif, Dra. Siti Noordjannah Djohantini, MM, MSi (Ketua Umum PP Aisyiyah), Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno (mantan Ketum PP Aisyiyah), Drs. H. Afnan Hadikusumo (DPD RI), Ir. H.M. Dasron Hamid, MSc, Prof. Abdul Munir Mulkhan, Dr. Chairil Anwar (Majelis Dikti PP Muhammadiyah) dan Prof. Bambang Setiadi (Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Pada kesempatan itu, akademisi dan civitas akademika PTM meminta kepada KPK dan Polri untuk bisa menahan diri dan tidak saling menjatuhkan martabat lembaga dengan tetap menjalankan tugas sesuai fungsinya masing-masing.

“Kami mencintai dan mengharapkan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi dan Polisi Republik Indonesia untuk melakukan penegakan hukum sesuai dengan ketentuan perundangan dan mampu membebaskan diri dari berbagai tekanan dan kepentingan politik,” kata Prof. Dr. H.Ahmad Syafii Maarif sambil menambahkan ada upaya pelemahan terhadap KPK.

“Kalau kasus ini dibiarkan, maka negara akan hancur. Dan akan ada banyak masalah yang harus diselesaikan negara ini,” tandas Syafii.

Tidak lupa pula, akademisi dan civitas akademika PTM memberi dukungan moral kepada KPK dan menentang segala macam bentuk upaya kriminalisasi terhadap KPK. Juga meminta keberadaan presiden sebagai kepala negara dengan segala kekuasaannya untuk bisa bersikap tegas dengan bertanggungjawab menyelesaikan kegaduhan politik antara KPK dan Polri. “Sehingga memberikan suasana yang tenah,” tambah Syafii Maarif

Berita serupa bisa diakses melalui:

Syafii Maarif Kali Ini Jokowi Sudah Siuman- http://m.news.viva.co.id/news/read/582036-tim-independen–syafii-maarif–kali-ini-jokowi-sudah-siuman   utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook

Syafi’i Ma’arif: KPK Tidak Diselamatkan, Indonesia Akan Gali Kubur Sendiri – http://m.detik.com/news/read/2015/01/26/103543/2813661/10/syafii-maarif-kpk-tidak-diselamatkan-indonesia-akan-gali-kubur-sendiri

Jokowi Bentuk Tim Independen, Maarif: Kali Ini Presiden Benar Memilih Orang | Republika Online Mobile – http://m.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/01/26/nirjtt-jokowi-bentuk-tim-independen-maarif-kali-ini-presiden-benar-memilih-orang

PTM Memberikan Dukungan Moral kepada KPK | Panjinasional – http://panjinasional.com/daerah/ptm-memberikan-dukungan-moral-kepada-kpk/

Warga Muhammadiyah Menggelar Aksi keprihatinan dan Mendukung KPK di Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) | Berita Sosial Online Indonesia -http://sosialberita.net/2015/01/26/warga-muhammadiyah-menggelar-aksi-keprihatinan-dan-mendukung-kpk-di-kampus-universitas-muhammadiyah-yogyakarta-umy/2410

KPK VS POLRI : Syafii Maarif: Muhammadiyah Tidak Boleh Diam – Kampus Jogja KPK vs Polri -Jogjapolitan – http://www.harianjogja.com/baca/2015/01/26/kpk-vs-polri-syafii-maarif-muhammadiyah-tidak-boleh-diam-571326


14 Tahun Kerjasama Internasional, UMY Berencana Masuk ke QS Stars

$
0
0
Peserta Workshop Internasionalisasi saat mengikuti Workshop di Kayllana Resort Kaliurang.

Peserta Workshop Internasionalisasi saat mengikuti Workshop di Kayllana Resort Kaliurang.

Kerjasama internasional yang dimulai sejak 14 tahun lalu telah memberikan hasil yang mengembirakan bagi UMY, Internasionalisasi tersebut merupakan suatu proses yang tidak boleh berhenti untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya. Dampak dari salah satu ketercapaian tersebut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) telah memperoleh nilai A sejak tahun 2013, untuk Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT), dan rencananya akan mengikuti Akreditasi Internasional oleh Quacquarelli Symonds Stars (QS. Stars) atau dikenal dengan Lembaga Akreditasi Internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut UMY berencana untuk lebih meningkatkan kerjasama dengan Top 500 University menurut QS Stars.

Hal itulah yang tercantum dalam Term of Reference (ToR) Workshop Kerjasama dan Internasionalisasi UMY yang diadakan oleh UMY melalui Biro Kerjasama (BKS) dan International Relations Office (IRO). Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 2 hari (29-30/01) bertempat di Kalyana Resort Jalan Kaliurang Km. 22,38 Dusun Banteng Hargobinangun, Sleman, Yogyakarta, Kamis (29/01).

Menurut Wakil Rektor III UMY Sri Atmaja P. Rosyidi ST., MSc.Eng., Ph.D, mengungkapkan, bahwa tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk menciptakan koordinasi dan komunikasi efektif antar unit terkait di UMY, dan juga mempersiapkan Program Studi (Prodi) dan Fakultas untuk mengelola program internasional di UMY. Selain itu yang paling penting adalah menyusun perencanaan yang dapat dilakukan bersama-sama pada masing-masing unit terkait di UMY.

“Tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan koordinasi dan komunikasi efektif kepada pejabat-pejabat struktural kita dan unit-unit terkait. Kegiatan ini juga mempersiapkan Prodi atau Fakultas, dengan demikian ketika kita memberikan sebuah program-program itu maka ada respon yang positif bisa mensosialisasikan kepada dosen dan mahasiswa. Sehingga yang terpenting adalah penyusunan perencanaan dan kita bisa bergerak bersama-sama, kita pakai gerbong yang sama dan tujuan yang sama, bagi fakultas atau unit yang belum siap, kita akan dorong dan mencari solusinya” ujarnya saat memaparkan materi dengan tema Kesiapan UMY untuk Internasionalisasi.

Selain itu juga, Sri Atmaja menjelaskan bahwa pihaknya akan coba masuk pada perangkingan di level internasional. Pihaknya sedang memproyeksikan QS. Stars sebagai lembaga perangkingan internasional, menurutnya tantangan yang dihadapi untuk masuk pada rangking internasional cukup berat, karena pihak QS. Stars akan melihat jumlah mahasiswa asing dan juga mahasiswa lokal serta publikasi universitas di tingkat internasional.

“Selanjutnya adalah, kita akan mencoba untuk masuk pada rangking-rangking yang tidak hanya di tingkat Nasional, tapi saat ini kita sedang membidik QS. Stars. QS. Stars itu adalah perangkingan di tingkat internasional, nah kita akan mencoba masuk kesana. Nanti berapapun peringkatnya atau rangkingnya disitulah kita mencoba melakukan perbaikan-perbaikan, tentu cukup berat sebetulnya. Karena dia akan melihat jumlah mahasiswa yang kita kirimkan keluar, dan jumlah mahasiswa yang dikirimkan dari luar ke sini, berapa proposional antara mahasiswa asing dan mahasiswa lokal, berapa proposional publikasi kita di tingkat internasional. Ini betul-betul mereka akan memandang sebuah universitas yang bereputasi internasional apabila sudah terbuka lebar dengan mitra-mitra mereka diluar” ujarnya.

Sri Atmaja menambahkan, bahwa dengan adanya workshop Kerjasama dan Internasionalisasi ini, tujuan yang ingin dicapai oleh pihaknya kedepan adalah akan memposisikan diri sebagai universitas di level Internasional. Oleh karena itu kegiatan workshop tersebut untuk menganalisis kelemahan dan kekuatan UMY di bidang Internasional, sehingga workshop tersebut untuk mengangkat dan mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut.

“Kita ingin Go Global, dan tagline itu kita munculkan ditahun 2011, cita-cita kita bahwa UMY harus berkiprah di Dunia Internasional, tapi kita juga harus meposisikan diri sebagai universitas di level Internasional. Sebetulnya ini sudah dimulai di tahun-tahun sebelumnya, hanya saja belum ada statement yang jelas, kemudian ditahun 2012 kita merumuskan beberapa strategi yang harus kita capai, nah salah satunya mulai tahun ini kita akan meningkatkan daya saing internasional UMY. Artinya kita sudah mempelajari secara lebih detail kelemahan kita ada dimana, kekuatan kita ada dimana, tantangan kedepan dan seterusnya. Nah kita coba untuk mengangkat atau mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut dengan program worshop ini.” Imbuhnya.​

Kegiatan Workshop Kerjasama dan internasionalisasi ini diikuti pejabat-pejabat struktural, diantarannya Wakil Dekan bidang kerjasama dari setiap fakultas, direktur Pasca Sarjana, Direktur Program Vokasi, Ketua Program Studi, Kepala Biro Penerimaan Mahasiswa Baru, Kepala Biro Akademik, Kepala Lembaga Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni (LPKA), kepala lembaga penelitian, pengembangan & pengabdian Masyarakat (LP3M), Kepala Lembaga Pengembangan dan Pembelajaran (LPP), dan juga Direktur Program Internasional seperti International Program of International Relations (IPIREL), International Program of Governmental Studies (IGOV), International Program for Islamic economics and finance (IPIEF), dan International Program for Law and Sharia (IPOLS).

Sedangkan teknis untuk kegiatan ini para peserta Workshop akan dibagi kedalam 3 komisi. Komisi I membahas mengenai International Academic Recognation, Komisi II mengenai Standar Operting Procedure (SOP) yang terkait dengan Internasionalisasi. Sedangkan untuk Komisi III mengenai Student Mobility berupa pengembangan program penelitian bersama dengan mitra asing, program inovatif Tropical Course/Summer Course, Program Student Exchange, Program inisiasi kelas internasional, Program credit earning atau credit transfer, Program magang di luar negeri atau perusahaan internasional dan juga program Kuliah Kerja Nyata internasional. (Shidqi)

Konflik UU Keistimewaan DIY Tidak Meruntuhkan Kepercayaan Masyarakat Jogja Pada Kepemimpinan Sultan

$
0
0
GKR. Hemas saat mengomentari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dosen Ilmu Pemerintahan UMY, dihadapan ratusan peserta seminar Evaluasi dan Monitoring Pelaksanaan Undang-Undang Keistimewaan

GKR. Hemas saat mengomentari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dosen Ilmu Pemerintahan UMY, dihadapan ratusan peserta seminar Evaluasi dan Monitoring Pelaksanaan Undang-Undang Keistimewaan

UU No. 13 tahun 2012 yang berisi tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini sudah berlangsung kurang dari dua tahun, namun sayanganya dalam pelaksanaannya masih sering terjadi pasang surut yang akhinya menimbulkan isu. Isu yang muncul ini tentu saja terkait dengan ketidakpuasaan masyarakat mengenai dana keistimewaan, keberpihakaan pemerintah daerah terhadap upaya membangun kesejahteraan rakyat dan juga terhadap kepemimpinan Gubernur DIY. Akan tetapi, kekurangan tersebut tidak lantas meruntuhkan kepercayaan masyarakat DIY terhadap kepemimpinan Sultan.

Demikian benang merah dalam acara “Seminar dan Pemaparan Hasil Penelitian Evaluasi dan Monitoring Pelaksanaan Undang-Undang DIY”, yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Seminar yang dilaksanakan di gedung AR. Fachruddin A lantai 5 Kampus Terpadu UMY, pada Sabtu (31/1) ini menghadirkan GKR Hemas (DPD DIY), Isti’anah ZA., M.Hum (Pakar Hukum), Ane Permatasari, MA (Peneliti dari Prodi Ilmu Politik UMY), dan Drs. Afnan Hadikusumo (DPD DIY) selaku pembicara.

Bukan hanya itu, ada tiga poin besar yang perlu dibahas terkait dengan UU Keistimewaan DIY ini. “Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang saya pantau bahwa ada tiga poin besar yang perlu dibahas antara lain kesejahteraan masyarakat Yogja dalam pengimplementasian UU Keistimewaan, penggunaan dana keistimewaan, dan kepercayaan masyarakat Yogja terhadap kepemimpinan Sultan, ” papar Isti’anah ZA., M. Hum (Pakar Hukum) selaku pembicara dalam acara “Seminar dan Pemaparan Hasil Penelitian Evaluasi dan Monitoring Pelaksanaan Undang-Undang Keistimewaan DIY” yang dilaksanakan pada hari Sabtu (31/1) di Gedung AR. Fachruddin A Lt. 5 UMY.

Isu yang terkait dengan keistimewaan ini sebenarnya sudah terjadi sejak era Soeharto yang kemudian berlanjut lagi pada Era SBY, yang pada saat itu DIY merupakan provinsi yang menjadi tolak ukur pada kesejahteraan masyarakat. “Permasalahan keistimewaan ini sudah terjadi sejak era Soeharto dan kemudian berlanjut pada era SBY. Sebenarnya jika kita lihat, Yogja tidak akan istimewa jika tidak ada keraton dan tidak adanya Sultan. Jadi kita sebagai masyarakat Yogja harus bisa mempertahankan apa yang sudah ada dan apa yang sudah diberikan, jangan sampai ada kepentingan-kepentingan yang dibentuk terkait dengan keistimewaan ini, ” tegas GKR Hemas (DPD DIY) selaku pembicara.

Dari hasil pemantauan tersebut menghasilkan bahwa, masih banyak yang belum signifikan dan optimal dalam pengimplementasian UU Keistimewaan DIY terkait dengan 5 wewenang yang tercantum dalam UU tersebut antara lain yaitu pengisian penjabatan gubernur, kelembagaan, kebudayaan, pertanahan, dan tata ruang. Selain itu pemahaman masyarakat dalam pengguanaan dana keistimewaan masih sangat kurang. Namun, kekurangan tersebut tidak mematahkan rasa kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan Sultan dalam memimpin DIY. “Jumlah kepercayaan masyarakat Yogja masih sangat tinggi kepada Sultan, hal ini bisa dilihat dari data responden yang mengatakan bahwa sebanyak 83% responden mengatakan sangat yakin bahwa Sultan mampu menyelesaikan konflik-konflik yang ada di DIY, ” jelas Ane Permatasari., MA selaku Peneliti IP UMY.

Permasalahan yang terlihat saat ini adalah banyaknya masyarakat yang belum merasakan kesejahteraan dalam pelaksanaan Undang-Undang Kesejahteraan DIY. Misalnya belum adanya singkronisasi kesejahteraan masyarakat Yogja terkait dengan 5 kewenangan DIY yang tertera dalam Undang-Undang Kesejahteraan DIY. “Kalau saya lihat kesejahteraan masyarakat pada Undang-Undnag tersebut masih sangat kurang, namun saya akui semenjak adanya Undang-Undang Kesitimewaan DIY, masyarakat sudah merasa sangat tentram karena sudah tidak ada gejolak yang timbul di masyarakat, ” jelas Isti’anah.

Selain kesejahteraan, lanjut Isti’anah, bahwa pengetahuan masyarakat terkait pengguanaan dana keistimewaan masih sangat kurang. Hal ini terjadi karena kurangnya sosialisasi terkait dengan penggunaan dana keistimewaan tersebut. Hal ini juga semakin diperparah karena regulasi tentang pengucuran dana keistimewaan yang sangat sulit dan rumit. Banyak tahapan-tahapan yang perlu dilakukan, misalnya saja pembuatan proposal kemudian harus diserahkan ke Mendagri, lalu DPRI dan di evaluasi baru dicairkan dananya. Dalam pencairan dana pun tidak bisa langsung seperti yang terjadi pengucuran dana yang terjadi di Papua dan Aceh, ” jelasnya.

GKR Hermas juga menegaskan bahwa kacaunya pelaksanaan atau pengguanaan dana keistimewaan ini karena isi dari Perda Dana Keistimewaan yang masih harus diperbaiki. Persoalaan dana keistimewaan ini tidak selesai karena tidak adanya penyelesaian persoalaan pada Perda tentang dana keistimewaan, hal ini terjadi karena adanya kepentingan politik dan kepentingan golongan yang ikut memperkeruh keadaan .

Salah satu permasalahan di DIY saat ini terkait dengan 5 wewenang tersebut adalah tentang pertanahan, dimana saat ini banyaknya persoalan yang terkait dengan kepemilikan tanah Sultan. “Isu yang masih hangat terkait dengan pertanahan ini tentang pembangunan airport yang ada di Yogyakarta, masih ada orang-orang yang mempersoalkan tentang itu. Apalagi, dalam pembuatan airport yang akan dibangun di Kulon Progo menjadi terhambat karena adanya kepentingan-kepentingan. Kemarin juga saya diberi usul untuk melakukan pembangunan bandara di Purworejo, tapi kalau pembangunan Airtport disana terus Yogja duwe opo, ” terang GKR Hermas.

Hal yang sama pun diungkapkan oleh Drs. Afnan Hadikusumo (DPD DIY) selaku pembicara bahwa, permasalahan tanah ini bukan pada pembangunan airport saja. Banyak kepememilikkan tanah Sultan disalahgunakan atau dipalsukan kepemilikannya, ini yang sebenarnya sering terjadi di lapangan. Sebenarnya jika ditelaah kembali persoalan terkait dengan pertanahan ini bukan hanya terjadi pada masyarakat saja tetapi juga pada pemerintah, ” tegasnya.

Dari isu-isu terkait dengan Undang-Undang Keistimewaan bahwa Yogja harus terus menjaga keistimewaan. Selain itu perlu adanya kepercayaan yang terus tumbuh yang ada di masyarakat. “Intinya adalah Yogja harus bebas dari segala kepentingan yang ada, kita harus menjaga apa yang kita dapat dan apa yang kita berikan, sebab kepentingan politik dan kepentingan golongan ini yang akhirnya akan menggoyahkannya, ” tegas GKR Hermas.

Ada rekomendasi yang diutaran oleh Isti’anah yakni, perlu adanya rencana jangka panjang dan jangka pendek. Jangka panjangnya adalah  perlu dilakukan perubahan UU dan perlu adanya usulan mekanisme terkait dengan dana keistimewaan. Sedangkan jangka pendekanya adalah ada beberapa dana keistimewaan yang dialihkan untuk kesejahteraan masyarakat Yogja, perubahan Perda Dana Keistimewaan, dan sosialisasi terkait dengan dana keistimewaan.

 

Ingin Kembangkan Universitas, Zanzibar University Kunjungi UMY

$
0
0

 

 

Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, bersama Prof. Mustafa Roshash saat bertukar cindera mata di Ruang Sidang Rektorat UMY

Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, bersama Prof. Mustafa Roshash saat bertukar cindera mata di Ruang Sidang Rektorat UMY

Berawal dari kegiatan Mahatir Global Peace School (MGPS) III 2014, salah satu perserta MGPS berasal dari Zanzibar University Tanzania, merekomendasikan kepada pimpinannya di  Zanzibar Universit untuk datang ke UMY dan belajar untuk pengembangan Zanzibar University melalui pengamatan kegiatan akademik, sarjana dan pascasarjana di UMY.

Hal itulah yang diungkapkan oleh Wakil Rektor I Zanzibar University, Prof. Mustafa Roshash saat menyampaikan tujuannya mengunjungi UMY. Bahwa dirinya mengunjungi UMY berawal dari rekomendasi mahasiswanya yang mengikuti kegiatan MGPS III, lalu dirinya bersama jajaran universitas menetapkan untuk mengunjungi UMY dan disambut hangat oleh Rektor UMY, Prof Bambang Cipto di Ruang Sidang Rektorat AR. Fachruddin A lantai 1 UMY, Selasa (3/1).

“Kami mengetahui UMY karena mahasiswa kami ada yang mengikuti kegiatan MGPS di Malaysia tahun lalu, kemudian kami mencari tahu tentang UMY melalui website UMY. Setelah itu bersama pimpinan yang lain kami putuskan, oke, kita akan mengunjungi UMY,” ungkap Prof Mustafa Roshash.

Selain itu, dalam kesempatan yang sama, Kepala Kantor Urusan Internasional Biro Kerjasama (BKS) Ir. Tony K. Hariadi, M.Eng. Selain menyampaikan program sarjana dan pascasarjana, dirinya juga menyempatkan untuk menjelaskan program internasional yang dimiliki oleh UMY, dan juga kerjasama internasional antar  universitas diberbagai negara-negara, baik Eropa maupun Asia.

“Selain sarjana, pascasarjana, dan program doktor, kami juga memiliki program internasional untuk sarjana, diantaranya program internasional untuk Hukum, Hubungan Internasional, Ilmu Pemerintahan, Ekonomi dan Keuangan. Kami juga sudah melakukan berbagai kerjasama diantaranya dengan Malaysia, Australia, Korea Selatan, Cina, Amerika, Thailan, Spanyol, Singapore, Jerman, dan juga masih banyak yang lainya, baik Eropa maupun Asia” ujar Toni.​

Berbeda dengan Toni, Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, menjelaskan bahwa pihaknya berterimakasih atas kunjungannya, dan pihaknya berharap bahwa perwakilan dari Zanzibar University bisa melihat, mengamati  lingkungan kampus agar apa yang diingkan oleh pihak Zanzibar University bisa lengkap. Dirinya juga berharap akan ada pertemuan selanjutnya dengan pihak Zanzibar University.

“Kami mengucapkan terimakasih karena telah mengunjungi UMY, kami berharap anda semua bisa melihat-lihat lingkungan kampus kami, agar kunjungan anda ke UMY bisa lebih lengkap. Semoga pertemuan kita saat ini bisa berlanjut dalam kesempatan-kesempatan kedepan” sambut Bambang.

Setelah menemui Rektor UMY, Pihak Zanzibar University yaitu Prof. Mustafa Roshash, Dr. Mwinyi Haji dan Mr. Saleh Mwinyi didampingi untuk keliling mengunjungi kelas-kelas program internasional yang dimiliki oleh UMY. (Shidqi)

Din Syamsuddin: Masalah Umat Islam Tidak Mempunyai Semangat Kebudayaan

$
0
0
Prof. Dr. M. Din Syamsuddin saat menjadi key note speaker pada acara seminar Pra-Kongres Umat Islam Indonesia ke-VI di UMY

Prof. Dr. M. Din Syamsuddin saat menjadi key note speaker pada acara seminar Pra-Kongres Umat Islam Indonesia ke-VI di UMY

Salah satu permasalahan umat Islam saat ini adalah tidak mempunyai semangat kebudayaan, sehingga melahirkan dampak pada permasalahan ekonomi, politik, dan budaya. Hingga pada akhirnya lebih banyak melahirkan konsekuensi negatif daripada konsekuensi positif. Bahkan di Indonesia mulai diterapkan pada ajaran-ajaran liberal sejak masa reformasi, termasuk dalam bidang ekonomi.

Hal itulah yang disampaikan oleh Ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA, saat menyampaikan pidatonya pada acara Seminar Pra-Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) ke-VI, yang dilaksanakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), bertempat di Ruang Sidang AR. Fachruddin A UMY, Rabu (4/1).

Din mengatakan, bahwa salah satu masalah umat Islam tidak mempunyai semangat kebudayaan, yang dapat dirumuskan secara konsepsional menuju konteks perubahan strategis. Karena menurutnya bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami krisis kebudayaan, “Berdasarkan pengamatan, salah satu permasalahan umat Islam, organisasi Islam, partai-partai Islam itu tidak mempunyai semangat kebudayaan, yang merumuskan secara konsepsional, sistematis, strategis, menuju ke konteks perubahan strategis untuk Indonesia kedepan. Kita ini mengalami permasalah krisis kebudayaan”, ujarnya.

Din menambahkan, bahwa permasalahan yang lainya adalah, Indonesia sedang menghadapi arus liberalisasi ekonomi, politik, dan budaya yang melahirkan konsekuensi negatif. Menurutnya, masalah tersebut tidak hanya terjadi di kota-kota besar, akan tetapi juga di kota-kota kecil. Sehingga menurut pihaknya, bahwa kongres yang diadakan oleh MUI pada tanggal 8 hingga 10 Februari di Yogyakarta akan melahirkan kajian kritis terhadap situasi nasional seperti hal yang diungkapkannya.

“Indonesia mengalami masalah besar, terutama dengan arus deras liberalisasi ekonomi, politik dan budaya, yang melahirkan konsekuensi-konsekuensi tertentu selalu ada positif, tapi juga banyak negatifnya, politik berdasarkan demokrasi liberal. Penerapan Indonesia ini pada ajaran-ajaran paling liberal, ini masalah luar biasa terutama sejak reformasi, termasuk pula dalam bidang ekonomi dalam tanda petik kapilitasi global. Sebagai pilihan yang sebetulnya tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil. Nah ini yang kita lihat, semoga kongres ini nanti bisa melahirkan telaah kritis terhadap situasi nasional dan sekaligus mencari solusi kedepan” jelasnya.

Selain itu, senada dengan Din Syamsuddin. Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Ma’arif, MA, mantan ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan, dirinya berharap agar kongres KUII ini harus membahas permasalahan yang besar yang sedang dihadapi oleh bangsa ini, dirinya berhadap jangan sampai kongres tersebut tergoda oleh pertarungan politik yang sedang terjadi saat ini.

“Kedepan kongres ini menurut saya, memang harus membicarakan hal yang serius, yang besar, jangan tergoda oleh pertarungan politik yang tidak bermartabat ini, penguatan sosial umat Islam, yang jumlahnya 210 juta, karena secara sosial ekonomi kita umat Islam masih lemah, maka dalam kongres ini saya harapkan mempunyai tujuan untuk penguatan sosial,” jelasnya. Beliau juga pengkritisi bahwa jika kongres ini adalah kongres umat Islam maka seharusnya yang menjadi peserta tidak hanya organisasi masyarakat berbasis Islam, tapi juga mengundang politisi perwakilan partai yang beragama Islam agar bisa saling bersinergi untuk membangun bangsa Indonesia. (Shidqi)

 

Din Syamsuddin: Presiden Diharapkan Mengambil Keputusan Ikuti Kata Hati

$
0
0
Prof. Dr. M. Din Syamsuddin saat diwawancarai oleh awak media seusai menyampaikan pidatonya, pada acara Seminar Pra-Kongres Umat Islam Indonesia ke-VI di UMY

Prof. Dr. M. Din Syamsuddin saat diwawancarai oleh awak media seusai menyampaikan pidatonya, pada acara Seminar Pra-Kongres Umat Islam Indonesia ke-VI di UMY

Terkait Permasalahan hukum yang sedang dihadapi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polisi Republik Indonesia (POLRI), Presiden diharapkan dapat mengambil keputusan mengikuti kata hati, sesuai dengan ajaran agama, dan juga pertimbang rasional tentang hukum, politik, dan tentang budaya. Diharapkan akan lahir keputusan yang baik.

Itulah yang disampaikan oleh Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, MA, seusai menghadiri acara Seminar Pra-Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) Ke-VI yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), bertempat di Ruang Sidang AR. Fachruddin A UMY, Rabu (4/1)

“Dari pertemuan bersama MUI kemarin di istana, saya mendapat isyarat bapak presiden segera mengambil keputusan, saya harapakan sebelum beliau berangkat keluar negeri tanggal 5 Februari ini ya, ada keputusan dan tentu beliau sudah menghimpun bahan-bahan, alasan-alasan, baik dari watimpres, maupun dari tim 9 yang dibentuknya. Dan kemarin kami hanya menghimbau kepada presiden untuk mengambil keputusan dengan mempertimbangkan kata hati, sesuai dengan ajaran agama, tanyakanlah kepada hati nurani atau hati sanubarimu, inilah jalan yang saya kira perlu perimbangan rasional tentang hukum, tentang politik, tentang budaya, tetapi jangan lupa juga pertimbangan spiritual, bila perlu dengan istiqarah menurut ajaran agama” ujarnya.

Din juga menjelaskan,  Presiden Joko Widodo sedang mengalami dilema dalam mengeluarkan keputusan, akan tetapi harus tetap melantik Kapolri. Sehingga dirinya berharap bahwa segala keputusan yang dikeluarkan oleh Presiden nanti seluruh rakyat Indonesia diharapkan bisa menerima secara terbuka.

“Untuk lembaga POLRI, tidak cukup hanya dengan PLT, maka harus segera melantik kapolri, karena tidak baik jika lembaga penegakan hukum seperti Polri ini tidak punya kepalanya, tidak punya pucuk pimpinannya. Sehingga permasalahan ini adalah hal yang dilematis ya bagi seorang presiden. Oleh berbagai pihak presiden didesak untuk memberikan sikapnya, saya berharap segala keputusannya marilah kita terima secara legowo, memang kita ini bangsa yang bermasalah” imbuhnya saat menghadapi pertanyaan dari awak media.

Selain itu, berbada dengan Din Syamsuddin. Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Ma’arif, MA, mantan ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan, dengan kapasitas ia sebagai Ketua Tim 9 yang bertugas untuk memberikan masukan kepada presiden terkait kisruh KPK-POLRI, dirinya menjelaskan bahwa apapun yang terjadi masyarakat harus mendukung KPK. Karena menurutnya KPK saat ini tidak sebanding dengan lembaga anti korupsi yang dimiliki oleh negara lain. Ia berkata, bahwa fasilitas yang dimiliki oleh KPK saat ini belum cukup untuk memberantas korupsi yang sangat besar dan juga terjadi di setiap daerah di Indonesia.

“Apapun yang terjadi kita harus dukung lembaga anti korupsi, saya melihat KPK saat ini miris sekali ya, Jika lembaga anti korupsi seperti KPK di negara lain, itu banyak sekali penyidiknya, kantornya besar, ada di berbagai daerah. Sedangkan di Indonesia ini kantor saja tidak punya, itu pinjam itu dari kementerian keuangan, penyidik sangat sedikit sekali, di daerah tidak ada KPK, hanya di pusat di Jakarta, lalu bagaimana KPK sangup memberantas korupsi yang sangat besar ini, nah menurut saya kita semua harus mendukung dan mempertahankan KPK kedepan,” saat mengakhiri penyampaian dialog dengan peserta Seminar Pra-Kongres.

Kongres KUII Ke-VI, yang akan digelar di Hotel Inna Garuda Yogyakarta, pada 8-10 Februari mendatang rencananya akan dibuka dan ditutup secara simbolik oleh presiden, akan tetapi hal tersebut batal dilakukan karena pada tanggal 5 Februari Presiden berkunjung ke luar negeri, sehingga pembukaan Kongres akan diwakilkan oleh wakil presiden Jusuf Kalla dan tetap akan ditutup oleh Presiden Joko Widodo.

“Awalnya, kita minta bapak presiden untuk membuka, tetapi karena ada halangan beliau ada agenda keluar negeri besok, maka yang akan membuka Kongres nanti diwakilkan oleh Wakil Presiden, beliau bapak presiden tidak bisa membuka, tapi akan menutup nanti pada tanggal 11, nanti Insya Allah akan kita buka tanggal 9 pagi dikeraton, oleh wapres dan penutupannya tanggal 11 di tempat acara berlangsung” imbuh Din Syamsudin. (Shidqi)

Bahasa Asing, Karakter Unggul dan Islami Antarkan 6 Mahasiswa UMY ke Spanyol​

$
0
0

6 Mahasiswa UMY (memakai almamater UMY) yang berhasil mendapatkan beasiswa Student Exchange ke Spanyol, didampingi Rektor UMY dan pimpinan Biro Kerjasama UMY,

Mengikuti seleksi pertukaran mahasiswa tidaklah mudah, selain menuntut mahasiswa untuk memiliki kemampuan bahasa asing yang baik, para peserta juga dituntut untuk menjadi orang yang mempunyai karakter yang unggul dan Islami sesuai dengan visi dan misi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Selain itu juga memiliki komitmen untuk menyampaikan visi dan misi kampus sebagai pihak yang memberikan beasiswa. itulah hal dasar yang perlu dimiliki oleh peserta yang berpeluang untuk menjadi delegasi pertukaran mahasiswa.

Hal tersebut diungkapkan oleh Jasmine Alvina Savitri, Mahasiswa Hubungan Internasional (HI) UMY. Jasmine merupakan satu dari 6 orang delegasi mahasiswa yang terpilih untuk belajar di Universitat Jaume I, Castellon de la Plana Primero yang berada di Valencia, Spanyol. Jasmine bersama 5 mahasiswa lainnya yaitu Adhie Putra Perwira (Mahasiswa HI) Frida Wihdatul Amirah (Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris) Muhammad Haikal (Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris) Putri Alfa Sobri (Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris) dan Robi Jamil R (Mahasiswa Akutansi), saat ini sudah delapan hari berada di Spanyol dimulai sejak keberangkatan mereka pada tanggal 2 Februari 2015.

“Pengalaman saya saat mengikuti seleksi ke Spanyol ini memang tidak mudah, awalnya harus punya kemampuan bahasa asing yang baik, minimal bahasa inggris, dan kita juga secara tidak langsung kalau ingin diterima, ya harus memiliki karakter unggul dan Islami sesuai dengan UMY. Tidak cukup hanya memiliki karakter yang unggul dan Islami ini, tapi kita juga harus berani menyatakan komitmen kita saat interview untuk menyampaikan visi dan misi UMY saat kita berada dan bertemu orang-orang disana, menurut saya 3 hal ini yang paling penting,” jelas Jasmine saat dikonfirmasi melalui media sosial Whatsapp, pada Jum’at (6/2).

Jasmine menambahkan, dirinya tertarik ke Spanyol karena ingin benar-benar merasakan kehidupan di negara yang memiliki budaya berbeda dengan Indonesia. Selain itu niatnya juga didasari cita-citanya yang ingin melanjutkan kuliah pada jenjang Pascasarjana di Spanyol seusai dirinya menyelesaikan studi Sarjana di UMY. “Saya lebih tertarik ke Spanyol karena ingin merasakan kultur yang benar-benar beda dengan Indonesia. Selain itu, saya juga ingin membangun link di Spanyol, karena saya memiliki cita-cita melanjutkan S2 di sini” ujarnya.​

Selain itu, Jasmine mengatakan bahwa keinginan yang besar itu membutuhkan pengorbanan yang besar pula, menurutnya untuk mendapatkan beasiswa pertukaran mahasiswa ke Spanyol tidak semudah seperti membalikkan telapan tangan. Dirinya harus rela menunda kelulusannya selama 6 bulan untuk mendapatkan pengalaman di luar negeri. Jasmine mengatakan sebagai mahasiswa Hubungan Internasional, ia tidak ingin ketika lulus tidak mempunyai pengalaman internasional, yaitu berada di negara asing dan merasakan hidup di lingkungan yang berbeda.

“Sebenarnya sya memanfaatkan kesempatan yang ada, setiap ada kesempatan ya dicoba, tapi ini tidak semudah seperti membalikan kedua telapak tangan, butuh yang namanya pengorbanan seperti lulusnya jadi lama karena terpotong 6 bulan. Tapi pengalaman yang didapat saya yakin akan worth it. Selain itu, saya juga tidak mau kalau sebagai mahasiswa HI lulus tanpa pengalaman berada dan tinggal di lingkungan negara asing yang jauh berbeda dengan Indonesia,” imbuhnya.

Menurut keterangan dari Jasmine, dirinya dan kelima temannya akan berada selama enam bulan di Spanyol. Ke-enam mahasiswa UMY ini akan fokus mempelajari bahasa Spanyol, kebudayaan, dan juga materi kuliah sesuai dengan bidang studi masing-masing sebagaimana yang mereka pelajari di UMY.

Jasmine juga menceritakab bahwa pengalaman pertama yang mereka rasakan yaitu perbedaan cuaca. Jasmine dan kelima temannya merasa kesulitan saat beradaptasi dengan cuaca dingin. “Cuaca dingin menjadi adaptasi paling susah, karena kami siap untuk cuaca Castellon yang sebenarnya dinginnya tidak ekstrim. Tapi saat kami tiba di sini, di kota Castellon sedang dalam cuaca terdingin. Menurut info yang kami dapatkan di sini, cuaca dingin seperti ini pernah terjadi 15 tahun lalu, saat ini pun di sini sedang turun salju yang sangat lebat,” jelasnya.

Sementara itu, menurut keterangan dari Biro Kerjasama (BKS) UMY melalui e-mail, bahwa para peserta telah berangkat pada tanggal 2 Februari 2015 dan akan menempuh 1 semester di Universitat Jaume I. Program beasiswa yang diikuti oleh Jasmine dan kelima temannya adalah merupakan beasiswa parsial yang ditawarkan oleh UMY kepada seluruh mahasiswa UMY melalui tahapan seleksi tertentu. Selain ke Spanyol, beasiswa parsial juga tersedia ke Universitas Daegu Health Collage, di Korea Selatan. (Shidqi)

Warung Prancis UMY Terbaik Se-Indonesia

$
0
0

IMG_3054Sejak diresminkan pada tanggal 18 Desember 2014 lalu, Warung Prancis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (WP-UMY) sudah berhasil menorehkan prestasi. Warung Prancis UMY ini terpilih sebagai WP terbaik peringkat 1 dari 36 WP yang ada di Seluruh Universitas di Indonesia yang memiliki hubungan kerjasama dengan Institute Francais Indonesia (IFI). Pengumuman pemenang Lomba WP terbaik yang diselengarakan sejak September 2014 lalu diumumkan pada acara pertemuan rutin tahunan penanggung jawab WP se-Indonesia di Jakarta pada 6 Februari 2015.

Oleh karena dedikasinya sebagai penanggung jawab WP di UMY, Puthut Ardianto, S.Pd., M.Pd dan Fahrizal Ramadhan mendapatkan hadiah utama perjalanan ke Prancis pada musim panas 2015 mendatang. Pengumuman pemenang diumumkan secara simbolis oleh Direktur IFI Betrand de Hartingh dan atase Kerjasama Universitas Antoine Devoucoux du Buysson bertempat di Kantor IFI Keudataan Prancis di Jakarta pada 6 Februari 2015 lalu.

Menurut Puthut Ardianto, WP UMY berhasil menjadi yang terbaik diantara 36 WP se-Indonesia karena keaktifitan kegiatan regular WP UMY. Seperti penyelenggaraan seminar, aktif di media sosial baik di Facebook maupun di Twitter. Selain itu yang ikut mendukung keaktifan WP UMY adalah pihaknya selalu mengadakan nonton film Prancis dengan nama kegiatan “Layar Prancis”, yang merupakan agenda rutin WP UMY.

“Penilaiannya meliputi kegiatan regular yang kita lakukan di WP UMY, misalnya kita punya Club Francais yang dipandu oleh native speaker dari Prancis bernama Karine Josse. Kami juga punya kegiatan cooking class dari Karine, lalu kami juga sering mengadakan seminar mengenai studi di Prancis bekerjasama dengan IFI dan kami unggul dalam penggunaan sosial media Facebook dan Twitter yang comprehensive dan konsisten,” ujar Puthut saat dihubungi oleh BHP UMY, Senin (9/2).

Puthut berharap, bahwa dengan penghargaan ini bisa dijadikan penyemangat bagi dirinya dan rekannya Fahrizal agar bisa terus mengembangkan WP UMY. Dirinya juga berharap dengan prestasi yang diperoleh oleh WP UMY, mahasiswa UMY dan Masyarakat Yogyakarta umumnya bisa memanfaatkan fasilitas dan kegiatan yang diadakan oleh WP UMY.

“Penghargaan ini sebagai penyemangat kami berdua untuk lebih menyemarakkan Warung Prancis UMY. Saya juga berharap, lebih banyak lagi mahasiswa UMY dan Jogja pada umumnya, untuk memanfaatkan fasilitas dan kegiatan di Warung Prancis UMY”, Ujar dosen Pendidikan Bahasa Inggris UMY ini.

Puthut menambahkan, bahwa dirinya serta rekannya berharap kepada universitas agar lebih mendukung dari segi pendanaan kegiatan dan fasilitas, karena dirinya melihat WP yang lainya didukung penuh oleh universitasnya. WP UMY selain WP terbaik juga sudah memiliki standar pelaksanaan kegiatan yang belum dimiliki oleh WP lainnya di seluruh Indonesia.

“Harapan kami bagi universitas, WP UMY bisa lebih didukung dari segi pendanaan kegiatan dan fasilitas, mengingat WP lainya disupport penuh oleh universitasnya, tapi sayangnya mereka belum memiliki panduan dan tradisi pelaksanaan sementara kami sudah memilikinya. Karena itu kami kemarin secara tidak langsung sudah memberikan standar pelaksanaan kegiatan WP kepada WP-WP lainya,” jelas Puthut.

Selain mengelola Warung Prancis yang ada di UMY, Puthut bersama Fahrizal juga sering mengikuti pertemuan rutin tahunan dan pelatihan yang diadakan oleh IFI dan Kedutaan Prancis di Jakarta. Pelatihan yang ia ikuti bernama Culturtheque, yaitu pelatihan meliputi pemanfaatan media online untuk mengenal Prancis lebih jauh. Dimana nantinya semua pengunjung Warung Prancis dapat memiliki akun gratis Culturtheque dan bisa mengakses semua info tentang bahasa, budaya, masakan dan hal lainnya yang berkaitan dengan Prancis. (Shidqi)


Myx-o, Desain Alat Bantu Gerak Buatan Mahasiswa Teknik UMY Juarai Kompetisi Tingkat ASEAN

$
0
0

P_20141015_150708Setelah sebelumnya menuai kesuksesan dalam perlombaan yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia (UI) dan masuk dalam 10 tim yang berhak bekompetisi di tingkat ASEAN, Muhammadiyah Yogyakarta Exoskeleton (Myx-o) akhirnya mendapatkan hasil yang memuaskan. Desain alat bantu gerak bagi penyandang difabel buatan Satriawan Dini Hariyanto, Panji Prihandoko, dan Romario Aldrian mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini akhir​nya tercatat sebagai juara dalam Autodesk ASEAN Design Competition, yang dilaksanakan pada 30 Januari 2015 lalu, sementara pengumuman pemenangnya dilakukan pada 6 Februari​.

Menurut pengakuan ketiganya, bukan suatu hal yang mudah sebenarnya untuk memenangkan kompetisi tersebut, sebab ada beberapa hal atau proses yang harus mereka lalui. Sekalipun kompetisi yang diusung oleh Perusahaan Autodesk di Indonesia ini sudah pernah dilakukan sejak tahun 2009, namun dari tahun 2009 hingga 2014 hanya dua Universitas di Indonesia yang memiliki kesempatan untuk mengikuti kompetisi ini, yakni UMY dan Institute Teknologi Bandung (ITB).

Adapun dalam kompetisi ini, tim dari UMY memilih tema tuna daksa sebagai tema desain, walaupun sebenarnya ada dua tema lainnya yang bisa mereka pilih, yaitu tuna rungu dan tuna wicara. Namun ketiganya sepakat untuk memilih tuna daksa sebagai tema desain kompetisi. Alasanya karena mereka ingin membantu para penyandang difable untuk bisa beraktifitas seperti orang normal lainnya. “Yang pertama kali ada dibenak kami waktu itu adalah, kami ingin memberikan kesempatan untuk para penyandang difable maka dari itu kami memilih tema tuna daksa dan sampai akhirnya kami membuat desain alat yang dapat digunakan para penyandang difable yang tidak dapat berjalan. Project ini kami beri nama Muhammadiyah Yogyakarta Exoskeleton (Myx-o), “ jelas Satriawan saat diwawancarai pada hari Senin (9/2) di Biro Humas dan Protokol UMY.

Panji Prihandoko juga menjelaskan, bahwa dalam pengerjan desainnya mereka membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan dengan menggunakan SOP dan dengan metode design thinking, yang sudah mereka siapkan terlebih dahulu. “Hal pertama yang dilakukan kami adalah melakukan survey, yaitu ke SLB Negeri 1 Bantul dan Komunitas Difable Yogyakarta. Dalam melakukan survey tersebut kami melakukan pengamatan dan wawancara pada para penyandang difable. Di sana saya dan teman-teman mendengarkan keluh kesah mereka seperti sulitnya mereka saat berjalan bahkan untuk pergi ke toilet saja mereka terhambat, sampai akhirnya muncul ide desain tersebut, “ terangnya.

Selain itu, dalam pembuatan desain tersebut mereka juga mendapatkan inspirasi dari alat-alat yang sudah ada sebelumnya dan mencari kekurangannya apa. Sampai akhirnya muncul alat Myx-o tersebut dengan beberapa kelebihan yang tidak ada di alat penyandang difable sebelumnya. “Project design yang kami buat ini memang dikususkan bagi penyandang difable yang tidak bisa berjalan. Project design yang kami buat ini juga kami buat dengan semurah mungkin, jadi nantinya alat ini bisa digunakan oleh kalangan manapun. Untuk pembuatannya kami juga berencana menggunakan material-material yang mudah di temui di Indonesia. itu sebabnya kenapa alat ini dapat dikatakan murah, “ papar Panji lagi.

Satriawan kembali menambahkan, jika kelebihan dari alat ini bukan hanya sekedar membantu penyandang difable untuk bisa berjalan saja, tetapi alat ini juga dapat digunakan untuk melalukan terapi berjalan. “Karena fungsi utama dari alat ini akan dipasang di kaki maka, fungsi alat ini memang untuk memudahkan para penyandang cacat yang tidak bisa berjalan agar bisa berjalan lagi. Namun kelebihan yang lainnya yakni, alat ini bisa digunakan untuk para penderita stroke untuk melakukan terapi berjalan, “ imbuhnya.

Romario pun menimpali bahwa dalam pembuatan alat tersebut mereka akan terus menerus melakukan pengembangan. “Ke depannya kami berencana akan melengkapi alat tersebut bukan hanya dengan sistem motorik saja tetapi juga dengan sistem sensorik atau dengan memanfatkan sel otak. Maksudnya adalah ketika penyandang difable tersebut menggunakan alat ini untuk berjalan, maka alat tersebut sudah mengetahui isi pikiran penggunanya akan melakukan apa, sehingga tentu hal ini akan sangat mempermudah penggunanya, “ ungkapnya.

Mereka bertiga berharap dengan alat ini, dapat membantu para penderita difable untuk bisa berjalan seperti orang normal, sehingga mereka tidak akan merasa minder lagi. “Kita bisa mewujudkan mimpi-mimpi mereka, dan nantinya di masa yang akan datang semua orang di dunia bisa merasakan bagaimana cara berjalan,” imbuh Romario.

Dalam membuat project design ini Satriawan, Panji, dan Romario dibantu oleh dosen Teknik Mesin UMY yaitu Tutik Sriyani, Ph. D dan Setia Prihandana, Ph. D. Adapun penghargaan yang diberikan bagi para peserta yang berhasil menang dalam kompetisi tersebut, yakni mendapatkan kesempatan melakukan perjalanan ke Beijing. “Saat ini kami masih mempersiapkan presentasi sebelum berangkat ke Beijing pada 10 Maret 2015. Karena di sana nanti kami akan melakukan sharing dengan para peserta dari negara lain serta melakukan presentasi di hadapan para pengusaha. Sementara untuk pelaksanaannya sendiri akan dilaksanakan di Tongji University Shanghai,​“ tutur Romario.

31 Mahasiswa UMY Ikuti AUYS 2015

$
0
0

31 mahasiswa UMY yang menjadi delegasi dalam AUYS 2015

Sebanyak 31 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) terpilih menjadi salah satu delegasi dalam kegiatan Asean University Youth Summit (AUYS) 2015. Kegiatan AUYS 2015 ini diselenggarakan pada 26 hingga 29 Januari 2015 di Universitas Utara Malaysia (UUM), Kedah, Malaysia. Acara yang mengusung tema “ASEAN Youth Network Through Volunteerism” ini juga dihadiri oleh 152 delegasi dari universitas-universitas di Asia Tenggara.

Menurut salah seorang perwakilan delegasi UMY, Mahfudz Khoirul Amin (mahasiswa Hubungan Internasional angkatan 2012), kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun relasi volunteerism di ASEAN. “Selain itu juga untuk membuka networking sebagai kolaborasi aksi nyata generasi muda dalam mengembangkan masyarakat, menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015,” ujarnya saat ditemui di Biro Humas UMY, Selasa (10/2).

Mahfudz juga mengatakan jika kegiatan AUYS tersebut terbagi dalam beberapa macam kegiatan, diantaranya Round Table Discussion, Resolution of Round Table Discussion, Sharing P2A Members, dan kegiatan volunteerism di Sekolah Dasar (SD) dan Taman Kanak-kanak (TK). “Sebelum acara Round Table Discussion, ada pidato pembukaan dan peresmian dari Menteri Besar, YAB Dato Seri Haji Mukhriz Tun Mahathir. Dalam pidatonya beliau menekankan pentingnya generasi muda dalam satu komunitas ASEAN yang semakin terintegrasi, terutama dalam hal pendidikan, kesetaraan gender dan pemberdayaan pemuda. Setelah acara pembukaan barulah kegiatan dilanjutkan dengan acara Round Table Discussion 1 yang membahas tema utama The Role of Youth Volunteers as Agent of Change Toward ASEAN Community 2015,” jelasnya.

Dalam acara Round Table Discussion tersebut, lanjut Mahfudz lagi, juga menuntut masing-masing delegasi untuk menceritakan mengenai kegiatan volunteerism di negaranya masing-masing. Acara Round Table Discussion kemudian ditutup dengan Resolution of Round Table Discussion, yang membahas tema “Strengthening Youth Volunteering in ASEAN”. “Lalu pada malam harinya dilanjutkan dengan kegiatan sharing mengenai P2A members atau Pessage to ASEAN. Pessage to ASEAN ini merupakan sebuah wadah bagi universitas-universitas yang tergabung dalam P2A untuk melakukan kegiatan sit-in atau pertukaran mahasiswa antar anggota P2A,” ujarnya.

Adapun kegiatan volunteerism di sekolah dasar dan TK yang dilakukan pada keesokan harinya, melibatkan seluruh delegasi AUYS untuk membantu mengajar para guru, bermain dengan para siswa, serta membersihkan lingkungan sekolah bersama anak-anak yang ada di sekolah tersebut. “Malam harinya dilanjutkan dengan acara closing ceremony and cultural performance dari masing-masing negara. Dan dalam acara penutupan ini pula, salah seorang dari delegasi UMY, yakni Dedy Yanuar dari Jurusan HI berkesempatan mewakili seluruh delegasi untuk menyampaikan pidato penutupan serta menyampaikan resolusi mengenai hasil dari Round Table Discussion, salah satunya yakni menghimbau pada organisasi – organisasi mahasiswa, terutama yang bergerak dalam bidang volunteerism, untuk saling berbagi pengalaman, berdiskusi, dan belajar dari organisasi – organisasi yang lebih besar terutama NGO internasional,” ungkap Mahfudz lagi.

Mahfudz serta teman-temanya pun berharap agar generasi muda, terutama mahasiswa bisa lebih prihatin atau tidak acuh terhadap masyarakat dan juga turut memikirkan kemajuan serta perkembangan masyarakat sekitarnya. “Sebagai agent of change, mahasiswa juga harus ikut serta dalam pembangunan masyarakat, terutama dalam pendidikan masyarakat. Seperti mengajar TPA, mengadakan sosialisasi kesehatan di kampung, membantu memecahkan persoalan masyarakat seperti masalah irigasi, listrik, mengadakan pengajaran dan lain sebagainya. Selain itu, kegiatan – kegiatan volunteerism tersebut diharapkan tidak hanya dilakukan karena kewajiban atau tugas dari kampus saja, akan tetapi dilakukan atas dasar kesadaran dalam diri pribadi, sehingga tidak ada lagi mahasiswa yang apatis dan cuek dengan kemajuan masyrakat di sekitarnya,” papar Mahfudz lagi yang juga aktif dalam kegiatan UKM Bahasa Arab Al-Mujaddid dan asrama mahasiswa, Unires UMY.

Agar Penelitian Dimuat Pada Jurnal, Kuasai Ilmu Penelitian

$
0
0

HUDAIB 2Penelitian sudah menjadi suatu keharusan di setiap jenjang pendidikan, baik di tingkat sarjana, master, maupun doktor. Publikasi Penelitian melalui jurnal merupakan nilai tambah kelulusan mahasiswa dan juga kapabilitas akademisi dalam kontribusinya mengembangkan ilmu pengetahuan. Akan tetapi masih sedikit sekali penelitian yang berhasil dipublikasi melalui jurnal, oleh karena itu hendaknya peneliti menguasai ilmu penelitian dengan baik seta memahami bagaimana karakter hasil penelitian yang berpeluang untuk dimuat dalam jurnal.

Hal tersebut diungkapkan oleh Editor Jurnal Internasional University of Glasgow, Britania Raya Dr. Muhammad Hudaib, saat menjadi pembicara utama dalam seminar internasional dengan topik pembahasan “Exploring Research Areas in Islamic Accounting, Bussiness and Economic”, yang diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FE-UMY), bertempat di Ruang Sidang AR. Fachruddin A UMY, Selasa (10/2).

Hudaib menjelaskan, agar penelitian bisa dimuat pada jurnal terkreditasi ataupun tidak, penulis harus mempunyai pengetahuan tentang penelitian, mencakup metode, praktik nyata dalam penelitian, dan memahami apa yang menjadi dampak dari penelitian tersebut. Menurut Hudaib ketiga hal ini menjadi hal yang sangat penting agar tulisan dapat di muat dalam Jurnal.

“Agar penelitian kita jaminan masuk kedalam Jurnal terakreditasi atau tidak sebagai bentuk publikasi penulis, yang pertama dibutuhkan adalah pengetahuan seseorang peneliti tentang penelitian yang ingin dilakukan, seperti metode penelitian, praktik yang nyata dalam penelitian seperti observasi ataupun wawancara dan sebagainya, dan memahami apa yang menjadi dampak dari penelitian tersebut. Ketiga hal inilah yang menjadi penting saat kita merancang suatu penelitian” ujarnya.

Hudaib menambahkan, penampilan artikel juga merupakan faktor penting agar bisa dimuat dalam jurnal. Penampilan tersebut terlihat dari judul yang menarik, pengantar pembahasan yang mampu menarik pembaca dan fokus pada topik yang akan dibahas dalam tulisan, serta metode penelitian yang digunakan.

“Saat anda membuat artikel, penampilannya juga penting, dan ini menjadi perhatian editor jurnal, penampilan itu adalah judul yang menarik, pengantar pembahasan yang mampu menarik pembaca dan fokus pada topik pembahasan, metode penelitian yang jelas dan objektif, dan yang terakhir editor akan meriview orisinilitas dari artikel yang Anda tulis. Jika Anda ingin mempublikasikan pada Jurnal internasional, maka akan lebih baik jika topik yang anda angkat adalah mengenai isu yang sedang menjadi perbincangan atau masalah internasional, karena cakupan pembaca jurnal internasional lebih luas” jelasnya.

Selain itu, Hudaib mengatakan, jika ingin dipublikasi pada jurnal baik dalam skala nasional maupun internasional, dirinya menjelaskan cara memilih jurnal terbaik adalah dengan mempertimbangkan jurnal yang aktif membahas suatu ilmu, yang sesuai dengan pekerjaan dan reputasi Anda dalam suatu bidang. Ia mencontohkan misalnya fokus pada ekonomi Islam, maka tulisan seharusnya dikirim pada jurnal yang sering memuat tulisan tentang ekonomi dan Islam.

Hudaib juga perpesan, hendaknya penelitian menjadi gaya hidup dan juga aktifitas yang paling sering dilakukan oleh para mahasiswa dan akademisi lainya, karena menurutnya penelitian merupakan faktor penting dalam mengembangkan kualitas kehidupan dan diharapkan mampu menjadi kontribusi dalam ilmu pengetahuan.

“Dipublikasikan atau tidaknya penelitian anda, saya berpesan kepada anda semua, bahwa harusnya penelitian merupakan gaya hidup atau aktifitas yang paling sering anda lakukan. Anda sebagai mahasiswa dan para akademisi lainnya, sudah seharusnya menjadikan penelitian sebagai aktifitas yang paling sering anda lakukan. Menurut saya penelitian itu merupakan suatu faktor yang penting untuk mengembangkan kualitas hidup anda dan orang banyak, dan jika dipublikasikan juga bisa menjadi kontribusi A​nda dalam ilmu pengetahuan” imbuhnya.

Selain Hudaib, Seminar Internasional juga disampaikan oleh dosen program studi Akuntasi UMY Dr. Rizal Yaya, Ak., CA dengan pembahasan mengenai perkembangan akuntansi Islam di Indonesia yang dipandu oleh Dr. Muhammad Akhyar Adnan, AK., CA (dosen akuntasi FE-UMY) sebagai moderator. Peserta seminar dari kalangan mahasiswa, dosen Fakultas Ekonomi UMY, dan juga dosen dan mahasiswa dari Universitas Ahamad Dahlan (UAD) Yogyakarta. (Shidqi)

UMY Akan Buka Language Center Bagi Mahasiswa Palestina

$
0
0
IMG_0303

Fariz Mehdawi, Dubes Palestina untuk Indonesia bersama Rektor UMY, Prof Dr Bambang Cipto, MA saat berkunjung ke UMY

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) akan membuka language center bagi mahasiswa Palestina yang akan menempuh studi lanjut di Indonesia. Hal ini pun menjadi salah satu kontribusi UMY pada bangsa Palestina untuk memajukan pendidikan warga negara Palestina. Sebab pendidikan menjadi kunci penting pembebasan negara Palestina dari jajahan Israel.

Demikian pemaparan Indira Prabasari, Ph.D saat menyampaikan hasil yang didapat dari kunjungan singkat Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Nafi’ Atieh Mehdawi, ke UMY. Kunjungan yang dilakukan pada Selasa (10/2) ini disambut langsung oleh Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA, Wakil Rektor 3 UMY Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., MSc.Eng., Ph.D., PE, Sekretaris Universitas Ir. Nafi Ananda Utama, MS, Kepala Biro Kerjasama UMY Indira Prabasari, Ph.D, dan Kepala Biro Humas dan Protokol UMY Ratih Herningtyas, S.IP., MA.

Menurut Indira, pemerintah Palestina saat ini tengah fokus dan gencar mengirimkan dosen-dosen dan mahasiswa-mahasiswanya untuk melakukan studi lanjut ke luar negeri, salah satunya ke Indonesia. Hal itu menurut Indira karena Palestina saat ini juga tengah mempersiapkan dirinya agar bisa terbebas dari belenggu penjajahan bangsa Israel. “Sebenarnya sudah ada beberapa dosen dan mahasiswa dari University of Palestine yang melanjutkan studinya di Indonesia. Dan mulai tahun ini UMY juga ikut berkontribusi dengan memberikan beasiswa bagi para dosen dan mahasiswa tersebut dalam mempelajari budaya dan bahasa Indonesia, sebelum mereka menempuh studi lanjutnya di universitas-universitas yang telah ditentukan,” jelasnya.

Language center yang akan menjadi tempat mereka mempelajari budaya dan bahasa Indonesia ini, menurut Indira akan ditempatkan di gedung Pusat Pelatihan Bahasa (PBB) UMY. “Untuk tahun perdana ini akan ada empat mahasiswa Palestina yang akan melanjutkan studi lanjutnya di UGM. Dan kami menyediakan scholarship pembelajaran budaya dan bahasa Indonesia bagi mereka selama 3 bulan, sebelum mereka menjalani masa kuliahnya di bulan September 2015 mendatang,” paparnya.

Indira menambahkan, bahwa pada waktu dekat UMY dan pemerintahan Palestina juga akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dalam bidang akademik. “Dalam kerjasama itu nantinya kami juga akan berencana untuk mengadakan student exchange, staff exchange, dan kegiatan-kegiatan akademik lainnya dengan University of Palestine. Ini juga sebagai kontribusi UMY dalam memajukan dunia pendidikan di Palestina,” imbuhnya.

Sementara itu, Dubes Palestina untuk Indonesia, Fariz Mehdawi membenarkan bahwa kerjasama dalam pendidikan tersebut merupakan kunci penting bagi negaranya untuk bebas dari tangan Israel. Karena itu menurutnya sudah banyak dosen dan mahasiswa Palestina yang melanjutkan studinya ke luar negeri. Sebab setelah mereka menyelesaikan studi master dan doktornya di luar negeri, maka mereka diharuskan untuk kembali ke negaranya untuk membangun pendidikan di Palestina. “Inilah kunci untuk membebaskan bangsa Palestina dari tangan Israel,” ujarnya.

Fariz pun berpesan, jika ada yang ingin membantu rakyat dan negara Palestina, saat ini bukan lagi waktunya untuk memberikan bantuan dengan mengirimkan orang-orang untuk berjihad secara fisik. “Melainkan dukungan untuk membantu para dosen dan mahasiswa Palestina agar bisa studi lanjut. Karena dengan pendidikan itulah bangsa kami bisa melepaskan diri dari jajahan Israel,” pungkasnya. (Icha)

Koruptor Kelas Hiu Jadi Pemicu Konflik dan Kegaduhan Nasional

$
0
0

IMG_0337Koruptor kelas hiu yang berkonspirasi di seluruh struktur dan lingkungan pemerintahan, partai politik, maupun masyarakat sebenarnya menjadi pemicu konflik dan kegaduhan nasional yang saat ini terjadi. Kontroversi pengangkatan Budi Gunawan sebagai Kapolri yang berstatus tersangka dan berujung pada “konflik” antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kepolisian Republik Indonesia yang mencuat menjadi isu nasional krusial akhir-akhir ini, disebutkan oleh Dr. H. Haedar Nashir, seorang pengamat dan sosiolog, karena adanya campur tangan koruptor kelas hiu yang telah lupa akan etik, moral, dan kebenaran.

Etika yang sejatinya berfungsi sebagai rujukan norma dan nilai serta menjadi sistem kontrol dalam berperilaku, telah dipertaruhkan dalam kekisruhan nasional tersebut. Karena itu, orang-orang yang tidak mengindahkan etika, termasuk pula koruptor, sudah tidak bisa lagi membedakan mana tindakan yang baik dan pantas dengan tindakan yang buruk dan tidak pantas. ​

Demikian disampaikan Dr. H. Haedar Nashir saat menjadi narasumber dalam acara Kuliah Umum dan Yudisium Pascasarjana S2 dan S3 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), bertajuk “Etika Profesi Di Tengah Globalisasi”. Kuliah umum yang diikuti oleh 78 calon wisudawan Pascasarjana UMY ini diselenggarakan oleh Pascasarjana UMY, dan bertempat di ruang sidang utama AR. Fachruddin A lantai lima, Kampus Terpadu UMY, Jum’at (13/2).

Dalam pemaparannya, Haedar mengatakan, nilai benar-salah, baik-buruk, dan pantas atau tidak pantas tidak menjadi pertimbangan yang kuat dan cenderung ditiadakan dalam bertindak. Nilai sebagai sesuatu yang berharga dalam hidup menjadi serba dangkal dan jatuh ke titik terendah yang serba inderawi. “Orang-orang benar, baik, dan berjiwa utama, terkesan makin sedikit jumlahnya. Sedangkan orang-orang yang sebaliknya, justru makin besar jumlahnya dan malah jadi idola. Demo mendukung koruptor juga semakin menjadi pemandangan umum. Kondisi kacau nilai ini seolah mendekati dan mengingatkan saya pada konstruksi pujangga Ronggowarsito dalam surat Katalatida tentang “zaman edan”. Suatu zaman ketika manusia kian banyak yang “edan” dan jika tidak ikut “edan” maka dia tidak akan “kebagian”, sehingga setiap orang akhirnya terjangkiti penyakit rakus dan “gila” dunia dalam kehidupan,” paparnya.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini pun menyoroti kaum profesional yang hanya mengandalkan keahlian instrumental, yang cerdas nalurinya dalam mengejar karir dan mobilitas diri, tapi lemah radar moral atau etikanya. “Banyak manusia cerdas dan bertahta tetapi rakus dan hedonis, sehingga ilmu dan kedudukannya tidak memberi manfaat bagi orang banyak. Mereka sangat sadar akan hak tetapi lemah dalam menunaikan kewajiban. Dimensi moral, tanggungjawab, dan martabat hidup yang utama pun menjadi asing dari dirinya. Hal ini bisa kita lihat dari kasus para tersangka korupsi itu. Sebenarnya, tanpa melakukan korupsi pun gaji dan segala kebutuhan mereka akan tercukupi. Namun karena mereka sudah terjangkiti penyakit rakus dan “gila” dunia, apapun dan berapapun yang mereka terima, mereka masih merasa kurang,” tegasnya.

Haedar juga menjelasakan jika kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini selain ditandai dengan sejumlah kemajuan, pada saat yang sama juga dihadapkan pada masalah-masalah yang krusial. Korupsi, sogok menyogok, pencucian uang, gratifikasi, kekerasan, politik uang, kebohongan, tipu muslihat, dan demoralisasi menjadi pemandangan yang umum. Orientasi hidup yang memuja materi (materialisme), kesenangan inderawi (hedonisme), kegunaan (pragmatisme), dan kedudukan (jabatan, kekuasaan) menjadi alam pikiran dan praktik hidup yang meluas dengan menabrak nilai-nilai moral agama maupun keadaban budaya.

Karena itu, lanjut Haedar lagi, di tengah kebanyakan manusia yang rakus mengejar gemerlap serba duniawi yang tidak ada ujungnya itu, harus tampil orang-orang dengan kalbu, ilmu, dan akal pikirannya yang jernih untuk menyadarkan orientasi hidup masyarakat pada nilai-nilai etik yang utama. “Dengan nilai keutamaan itu, orang-orang yang berilmu dan bermoral harus menjadi pelaku pencerahan untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan kepada cahaya. Kelompok manusia yang tercerahkan dan mencerahkan seperti inilah yang nantinya akan lebih memilih hidup terhormat, daripada sukses tapi hina dan menghinakan diri,” pungkasnya.

UMY Kembali Wisuda 610 Mahasiswanya

$
0
0

IMG_0353

Kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta kembali dipadati oleh para wisudawan dan wisudawati, yang akan menghadiri rangkaian acara Upacara Wisuda Program Vokasi, Sarjana, dan Pascasarjana periode II Tahun akademik 2014/2015 pada hari Sabtu (14/02) di Sportorium UMY. Pada periode ini ada UMY telah mewisuda sebanyak 610 wisudawan, yang terdiri dari Program Vokasi sebanyak 8 wisudawan, Program Sarjana sebanyak 524 wisudawan, dan Program Pascasarjana sebanyak 78 wisudawan.

Dalam sambutannya, Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto MA, tidak hanya memberikan selamat dan pesan kepada para wisudawannya. Ia juga menjelaskan pada wisudawan serta orang tua/wali wisudawan tentang prestasi-prestasi UMY yang telah diraih, termasuk pula beberapa prestasi yang baru diraih.

Sejak berdirinya UMY sampai hari ini, menurut Prof. Bambang, UMY selalu menuai hasil yang sangat membanggakan, baik di bidang akademik maupun non akademik. Pada awal tahun saja UMY sudah mendapatkan 3 penghargaan internasional. “Saya sangat bangga dengan mahasiswa dan mahasiswi UMY karena selama menempuh pendidikan di UMY banyak menuai prestasi, seperti mahasiswa Fakultas Teknik yang berhasil menjuarai competition design tingkat ASEAN, mahasiswa Fakultas Hukum yang berhasil mewakili Indonesia ke Nebraska, dan warung prancis UMY yang mendapatkan peringkat terbaik se-indonesia, itu sebuah pengahargaan yang sangat membanggakan, “ tuturnya.

Prof. Bambang juga memberikan selamat bagi para wisudawan dan wisudawati, dan dirinya juga berharap agar para wisudawan dan wisudawati tidak berhenti untuk terus berjuang maju, terus belajar, dan berusaha menjadi orang yang berguna bagi bangsa serta yang tidak kalah penting adalah bisa membawa nama baik almamater UMY baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Sementara itu ucapan berbangga hati juga diucapkan oleh Lucitania Rizky, S.IP, yang merupakan mahasiswa dari Hubungan Internasional (HI) sebagai Wisudawan Terbaik S.1. Ia mengaku bangga telah memilih UMY menempuh pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. “Karena di UMY saya merasakan bagaimana saya mendapatkan ilmu bukan hanya dari sisi akademis saja tetapi juga dari sisi agama,” ungkapnya.

Luci juga mengatakan, bukan hal yang mudah untuk mendapatkan gelar sarjana. Sebab banyak hal-hal yang perlu mereka perjuangkan untuk meraihnya. “Kita perlu mengucapkan syukur atas apa yang sudah kita dapat hari ini. Kita juga seharusnya bersyukur karena kita dapat melalui fase kehidupan untuk mendapatkan gelar sarjana. Gelar sarjana ini merupakan langkah besar kita sebagai intelektual muda untuk terus maju, “ ujarnya.

Luci juga berpesan jangan sampai para wisudawan memiliki pribadi yang menyerah dari kenyataan. Karena mereka akan menghadapi hal-hal yang baru di mana dunia semakin komperatif, dan mau tidak mau mereka harus melalui itu semua. “Bukan hanya itu saja kita juga dituntut untuk mampu terus bersaing dengan banyak orang yang sebelumnya tidak pernah kita tahu. Untuk itu kita harus menjauhkan diri dari pribadi yang pesimis,” imbuhnya.

Dalam periode ini ada empat mahasiswa yang mendapatkan pengahargaan, antara lain yaitu Lucitania Rizky, S. IP sebagai Wisudawan Terbaik S.1 dengan IPK 3.99, Dhety Chusumastuti, M.M sebagai Wisudawan Terbaik S.2 dengan IPK 3.91, Syahrial Shaddiq, S.T sebagai Wisudawan Tercepat yang berhasil menempuh pendidikan di UMY selama 3 tahun, 1 bulan, 5 hari dengan IPK 3,89, dan Astri Yansrika, S.E sebagai Wisudawan Termuda yang saat ini masih berumur 19 tahun, 5 bulan, 29 hari dengan IPK 3,92.

Kesetaraan Gender Harus Jadi Fokus Kebijakan dan Program ASEAN Community

$
0
0

IMG_0420

Kesetaraan gender harus menjadi fokus dan bagian penting dalam kebijakan dan program ASEAN Community. Tujuan dari adanya kesetaraan gender pun harus difokuskan pada tiga pilar program ASEAN Community, yakni ASEAN Economic Community, ASEAN Political Community dan ASEAN Sosio-Cultural Community. Hal ini dikarenakan, kesetaraan gender dapat menjadi kunci dan central penting dari ketiga pilar ASEAN Community tersebut.

Demikian disampaikan Profesor Rashidah Shuib, Ph.D, peneliti dari Centre for Research on Women and Gender (KANITA), Universiti Sains Malaysia. Hal ini disampaikannya saat menjadi Keynote Speech dalam acara International Joint Seminar 2015 “Rethinking Gender in The Making of ASEAN Good Governance”, yang diselenggarakan oleh Magister Ilmu Pemerintahan dan Prodi Imu Pemerintahan FISIPOL Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerjasama dengan Pusat Penyelidikan Pembangunan Wanita (KANITA), Universiti Sains Malaysia (USM). Seminar Internasional ini dilaksanakan di ruang sidang AR. Fachruddin A lantai 5 kampus terpadu UMY, Senin (16/2).

Menurut Prof. Rashidah, masalah kesetaraan gender masih menjadi isu penting dalam setiap masa. Akan tetapi, dalam hal kebijakan politik, masalah gender khususnya bagi kaum perempuan, mereka masih dipandang sebelah mata. “Padahal, tidak semua perempuan hanya bekerja di ranah domestik saja. Hal ini bisa terjadi karena masih adanya budaya patriarki di negara kita, yang cenderung lebih mengutamakan laki-laki untuk bekerja di luar ranah domestik,” ungkapnya.

Prof. Rashidah juga mengatakan, dalam hal ekonomi, politik dan sosial-budaya, laki-laki dan perempuan sebenarnya memiliki hak yang sama untuk memperoleh keadilan dan manfaat dari ketiga bidang tersebut. Keduanya pun berhak melakukan pekerjaan dalam ketiga bidang itu, terlebih lagi dengan adanya ASEAN Economic Community (AEC) yang sifatnya bukan lagi privasi. “Dalam AEC itu semuanya bebas. Karena AEC itu bersifat bebas. Jadi setiap orang, entah itu laki-laki maupun perempuan bebas melakukan pekerjaan dan mendapat pelayanan yang baik dari orang lain maupun dari negara lain,” ujarnya.

Karena itu, menurut Prof. Rashidah, menjadi hal yang sangat penting bagi semua pihak untuk melakukan kesetaraan dan pengarusutamaan gender, sebagai praktik standar dalam kebijakan dan program ASEAN di tiga pilar, ekonomi, politik dan sosial-budaya. “Namun, sebelum kita membuat kesetaraan dan pengarusutamaan gender di tingkat ASEAN secara efektif sebagai strategi tiga pilar ASEAN Community, terlebih dahulu kita juga perlu memahami dengan jelas seperti apa konsep kesetaraan gender itu sendiri. Dan bagaimana pengarusutamaan gender bisa menjadi strategi yang dapat diterapkan dalam pekerjaan kita,” jelasnya.

Hal senada pun disampaikan Dr. Rahmawati Husein, selaku Keynote Speech kedua dalam seminar internasional ini. Menurutnya, kesadaraan mengenai kesetaraan gender juga sangat penting ditumbuhkan dalam semua aspek pemerintahan, khususnya dalam hal penanggulangan bencana. Hal ini karena antara laki-laki dan perempuan mempunyai pengalaman yang berbeda baik sebelum, selama atau sesudah terjadinya bencana.

Dengan kata lain, menurut Rahmawati, perempuan juga sangat dibutuhkan untuk melakukan penanggulangan bencana. Selain karena perempuan menjadi pihak yang paling terpengaruh oleh bencana, baik yang disebabkan oleh manusia maupun alam, perempuan juga memiliki peran-peran tertentu yang dapat membantu korban dalam bencana tersebut. “Perempuan merupakan sumber daya manusia yang berharga untuk melakukan kegiatan di semua tahapan penanggulangan bencana, baik itu berupa bantuan dan respon , pemulihan serta kesiapsiagaan dan mitigasi,” tuturnya.​

Dalam seminar ini juga dilakukan penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA) mengenai kerjasama akademik antara UMY dan USM dan Launching Buku MIP UMY. Penandatanganan MoA ini dilakukan oleh Raktor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA; Direktur Pascasarjana UMY, Dr. Achmad Nurmandi, M.Sc; Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIPOL) UMY, Dr. Ali Muhammad; Direktur Kanita USM, Associate Professor Dr. Noraida Endut, dan Ketua Prodi Magister Ilmu Pemerintahan (MIP) Pascasarjana UMY, Dr. Dyah Mutiarin.


Hasil Seleksi Calon Mahasiswa Baru UMY Jalur PMDK, PSB & PBUP Tahap 1 TA. 2015/2016

Indonesia Harus Tetap Konsisten Lanjutkan Hukuman Mati ​

$
0
0

IMG_0451

Indonesia harus tetap konsisten menjalankan hukuman mati yang telah dijatuhkan pada dua tersangka pengedar narkoba kelas kakap, Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, warga negara Australia. Walaupun berbagai protes dan ancaman dilancarkan negeri Kanguru ini pada Indonesia yang tidak menyetujui adanya hukuman mati tersebut. Akan tetapi, Indonesia merupakan negara hukum dan berdaulat, karena itu sudah sepantasnya Australia menghormati kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia.

Demikian disampaikan pakar hubungan internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ali Muhammad, S.IP., MA., Ph.D, saat ditemui pada Selasa (17/2), di ruang dekanat Fakultas Ilmu Sosial Politik (FISIPOL) kampus terpadu UMY. Menurutnya, pemerintah Indonesia tidak perlu risau dengan adanya ancaman dari Australia. Sebab dalam kasus ini pemerintah Indonesia murni menghadapi kasus tindak kriminal.

“Masalah narkoba di Indonesia ini sudah sangat serius. Jutaan orang bisa meninggal karena narkoba. Kalau kita lihat dari survei United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC), saat ini sudah ada 3 hingga 4 juta orang meninggal di Indonesia karena narkoba. Karena itu kenapa sekarang di Indonesia dikatakan sebagai negara darurat narkoba,” ujarnya.

Ali juga mengatakan jika kejahatan narkoba itu jauh lebih berbahaya dari kejahatan teroris. Sebab akibat yang dirasakan karena teroris akan terasa hanya dalam satu waktu saja, sementara akibat dari kejatahan narkoba bisa menghilangkan satu generasi. “Kalau teroris mungkin hanya bisa membunuh paling banyak ratusan orang. Tapi kalau narkoba bisa mencapai jumlah jutaan orang. Kita lihat saja bagaimana akibat narkoba ini menghancurkan satu generasi, dari mulai merusak otak, kepribadian, menghancurkan masa depan, hingga membunuh pengguna atau orang lain,” paparnya.

Itulah mengapa, lanjut dekan FISIPOL UMY ini lagi, kasus hukuman mati terhadap pengedar atau gembong narkoba ini termasuk dalam tindak pidana kriminal. Karena ia bukan lagi menghilangkan satu nyawa manusia, tapi hingga jutaan manusia. “Indonesia tidak perlu khawatir dengan ancaman Australia, seperti akan memboikot pariwisata Indonesia. Sebab hal ini menurut saya sangat berbeda. Warga Australia yang tidak terlibat pun saya yakin tidak akan mengalami hal sama seperti dua warga negara itu, karena ini murni masalah kriminal.”

Ali pun menyinggung para aktivis pendukung Hak Asasi Manusia (HAM) yang juga tidak menyetujui adanya hukuman mati terhadap pengedar narkoba. Sebab menurut mereka hidup matinya seseorang bukan orang lain yang menentukan. Akan tetapi, menurut Ali, para aktivis HAM itu juga perlu melihat dampak buruk yang diakibatkan oleh para pengedar tersebut. “Jangan hanya melihat hak hidup tersangka pengedar, tapi lihat juga hak hidup korban yang telah terbunuh karena narkoba hingga jutaan orang. Berapa banyak hak hidup korban yang telah diambil oleh pengedar itu, sementara dirinya sendiri (pengedar) sehat dan tidak menggunakan narkoba. Pengedar itu pembunuh berdarah dingin yang hanya peduli dengan uang. Dan inilah yang tidak pernah dipikirkan oleh mereka. Jadi kalau tersangka pengedar narkoba itu dihukum mati, ya wajar. Karena dia sebenarnya juga pelanggar HAM,” tegasnya.

Dosen Hubungan Internasional UMY ini pun optimis, jika pemerintah Indonesia akan tetap menjalankan keputusan hukuman mati tersebut. Di sisi lain, ia juga optimis bahwa hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Australia masih akan tetap berjalan dengan baik. “Apa yang sudah diputuskan oleh pemerintah Indonesia ini adalah penegakan hukum murni. Jadi, negara lain maupun PBB sekalipun harus menghormati penegakan hukum di negeri ini. Hukuman mati pada pengedar ini juga harus tetap dilanjutkan ke depannya, sebagai efek jera bagi mereka. Kalau Indonesia bisa tegas dalam masalah ini, saya percaya Indonesia akan ditakuti oleh para pengedar narkoba,” pungkasnya​.

BG Bisa Ditetapkan Sebagai Tersangka Kembali  

$
0
0
Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum UMY, yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum UMY

Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum UMY, yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Hukum UMY

Semenjak Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Sarpin Rizaldi membacakan putusan yang diajukan oleh Budi Gunawan pada Senin 16 Februari lalu, yang mengabulkan permohonan BG dan menyatakan tidak sahnya penetapan tersangka terhadapnya. Menurut Dosen Hukum Pidana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Dr. Trisno Raharjo, SH., M.Hum menyatakan bahwa walaupun pengadilan mengabulkan permohonan BG dan menyatakan tidak sah penetapan tersangka terhadap BG, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tetap bisa menetapkan kembali BG dengan penambahan alat bukti baru.

“Hakim menyatakan tidak sah Surat Perintah Penyidikannya (Sprindik), berarti sprindik itu tidak lagi berlaku terhadap status tersangka BG. Tetapi saya katakan bahwa dengan tidak jadinya tersangka bukan berarti tidak mungkin dia jadi tersangka kembali, ada peluang dia kembali menjadi tersangka jika kemudian bukti itu disusun kembali oleh KPK dan mengarah kepada kasus BG. Hilangnya penetapan tersangka dari sidang Praperadilan tidak berarti jika suatu waktu BG tidak bisa jadi tersangka kembali. Potensi kembali jadi tersangka itu ada jika KPK menambah dengan alat bukti lain untuk mendukung alat bukti yang telah dilemahkan di pengadilan,” ujar dosen Hukum Pidana UMY ini.

Trisno mengatakan, bahwa status tersangka BG kekuatan hukumnya hanya Sprindik yang dikeluarkan oleh KPK saja. “Jika KPK punya keyakinan bahwa bukti-bukti lain itu ada, dan lebih banyak dan kemudian bisa di olah ulang. Maka kemungkinan tersangkanya bisa ditetapkan kembali, akan tetapi hal ini juga merupakan wewenang KPK, apakah KPK akan menetapkan kembali BG atau tidak,” jelas Trisno.

Kemudian, Trisno menjelaskan, bahwa kalau presiden akan melatik BG sebagai KAPOLRI, maka sepenuhnya ini merupakan pilihan presiden, apakah presiden akan melihat peluang BG yang memungkinkan untuk menjadi tersangka kembali, atau presiden tetap melantik BG tanpa menghiraukan peluang-peluang hukum yang mungkin muncul terhadap BG dengan statusnya sebagai KAPOLRI.

Trisno menambahkan, BG juga mempunyai hak kembali untuk mengajukan praperadilan kalau dirinya ditetapkan kembali menjadi tersangka. “Jika kemudian BG kembali menjadi tersangka, BG tetap memiliki hak untuk mengajukan Praperadilan kembali. Tetapi jika hal tersebut disetujui oleh hakim, hakimnya kan belum tentu hakim yang sama, bisa saja hal itu tidak disetujui oleh hakim, dan bisa pula disetujui. Ini sepenuhnya wewenang pengadilan untuk menguji permohonan yang diajukan. Maka kasus seperti ini bisa-bisa berputar disitu saja,” jelasnya.

Selain itu, menanggapi wacana untuk melakukan Peninjauan Kembali (PK), Trisno menjelaskan hal tersebut secara normatif tidak dapat dilakukan, tapi menurutnya upaya hukum itu boleh saja. “Sebenarnya tidak ada ruang PK, ini pendapat saya. Tetapi yang namanya hukum itu boleh saja kalau mau dicoba, sama dengan BG ini. Inikan dia mencoba, tapi yang akan menderita sistemnya. Sistem hukum ini menjadi tidak jelas, apakah suatu perkara ini bisa diuji, karena peninjauan kembali itu tidak dimaksudkan untuk perkara praperadilan, praperadilan itu berbicara suatu yang sederhana, berbicara tentang sah tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan, penghentian penuntutan. Ini diuji tidak untuk bertingkat-tingkat, ini cukup satu kali, kita harus menerima apapun putusannya,” imbuhnya.

Di sisi lain, Trisno melihat hal yang dilakukan oleh pihak BG ada manfaatnya untuk perkembangan hukum Indonesia. H​al tersebut berpeluang bagi setiap orang yang menjadi tersangka boleh mengajukan praperadilan untuk menguji penetapan tersangka terhadap dirinya sebagai calon tersangka. Akan tetapi menurutnya ini nantinya menjadi persoalan hakim yang bisa konsisten atau tidak terhadap hal tersebut, apakah hakim mau karena yang mengajukan seorang BG atau hal ini bisa berlaku untuk semua orang, sehingga hal seperti ini mempertaruhkan sistem hukum dan kredibilitas hakim. (Shidqi)

 

 

 

Jelang Milad ke-34, UMY Siap Hadapi MEA 2015

$
0
0
Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. selaku penanggung jawab acara Milad UMY ke-34, saat memberikan keterangan kepada Jurnalis BHP UMY

Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. selaku penanggung jawab acara Milad UMY ke-34, saat memberikan keterangan kepada Jurnalis BHP UMY


Akhir tahun 2015 akan diresmikan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan meramaikan pasar di ASEAN dan bisa menjadi tolak ukur bagi perekonomian di Indonesia. Demi menyambut MEA 2015, seluruh masyarakat Indonesia termasuk mahasiswa dan semua sivitas akademika di Indonesia harus terus meningkatkan keterampilan dan mempersiapkan dirinya agar mampu bersaing dengan negara lain demi meningkatkan perekonomian Indonesia di mata ASEAN.

Hal inilah yang sedang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk bisa mempersiapkan diri mengahadapi MEA. Untuk membuka jalan tersebut maka, di Milad UMY ke 34 ini, UMY pun mengusung tema “Dengan Mutu Sumber Daya Manusia yang Tinggi, UMY Siap Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015”. “Alhamdulillah tema ini sudah disetujui oleh forum. Tema ini diambil agar UMY bisa lebih siap mengahadapi MEA nantinya. Bukan hanya itu saja ini juga bisa menjadi sebuah pembelajaran bagi kami untuk bisa mengahadapi MEA, “ tutur Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. selaku penanggung jawab acara Milad UMY ke-34.

Nano menjelaskan, bahwa secara umum tema yang diangkat hampir sama dengan tema Milad ke-33 tahun lalu, hanya saja yang membedakan di sini adalah penekanannya lebih pada peningkatan kualitas SDM serta MEA. “Perlu kita ketahui bahwa MEA menjadi suatu hal yang baru di Negara ASEAN. Jadi ketika MEA sudah terselenggara dan dipukul gongnya pada Desember 2015 nanti, maka negara-negara yang bertanda tangan dan masuk dalam organisasi tersebut harus menghadapi beberapa kebebasan dalam perekonomian di Indonesia,” jelasnya.

Nano juga memaparkan bahwa ada 5 hal kebebebasan yang harus diikuti oleh negara-negara yang masuk dalam MEA. “Ketika Indonesia sudah masuk ke MEA ada 5 hal kebebasan atau liberalisasi yakni bebas keluar masuk barang, bebas dalam berbahasa, bebas dalam menanam modal, bebas dalam berinvestigasi, dan bebas dalam bidang ketenagakerjaan yang terdidik dan terampil. Untuk bidang ketenagakerjaan, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) belum termasuk. Intinya adalah bahwa hanya lulusan sarjana dengan skill bagus yang bisa bebas keluar masuk negara ASEAN tanpa hambatan, “ paparnya.

Bukan hanya itu saja, lanjut Nano, masyarakat Indonesia juga akan memperoleh manfaat tanpa hambatan, misalnya ketika ada pengiriman barang subsidi tidak perlu memakai kuota lagi. “Artinya, ketika kita akan impor sapi maksimal dalam setahun ada sekian sapi. Jika dalam bidang investasi, kita tidak usah lagi join dengan perusahaan lain yang ada di Indonesia, jadi kita bebas berinvestigasi di negara manapun tanpa harus join terlebih dahulu, “ paparnya.

Namun menurut Nano, ada beberapa hal yang perlu disiapkan untuk menghadapi MEA, karena jika masyarakat Indonesia tidak siap, tentu ini akan menjadi sebuah bencana bagi Indonesia sendiri. “Untuk MEA, tentu Indonesia harus menyiapkan SDM yang bagus pula. Jika tidak, kita akan menjadi penonton di negeri sendiri, Indonesia akan diserbu oleh barang-barang impor, jasa pendidikan, jasa kesehatan dari negara lain. Tentu, hal ini tidak boleh terjadi di Indonesia, untuk itu kita menyiapkan SDM yang memiliki daya saing tinggi dan mempersiapkan diri untuk bisa bersaing dengan negara lain, “ terangnya.

Untuk itu, imbuh Nano lagi, masyarakat Indonesia perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi MEA, dan untuk memepersiapkannya tentu tak lepas dari peran universitas dalam meningkatkan SDM sebab saat ini batas-batas negara sudah terlihat semu. “Saya berharap kita bisa punya motivasi yang tinggi bahwa kita tidak hidup sendiri. Kita harus hidup dengan negara lain yang bebas melakukan transaksi keluar masuk, baik dalam bentuk barang atau jasa, dan investasi. Batas-batas negara juga sudah tidak ada. Jika kita hanya berdiam diri, daya saing kita lemah, pendidikan rendah, itu artinya kita ini sedang dijajah, “ tegasnya.

Setidaknya, lanjut Nano dengan Indonesia masuk dalam daftar MEA, Indonesia dapat memperoleh manfaat, misalnya bisa melakukan ekspansi barang ke negara lain, bahkan dalam sektor pendidikan pun bisa dilakukan. “Jadi, mahasiswa perlu motivasi dan usaha yang tinggi, karena kita bukan hanya berhadapan dengan yang ada di Bantul, Yogja, dan Indonesia saja. Tapi, mulai sekarang kita sudah berhadapan langsung dengan negara lain, “ pesannya.

Adapun pelaksanaan Milad UMY ke-34 ini akan dibuka dengan Malam Tasyakuran yang akan dilaksanakan pada Sabtu, 28 Februari 2015 dan diakhiri dengan acara Family Day dan Sepeda Santai yang akan dilaksanakan pada Minggu, 12 April 2015. Bukan hanya itu saja dalam Milad ini juga ada Laporan Tahunan Rektor dan Pidato Milad, konferensi Internasional yaitu International Conference on Accounting and Finance (ICAF), International Conference on Management Science, dan International Conference on Islamic Economics dan Financial Inclusion (ICIEFI), Seminar Nasional, Pameran Kewirausahaan, Lomba non akademik dan akademik, serta Bakti Sosial. (Icha)

Fadli Zon: Pembangunan Ekonomi Harus Didukung Dengan Stabilitas Politik

$
0
0
Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, SS., M.Sc dan Prof. H. M. Dawam Rahardjo saat menjadi pembicara dalam acara bedah buku Ekonomi Politik Pembangunan di Gedung AR. Fachruddin B lt 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, SS., M.Sc dan Prof. H. M. Dawam Rahardjo saat menjadi pembicara dalam acara bedah buku Ekonomi Politik Pembangunan di Gedung AR. Fachruddin B lt 5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ekonomi dan politik merupakan ilmu yang tidak bisa dipisahkan dalam penerapannya, ekonomi tidak bisa berjalan sendiri tanpa adanya dukungan kebijakan politik. Pembangunan ekonomi Indonesia harus didukung dengan stabilitas politik di Indonesia, jika politik sedang tidak stabil maka dapat dipastikan kebijakan pembangunan ekonomi kerakyatan akan sulit untuk direalisasikan.

Hal tersebut di ungkapan oleh wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) Fadli Zon, S.S., M.Sc saat menyampaikan materi dalam diskusi dan bedah Buku Nasional “Ekonomi Politik Pembangunan”, yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIE) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), bertempat di Ruang Sidang AR. Fachruddin B lantai 5 UMY, Sabtu (21/02).

“Untuk mewujudkan ekonomi yang maju harus menjadi pemain politik, harus berkuasa agar pembangunan ekonomi bisa berjalan. Jika ada orang yang mengatakan ekonomi hanya ekonomi saja, tanpa ada campur tangan politik, maka dapat dipastikan orang yang mengatakan itu tersesat” ujarnya.

Fadli berpendapat, bahwa posisi menteri-menteri dalam kabinet pemerintahan saat ini tidak ada orang yang sangat pintar dalam bidangnya, menurutnya masih banyak orang-orang yang lebih ahli di bidangnya yang seharusnya bisa menduduki posisi strategis tersebut.

“Nah kalau kabinet-kabinet sekarang dan belakangan ini, menurut saya tidak ada orang-orang yang sangat brilian, di atas itu masih banyak orang yang lebih brilian yang ahli dibidangnya. Makanya komentar saya ketika seratus hari pemerintahan ini, saya bilang, kita ini seperti nonton sirkus, kita terhibur dengan program-programnya, tapi sebetulnya di belakang itu tidak ada apa-apa,” imbuh lulusan London School of Economic (LSE) ini.

Menurutnya, pemerintahan Orde Baru berhasil membangun ekonomi Indonesia, walaupun pada saat itu harus mengorbankan demokrasi, dirinya menganggap rezim pemerintahan Soeharto berhasil memajukan perekonomian Indonesia. “Pak Harto itu orang yang mau mendengar, dia orang yang biasa tapi dia adalah orang yang mau mendengar dari orang-orang pinter, kalau kita lihat para menteri jaman Pak Harto itu menterinya kebanyakan professor-profesor, sehingga keberhasilan ekonominya terukur” jelasnya.

Senada dengan Fadli, Penulis Buku Ekonomi Politik Pembangunan Prof. H. M. Dawam Rahardjo, menjelaskan kunci dari pembangunan itu adalah stabilitas politik, pemerintah tidak boleh ada keraguan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan, menurutnya semua pihak penyelenggara negara harus kompak dalam menjalankan tugas politik. “Semua pihak harus kompak menjalankan tugas politiknya, dengan begini pembangunan ekonomi kerakyatan bisa dilaksanakan, makanya zaman Pak Harto itu pembangunannya berhasil karena semuanya sejalan dengan Soeharto,” ungkapnya.

Dawam menambahkan, menurut dirinya pemerintah saat ini penuh dengan keragu-raguan, sehingga pemerintah sulit untuk menjalankan pembangunan ekonomi yang direncanakan. “Jokowi itu saat ini penuh dengan keragu-raguan, maka saya katakan akan sulit untuk menjalankan pembangunan ekonomi yang direncanakan, menarik sekali saat saya baca tulisan Yudi Latif bahwa Jokowi itu tidak berani sama Megawati. Makanya dia ragu-ragu mengambil keputusan, seperti kasus KPK-POLRI saat ini” jelasnya. (Shidqi)

Viewing all 3507 articles
Browse latest View live