Quantcast
Channel: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Viewing all 3507 articles
Browse latest View live

Pemilu Serentak Nasional dan Lokal Jadi Model Ideal Pemilu Indonesia

$
0
0

IMG_0523

Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai Pemilu Serentak 2019 dinilai belum memberikan format atau desain yang jelas. Bagaimana bentuk pemilu serentak yang dimaksud dan kebutuhan atas perubahan peraturan perundang-undangan apa saja yang segera perlu dipersiapkan. Karena itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Electoral Research Institute (ERI) atau Institut Riset Kepemiluan, menyarankan agar Pemilu Serentak 2019 didesain dengan model pemilu serentak nasional dan provinsi.

Model pemilu serentak tingkat nasional yang kemudian diikuti oleh pemilu lokal serentak pada tingkatan provinsi ini, dinilai dapat menjadi model yang paling ideal dan paling mungkin dilaksanakan di Indonesia untuk waktu ke depan. Prof (Ris). Dr. Ikrar Nusa Bhakti, Guru Besar Riset di Pusat Penelitian Politik LIPI, menjelaskan bahwa yang dimaksud pemilu serentak nasional dan provisi itu, pada tingkatan nasional, presiden, DPR, dan DPD dipilih secara serentak. Kemudian dilanjutkan dengan pemilu serentak regional dan lokal pada tingkatan provinsi untuk memilih kepala dan wakil kepada daerah, dan anggota DPRD. “Dalam arti lain, pemilu nasional serentak terpisah dari pemilu lokal yang juga serentak,” jelasnya saat menjadi narasumber utama dalam Kuliah Umum Prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang bertajuk “Desain Pemilu Serentak 2019″, di Ruang Sidang Fakultas Hukum Kampus Terpadu UMY, Senin (23/2).

Prof. Ikrar memaparkan, penyatuan pemilu anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) dengan pemilu kepala daerah akan mendorong partai politik untuk bersungguh-sungguh melakukan kerjasama dalam memenangkan pemilu. Sebab kader-kader parpol yang menjadi calon anggota DPRD harus melakukan kampanye secara bersama-sama melalui parpolnya. “Situasi seperti ini tentunya akan memaksa parpol tidak hanya harus solid bekerja pada saat pemilu, melainkan juga pascapemilu. Hal ini dikarenakan, jika parpol atau kepala daerah yang perfomance-nya buruk, akan dihukum pemilih dalam pemilu nasional,” paparnya.

Sementara itu, lanjut Prof. Ikrar lagi, jika waktu penyelenggaraan pemilu presiden dibarengkan dengan pemilu DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), makan akan memengaruhi pilihan anggota legislatif. Artinya, kemenangan presiden terpilih akan diikuti oleh kemenangan koalisi parpol yang mencalonkannya. “Dengan demikian, pemerintahan yang terbentuk akan lebih efektif dalam bekerja. Karena ia mendapat dukungan penuh dari legislatif, sehingga fenomena negara terbelah (devided state) dapat dikurangi. Hal ini juga dapat mengurangi terjadinya fenomena unik dan aneh yang hanya terjadi di Indonesia ini, seperti kejadian partai pemerintah yang tidak mendukung kebijakan pemerintahnya sendiri,” imbuhnya.

Hal terpenting lagi, koalisi partai politik yang mendukung pasangan calon presiden terpilih akan cenderung mempertahankan koalisinya untuk berlaga dalam pemilu daerah. “Akibatnya, jika kinerja pemerintahan nasional bagus, maka pemerintahan daerah akan dipimpin oleh pasangan calon yang didukung oleh koalisi partai politik yang menguasai pemerintahan nasional. Dengan begitu pula, kebijakan pemerintah nasional bisa berjalan di tingkat daerah. Garis hirarki dan koordinasi pemerintahan juga akan berjalan mulus,” tuturnya.

Selain itu, menurut Prof. Ikrar, penyelenggaraan pemilu serentak melalui pemisahan pemilu lokal dan nasional, dapat memberikan jeda waktu bagi penyelenggara pemilu untuk melakukan tugasnya. Pemberian jeda waktu tersebut dengan sendirinya akan mengurangi beban dan volume pekerjaan penyelenggara pemilu. “Sementara di sisi pemilih, pemisahan pemilu lokal dan nasional akan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mencari infromasi sebanyak mungkin atas kandidat partai yang akan dipilihnya. Dengan begitu, mereka akan lebih bersikap rasional dalam memilih,” ujarnya.

Pengamat bidang politik domestik ini juga menyebutkan, pemilu serentak tersebut juga penting untuk mengurangi praktik atau citarasa parlementer, meminimalkan “Presiden Minoritas”, membuat basis legitimasi Presiden seirama dengan dukungan politik di DPR-RI, dan mengurangi politik dagang sapi (horse trading politics) antara Presiden dan DPR. “Keuntungannya, efektivitas pemerintah akan meningkat karena terjadi efek ekor jas (coat-tail effects) antara tingkat keterpilihan kandidat presiden dan keterpilihan anggota DPR dari partai atau gabungan partai pendukung. Kemudian, koalisi partai politik akan terbentuk sebelum pemilu atas dasar kesamaan ideologi, visi dan platform yang sama; pemisahan pemilu nasional serentak dan pemilu lokal serentak akan berdampak positif pada pembangunan politik di tingkat lokal; menyederhanakan jumlah parpol; membangun koalisi politik yang permanen; mengurangi politik transaksional; kualitas politik nasional dan lokal makin baik; serta yang tak kalah pentingnya bisa meningkatkan partisipasi politik rakyat,” jelasnya.

Karena itulah, ia mengharapkan agar seluruh pemangku kepentingan, baik itu pemerintah, DPR, DPD dan penyelenggara pemilu untuk memiliki pengertian yang sama mengenai pemilu nasional serentak. Dirinya juga berharap akan ada UU pemilu serentak yang dibuat. “Pertama UU Pemilu Serentak Nasional dan perubahan atas UU Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) menjadi Pemilu Lokal Serentak pada tingkatan provinsi. UU Pemilu Serentak ini setidaknya harus sudah selesai pada awal 2016,” pungkasnya.


Guru BK Se-Kabupaten Sidoarjo Adakan Silaturahmi ke UMY

$
0
0

IMG_0562

Kota Sidoarjo yang terletak di Jawa Timur ini merupakan salah satu kota yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Kepedulian ini didukung dengan adanya komunitas Guru Bimbimbingan Konseling (BK) se Kabupaten Sidoarjo. Bentuk kepedulian mereka pun bukan hanya pada pendidikan untuk tingkat sekolah dasar, menengah pertama, atau pun menengah atas, tapi juga pada tingkat pendidikan tinggi. Hal ini pun muncul dari beberapa Guru SMA Negri dan Swasta di Kabuapten Sidoarjo, yang mempunyai keinginan untuk memperluas informasi terkait dengan tentang Perguruan Tinggi di Indonesia kepada siswa dan siswi SMA di Sidoarjo. Mereka melihat bahwa lulusan Perguruan Tinggi Swasta ini juga memiliki peluang besar untuk bisa bersaing dengan Perguruan Tinggi Negri di Indonesia. Apalagi saat ini peminat siswa dan sisiwi untuk mendaftar di Fakultas Kedokteran sangat tinggi.

Untuk membuka jalan tersebut, komunitas Guru BK se Kabupaten Sidoarjo melakukan kunjungan ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada hari Senin (23/2). “Kedatangan kami ke sini adalah ingin mengenal lebih dekat lagi tentang UMY, dan kami merasa senang sudah disambut dengan baik. Seperti yang saya tahu terkait dengan pendaftaran untuk Mahasiswa Baru, kami ingin lebih tau banyak, agar kami bisa memberikan informasi kepada anak didik kami yang ingin melanjutkan pendidikan ke UMY, “ jelas Drs. Witjahyono dari SMAN 1 Sidoarjo.

Untuk memuaskan keingintahuan pada guru BK tersebut, tim Biro Admisi UMY pun menjelaskan secara detail bagaimana siswa-siswi bisa melanjutkan studi ke UMY. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan siswa dan siswi SMA di dalam memilih Perguruan Tinggi. “Pertimbangan yang paling sering dilirik siswa dan siswi SMA adalah akreditasi program studi, namun terkadang siswa dan siswi SMA lupa akan pentingnya akreditasi institusi. Sejak tahun 2012 lalu, sudah ada penilaian terkait dengan akreditasi institusi dan sejak itu sampai saat ini semua Perguruan Tinggi di Jogja sudah terakreditasi semua, namun baru ada 4 Perguruan Tinggi yang terakreditasi A yaitu UGM, UMY, UII, dan UIN Sunan Kalijaga, untuk UNY masih dalam proses akreditasi, “ tutur Mawardi A. Md selaku Kepala Urusan PENMARU UMY.

Mawardi menambahkan bahwa untuk UMY sendiri, Prodi Kedokteran Umum dan Kedokteran Gigi masih menjadi peringkat pertama atau prodi favorit untuk siswa dan siswi SMA. “Ini didukung karena UMY sudah mempunyai Rumah Sakit Akademik (RSA) yang dapat digunakan mahasiswa untuk melakukan praktek selama masa kuliah. Peran RSA ini sangat penting bukan hanya untuk praktek saja tapi juga punya peran penting dalam penentuan akreditasi, “ tambahnya.

Selain Kedokteran Umum dan Kedokteran Gigi, sebetulnya FKIK UMY juga memiliki prodi ilmu keperawatan yang sebenarnya saat ini pun mempunyai peluang tinggi di dunia kerja. “Sistem pembelajaran di Ilmu Keperawatan UMY ini sangat bagus karena dalam menyampaikan materi, selalu menyisipkan nilai-nilai keislaman, misalnya jantung kenapa mengedarkan darah keseluruh tubuh, kita akan melihat dari sisi ilmiah dan melihat hadist yang berkaitan dengan itu. Lulusan Ilmu Keperawatan UMY ini juga bukan hanya menjadi seorang perawat saja tapi juga bisa menjadi peneliti dan pelayan klinik, “ papar Arif Wahu Setyo Budi S. Kep. Ns, selaku dosen Ilmu Keperawatan UMY.

Arif menambahkan bahwa bukan hanya itu saja, FKIK UMY ini juga memiliki program internasional, misalnya student exchange dan seminar internasional. “Untuk sistem pembelajarannya FKIK menggunakan sistem blok jadi tidak ada UAS atau UTS, mahasiswa akan menyelesaikan sistem blok selama 6-7 Minggu, setelah selesai baru mereka akan ujian. Biasanya untuk ujian, mahasiswa akan mempelajari terkait dengan simulasi kasus, jadi mahasiswa dituntut untuk bisa menyelesaikan masalah yang ada pada kondisi pasiennya, “ tambahnya.

Selain FKIK, Fakultas Pendidikan Bahasa (FPB) kini juga semakin dilirik oleh siswa dan siswi SMA. Meskipun masih terbilang baru, namun sudah banyak mahasiswa dan mahasiswinya yang bisa melebarkan sayapnya di kancah internasional. “Awalnya FPB ini muncul karena ada Prodi Pendidikan Bahasa Inggris yang sebelumnya tergabung dalam FISIPOL. Namun, pada akhirnya muncullah Prodi Pendidikan Bahasa Arab kemudian Jepang, dan akhirnya terbentuk FPB, “ terang Dedi Suryadi, S.Pd., M.Pd selaku Wakil Dekan FBP UMY.

Dedi melanjutkan bahwa Prodi Bahasa Jepang sendiri baru berjalan 3 tahun. Prodi Pendidikan Bahasa Jepang pun baru ada di Jogja, sementara Prodi PBJ yang ada di UGM itu sastra bukan pendidikan. “Visi kami adalah ingin menanamkan nilai Islami pada pendidikan bahasa Jepang. Untuk penggunaan sistem pendidikan kami sudah menggunakan sistem KBK jadi mahasiswa tidak diwajibkan untuk UAS dan UTS. Lulusan FPB ini bukan hanya menjadi pendidik saja tetapi juga bisa menjadi peneliti dan penerjemah. Untuk prestasinya selama berjalan 3 tahun ini sudah ada 6 mahasiswa yang sudah kami kirim ke Jepang untuk belajar budaya di Jepang selama 1 bulan, “ lanjutnya.

Kunjungan SMA Muhammadiyah Sukabumi Ke UMY

Khon Kaen University Jajaki Kerjasama Dengan Pascasarjana UMY

$
0
0

IMG_0635

Agenda kerjasama dengan universitas-universitas di dalam maupun luar negeri, mulai digalakkan oleh program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Hal ini juga mengingat peran universitas yang akan ikut menyukseskan agenda ASEAN Economic Community (AEC) pada akhir tahun 2015 nanti. Untuk itulah, program Pascasarjana UMY mulai menjajaki kerjasama dengan Khon Kaen University dalam hal research collaboration atau penelitian bersama.

Direktur Pascasarjana UMY, Dr. Achmad Nurmandi M.Sc mengatakan, kerjasama research collaboration tersebut rencananya akan dimulai pada tahun 2016 mendatang. Penelitian yang dikerjasamakan pun difokuskan pada empat hal yang paling utama. “Yakni mengenai masalah hukum, pemerintahan yang terkait dengan manajemen konflik, pendidikan, dan kesehatan,” ujarnya saat ditemui di sela-sela diskusi antara dosen-dosen UMY dengan Khon Kaen University, Rabu (25/2).

Nurmandi pun mengatakan, bahwa konsep yang dilakukan Khon Kaen University kali ini cukup berbeda dari biasanya. Jika biasanya kunjungan yang dilakukan hanya untuk membahas mengenai masalah dan program akademik antar universitas bersangkutan. Maka pada kunjungannya kali ini, Khon Kaen sekaligus mengutarakan niatnya untuk bisa melakukan kerjasama dengan Pascasarjana UMY. “Mereka yang datang ke sini juga sama-sama dari program pascasarjana. Jadi kerjasama yang akan kami lakukan nantinya juga hanya akan melibatkan dosen dan mahasiswa pascasarjana,” ungkapnya.

Kerjasama tersebut, menurut Nurmandi menjadi hal yang penting dilakukan oleh kedua universitas untuk menciptakan suasana akademik yang lebih baik. Kerjasama research collaboration itu pun diharapkan bisa berlanjut hingga ke joint publication, agar penelitian yang sudah dilakukan oleh Khon Kaen dan UMY bisa terpublikasikan di jurnal ilmiah keduanya. “Kami juga berharap akan ada joint publication. Dengan begitu, hasil penelitian yang sudah kami lakukan tidak hanya dipublikasikan di jurnal masing-masing. Tapi juga bisa dipublikasikan di jurnal kedua universitas. Misalnya, dosen atau mahasiswa pascasarjana UMY melakukan penelitian dan dimuat di jurnal milik pascasarjana Khon Kaen University, atau sebaliknya. Hasil penelitian dari pascasarjana Khon Kaen University juga bisa dimuat di jurnal milik pascasarjana UMY,” jelasnya.

Nurmandi juga berharap, jika ke depan kerjasama antara pascasarjana UMY dengan pascasarjana Khon Kaen University bisa diperluas lagi, seperti melakukan student exchange atau staff exchange. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan mobilitas antara dosen dan mahasiswa dari kedua universitas. “Apalagi menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini. Mahasiswa tidak hanya harus tahu tentang negaranya sendiri, tapi juga tentang negara lain, khususnya negara-negara ASEAN. Selain itu juga agar mereka bisa saling bertukar ilmu tentang negaranya masing-masing. Misalkan saja, jika mahasiswa Thailand belajar bahasa Indonesia ke Indonesia, maka kita juga ingin ada mahasiswa kita yang belajar bahasa Thailand ke Thailand,” paparnya.

Hal senada juga diungkapkan kepala program pascasarjana Khon Kaen University, Prof. Surasakdi Wongratanacheewin, Ph.D. Ia berharap agar kerjasama yang akan terbentuk antara pascasarjana Khon Kaen University dengan pascasarjana UMY bisa berjalan dengan baik dan maksimal. “Selain rencana untuk mengadakan kerjasama research collaboration, nantinya kami juga akan memberikan informasi beasiswa kepada mahasiswa pascasarjana di sini. Kami harap kerjasama ini akan berjalan dengan baik dan maksimal untuk mendukung suasana akademik kampus,” ungkapnya.

Alhamdulilah, Perpustakaan UMY Terakreditasi “A”

$
0
0

imageUsaha pembenahan sistem karyawan dan pelayanan Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berbuah manis. Penilaian yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sejak 21 Mei s/d 20 Desember 2014 menilai Perpustakaan UMY terakreditasi “A”, melalui program penilaian Akreditasi yang baru pertama kalinya di lakukan oleh Perpustakaan Nasional RI. Hal tersebut tercantum dalam Sertifikat Akreditasi Perpustakaan dengan Nomor: 29/1/ee/XII.2014 yang ditanda tangani oleh Kepala Perpustakaan Nasional RI, Dra. HJ. Sri Sularsih, M. Si.

Menurut Kepala Perpustakaan UMY, Laksa HS, persiapan yang pihaknya lakukan agar mencapai standar untuk menjadi perpustakaan terbaik adalah dengan pembenahan dan peningkatan delapan program utama dalam manajemen perpustakaan. Dalam waktu kurang dari setahun pihak Perpustakan UMY telah mempersiapkan diri untuk dinilai oleh tim Akreditasi.

“Yang kita siapkan adalah perbaikan dan peningkatan dalam beberapa bidang, yaitu bidang kerjasama, peningkatan sumber daya manusia (SDM), menambah dan mendata koleksi buku yang kita punya, perbaikan pelayanan, memaksimalkan Sarana dan Prasana yang kita punya,dan pengorganisasian materi perpustakaan. Kita juga terus merawat koleksi perpustakaan agar siap guna, serta yang terpenting adalah profil perpustakaan kita jelas arahnya,” ujarnya.

Laksa HS menambahkan, bahwa yang terpenting bagi perbaikan suatu instansi adalah perubahan sikap SDM untuk bisa berbagi ilmu dengan perpustakaan lain. Dirinya mengatakan saat ini Perpustakaan UMY sering memberikan salinan koleksi kepada perputakaan lain seperti Perpustakaan Universitas Negeri Solo, STIE Cilacap, Universitas Muhammadiyah Magelang, serta membina perpustakaan di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada di Yogyakarta.

“Saya berterimakasih atas kepemimpinan pak Bambang Cipto, yang telah memberikan peluang bagi kami untuk mengembangkan SDM kami, banyak yang aktif diluar, baik untuk sekolah, maupun mengikuti seminar-seminar yang mendukung ilmu pengelolaan perpustakaan. Sehingga oleh karena kesempatan dan dukungan yang diberikan oleh Pak Rektor, saat ini SDM kami mampu mengembangkan Perpustakaan UMY ini sehingga Alhamdulilah Terakreditasi ‘A’,” jelasnya.

Selain UMY, ada 7 Perpustakaan di Yogyakarta yang juga memiliki akreditasi A, diataranya Perpustakaan Universitas Gajah Mada (UGM), Perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII), Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta (UIN Suka Kalijaga Yogyakarta), Universitas Sanata Darma Yogyakarta, STIKES Yogyakarta, SD Muhammadiyah Sapen dan SMP 2 Muhammadiyah Kota Yogyakarta. (Shidqi)

BPH UMY Miliki Pimpinan Baru

$
0
0

penandatanganan serah terima jabatan dari Drs. H. Rosyad Sholeh kepada Ir. HM. Dasron Hamid, M.Sc

Badan Pengelola Harian (BPH) Univers​itas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kini telah memiliki pimpinan baru. Pimpinan BPH yang sebelumnya diamanahkan kepada Drs. H. Rosyad Sholeh, telah digantikan oleh Ir. HM. Dasron Hamid, M.Sc. Dengan demikian selesailah sudah amanah Drs. H. Rosyad Sholeh sebagai pimpinan BPH yang telah menjalani amanahnya selama hampir 10 tahun, sejak tahun 2004. ​

Dalam sambutannya, saat acara Serah Terima Jabatan Ketua BPH, pada Rabu malam (25/2) di Gedung Pascasarjana UMY Kampus Terpadu UMY, Rosyad mengatakan, bukan hal mudah menjadi pimpinan dalam satu unit yang menjadi pusaran utama universitas. Belum lagi waktu yang banyak terkorbankan, menuntut seorang pemimpinnya untuk bisa mewujudkan impian-impian universitasnya. Seorang pimpinan universitas juga harus mampu mengelola universitasnya dengan baik dan melakukan perkembangan pembangunan.

“Saya sangat berterima kasih kepada rekan-rekan semua yang sampai saat ini telah memberikan kepercayaan kepada saya untuk bisa mengelola UMY. Bukan suatu hal yang mudah untuk bisa mengelola UMY. Seperti yang kita lihat sekarang, sejak tahun 2004 sampai saat ini, sudah banyak hal-hal yang berkembang dalam pembangunan di UMY, “ungkapnya.

Rosyad menambahkan bahwa tugas terakhir yang ia kerjaan adalah turut membantu dalam pembangunan Gedung Pasasarjana. “Pembangunan yang sudah berjalan sejak bulan April 2013 hingga saat ini menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi saya untuk bisa mengerjakan tugas ini dengan sebaik mungkin. Sebab bukan hanya saya saja yang terlibat, tapi dalam pembangunan ini juga turut dibantu oleh PT. Mentari Prima Karsa (MPK) yang merupakan badan usaha milik UMY, “ tambahnya.

Selain itu, menurut Rosyad, gedung Pascasarjana tersebut juga menjadi langkah UMY dalam meningkatkan kemajuan di bidang pembangunan. “Kita patut bersyukur dan berbangga diri karena bisa punya gedung semegah ini. Bahkan pembangunan ini juga juga dilakukan oleh PT. MPK yang merupakan badan usaha milik UMY. Dengan begitu, ini menjadi bukti kepada semua orang bahwa kami (UMY) bisa membangun gedung semegah ini. Dan saat ini, tanggung jawab Pak Rektor semakin besar karena sudah adanya gedung baru ini, dan semua sivitas akademika UMY harus bisa menjaga serta memeliharanya sebaik mungkin, “ jelasnya.

Adapun beberapa pembangunan yang sudah dilakukan pada masa kepemimpinan Drs. H. Rosyad Sholeh, antara lain adalah pembangunan Masjid Ahmad Dahlan, pembangunan gedung Sportorium, pembangunan garasi, memperluas area parkir, dan yang terakhir adalah pembangunan gedung Pascasarjana. Pembangunan-pembangunan yang dilakukan tersebut sudah menjadi unit milik UMY.

Sementara itu, pimpinan terpilih, Ir. HM. Dasron Hamid, M.Sc mengatakan, dalam hal pembangunan, hal itu bukanlah mudah untuk dilakukan bagi UMY. Karena tentunya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Bahkan untuk membangun gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang pertama dulu, UMY harus memungut uang gedung sebagai shadaqah jariyah dari para mahasiswanya. “Sejak mendapatkan status dan terdaftar, ini menjadi awal penting bagi UMY hingga bisa mengumpulkan mahasiswa dan sampai akhirnya bisa memungut uang gedung sebagai shadaqah jariyah yang di khususkan untuk membangun gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIPOL), “ terangnya.

Dasron melanjutkan bahwa pembangunan itu terus berlanjut hingga akhirnya gedung Pascasarjana tersebut berdiri. “Pembangunan gedung kembar UMY yang berjalan sejak 17 Agustus 1995 sudah menghabiskan dana 250 Milliyar. Itu nilai rupiah dulu, coba kalau dibandingkan nilai rupiah sekarang mungkin jika ditotal pembangunan UMY ini sudah menghabiskan uang lebih dari 1 trilliyun. Dulu uang 100 juta itu dianggap sangat besar untuk membangun sebuah gedung, untungnya saja dalam pembangunan, banyak pihak-pihak yang turut membantu dan sampai akhirnya kita konsultasikan kepada PT. MPK,” jelasnya.

Karena itu, menurut Dasron, pemeliharaan gedung yang sudah bertahun-tahun berdiri itu perlu menjadi perhatian khusus. Sebab sudah banyak dana yang dikeluarkan untuk mengembangkan UMY dalam bidang pembangunan gedung. “Jangan kita sia-siakan dana yang sangat besar ini. Jika kita sia-siakan dana 1 trilliun itu, tentu kita akan rugi besar. Alhamdulillah dalam pembangunan ini kita tidak punya hutang kalau pun ada sudah dilunasi. Sekarang PR (pekerjaan rumah) kita adalah bagaimana cara kita memelihara gedung yang sangat megah ini, tentu kita perlu mensyukuri karunia Allah SWT yang telah diberikan kepada kita, “ tegasnya.

Dasron pun mengatakan, jika pembangunan UMY akan terus dilanjutkan. Rencana-rencana untuk memperluas pembangunan pun sudah dilakukan. “Kami saat ini sudah mempersiapkan tanah untuk memperluas pembangunan. Rencananya akan ada pembangunan Rumah Sakit Anak dan Ibu, gedung bertingkat (apartemen), dan menyiapkan akses jalan untuk langsung ke Unires, “ tuturnya.

RKTT UMY: Rektor UMY Luncurkan 4 Program Baru

$
0
0
(dari kiri ke kanan) Sekretaris UMY Ir. Nafi Ananda Utama, M.S., Wakil Rektor III UMY Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., MSc.Eng., Ph.D., Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, MA., Wakil Rektor II UMY Dr. Suryo Pratolo, M.Si, Akt, CA, AAP, saat menyampaikan latar belakang 4 Program baru UMY sekaligus me-Launching 4 Program tersebut.

(dari kiri ke kanan) Sekretaris UMY Ir. Nafi Ananda Utama, M.S., Wakil Rektor III UMY Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., MSc.Eng., Ph.D., Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, MA., Wakil Rektor II UMY Dr. Suryo Pratolo, M.Si, Akt, CA, AAP, saat menyampaikan latar belakang 4 Program baru UMY sekaligus me-Launching 4 Program tersebut.

Rapat Kerja Tengah Tahun Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (RKTT-UMY) pada tahun 2015 ini sedikit berbeda. Pasalnya, saat ini selain membahas mengenai Capaian Tengah Tahun Kegiatan dan Anggaran serta Pembahasan Audit Mutu Akademik Internal (AMAI) UMY. Pada kesempatan ini Rektor UMY juga meluncurkan 4 Program baru UMY sekaligus perkenalan bentuk program dan pelaksanaan program.

4 Program tersebut adalah Pogram Daya Saing Internasional, Radio Frequency Identity System (RFID), Sistem Informasi Kepagawaian Online, dan Jaringan Hot Spot Internet Cepat 90 Titik di UMY. Setiap program tersebut rencananya akan disiapkan mulai dari Februari s/d Mei 2015 diharapkan dapat terlaksana secara sempurna. Kegiatan RKTT yang diadakan bertempat di Ruang Sidang AR. Fachruddin A UMY ini, dihadiri oleh seluruh unsur pimpinan, Kepala Biro, dan seluruh kepala atau direktur Unit Kerja UMY, Kamis (26/02).

“Untuk Daya Saing Internasional Kita harus mencontoh Swiss, keyakinan daya saing internasional melalui artikel ilmiah itu sudah dilakukan Swiss sejak sekian puluh tahun yang lalu. Kami harapkan seluruh dosen yang dapat tugas tidak perlu ragu-ragu lagi berangkat keluar Negeri untuk mengikuti program International Research Collaboration keluar Negeri. Nanti kami tunggu oleh-olehnya, bukan oleh-oleh Cokelat maupun Pena, tapi yang kami tunggu adalah artikel anda yang sudah dimuat ke dalam Jurnal Internasional,” ujar Bambang.

Selain Rektor, Wakil Rektor III UMY Sri Atmaja P. Rosyidi, ST., MSc.Eng., Ph.D, menjelaskan, dari Program Daya Saing internasional salah satu yang difokuskan adalah kegiatan Internasional Research Collaboration dari beberapa aspek penunjang Program Daya Saing Internasional. Hal ini diprogramkan karena tuntutan syarat kepangkatan dosen yang semakin meningkat, yaitu saat ini DIKTI telah menetapkan, bahwa untuk menjadi Lektor Kepala maupun Guru Besar harus minimal 1 Artikel telah dipublikasikan pada Jurnal Internasional yang telah terakreditas oleh SCOPUS, sehingga persyaratan ini diharapkan tidak menjadi hambatan bagi karir dosen.

“Staf akan kita kirimkan ke Universitas mitra kita, kita prioritaskan yang sudah masuk kedalam 500 akreditasi Universitas Internasional  oleh Q-Stars. Nantinya kegiatan yang akan dilakukan adalah melakukan penelitian bersama profesor di sana, dan yang akan kita kirimkan adalah dosen yang memiliki penelitian, bukan dosen yang mulai dari nol yang baru menulis jurnal. Sifatnya adalah dimagangkan, dan akan kita biayai selama 3 minggu, setelah itu akan kita tagih hasilnya yang sudah terpublikasi, kalau tidak terpublikasi harus dikembalikan biaya yang telah kita berikan, karena ini tuntutan. Bugetnya maksimal sampai 300 juta,” ungkap Sri Atmaja.

Selain program Daya Saing Internasional, Wakil Rektor II UMY Dr. Suryo Pratolo, M.Si, Akt, CA, AAP menambahkan penjelasan untuk Program RFID system yang menjadi perhatian utama untuk sistem keamanan internal kampus, yang terekam secara elektronik melalui sebuah basis data. Teknologi RFID akan dikembangkan pada sistem parkir elektronik, perhitungan jumlah civitas akademika yang ke kampus, kahadirian dosen, menjamin keamanan lingkungan kampus dan diharapkan dapat dikembangkan pada keamanan setiap pintu masuk ruang-ruang kerja di UMY.

“Jadi nanti semua mahasiswa harus memakai kalung tersebut (kartu RFID-Red) sehingga kita tahu kalau tidak memakai itu bukan mahasiswa kita. Kalau untuk keluar masuk, kalau kartu itu ada di tas dan di dompet juga terdeteksi, sehingga pintu keluar masuk kendaraan akan terbuka secara otomatis, dengan nomor polisi kendaraan muncul pada komputer yang ada di setiap pintu masuk kendaraan. Jika pintu tidak terbuka secara otomatis, maka petugas akan mengecek identitas orang tersebut, nanti kita juga akan buatkan khusus kartu pengunjung tamu, dosen dan karyawan. Saat ini baru selesai hanya kepada mahasiswa,” jelas Suryo.

Kemudian, selanjutnya dalam program Akses Internet Cepat, Sekretaris Universitas Ir. Nafi Ananda Utama, M.S menjelaskan  jaringan internet cepat dengan 90 unit rangkaian jaringat internet, yang terbagi dalam 3 nama hotspot, yaitu “Umy Faculty” untuk dosen, “Umy Student” untuk mahasiswa dan “Umy Guest” untuk tamu yang sedang berkunjung atau beraktifitas sementara di UMY.

“Kami harapkan dengan 90 titik Hot Spot akan mampu mengakomodasi kebutuhan internet cepat untuk seluruh civitas akademika UMY, jika nanti masih kurang maka akan kita tambah, ini penting karena hampir semua sistem kita menggunakan jaringan internet” Imbuh Nafi. (Shidqi)​

Karang Taruna DIY dan MIP UMY Akan Kerjasama Selenggarakan Sekolah Aparatur Pemerintah Desa

$
0
0

Kasihan-20150226-07355Karang Taruna DIY bersama Magister Ilmu Pemerintahan dan Jusuf Kalla School of Government (JKSG) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), berencana akan menyelenggarakan Sekolah Aparatur Pemerintah Desa. Hal ini merupakan respon jangka panjang dari MIP dan JKSG UMY serta Karang Taruna DIY menyusul disahkannya Undang-Undang Desa nomor 6 Tahun 2014.

Dalam diskusi publik yang diselenggarakan oleh MIP UMY pada Kamis (26/2) di Gedung AR. Fachruddin B lantai 5 Kampus Terpadu UMY yang bertajuk “Penerapan UU Desa, antara Peluang dan Tantangan”, ketiganya sepakat akan menyelenggarakan sekolah tersebut untuk membantu masyarakat desa dalam menghadapi UU Desa. Apalagi saat ini di DIY saja ada 393 desa, dan 73 desa diantaranya terletak di bantul. “Jadi harapannya, ada akademisi yang “turun gunung” ikut membantu desa bersama-sama menghadapi UU Desa. Karena dalam undang-undang tersebut, pemerintah memberi kewenangan sepenuhnya kepada desa untuk mengelola wilayahnya dengan baik,” ujar Didik Joko Nugroho, Sekjen Karang Taruna DIY.

Di samping itu, besarnya kewenangan desa yang timbul akibat ditetapkannya UU Desa tersebut, di sisi lain menimbulkan kekhawatiran publik yang berakibat pada persoalan hukum dan persoalan-persoalan lainnya. Untuk itulah menurut Didik, masyarakat desa perlu diberikan pelatihan dan pendampingan dalam menghadapi dan menjalani UU Desa.

Selain Sekolah Aparatur Pemerintah Desa, Karang Taruna DIY juga akan berencana melaunching Sekolah Desa. Sekolah Desa ini merupakan program untuk pemberdayaan dan penguatan kapasitas masyarakat. Sebab menurut Didik, dari sekian banyaknya kewenangan desa, yang sebetulnya menjadi tantangan adalah dari segi Sumberdaya Manusia (SDM)nya.

“Kita masih harus melakukan kegiatan yang bisa meningkatkan sumberdaya manusianya. Agar SDM yang mumpuni di masing-masing bidang bisa melakukan tugasnya dengan baik dan maksimal. Selain itu juga, agar proses pengawasan dan partisipasi dari masyarakat bisa lebih ditingkatkan. Apalagi saat ini banyak sekali sumber pendapatan desa yang sah dan diatur dalam UU Desa tersebut sesuai dengan Pasal 72 ayat (1),” imbuh Didik lagi.

Sementara itu, David Efendi, MA, dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan UMY mengatakan, salah satu peluang dari adanya UU Desa tersebut yakni, desa dapat melakukan perubahan wajah desa dan tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang efektif. “Di masa depan, desa juga dapat melakukan pelaksanaan pembangunan yang berdaya guna, serta dapat melakukan pembinaan dan pemberdayaan masyarakat di wilayahnya melalui peran perguruan tinggi dengan adanya KKN tematik. Dengan begitu, perguruan tinggi tetap bisa memberikan pengabdiannya kepada masyarakat secara nyata,” ujarnya.

Adapun beberapa kewenangan desa berdasarkan UU Desa tersebut meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.


Todung: Turunan UU Desa Menjadi Sangat Penting

$
0
0

Todung 2Pasca di undangkannya Undang-undang No. 6 tentang Desa, muncul kekhawatiran bahwa Desa juga akan bernasib sama dengan pemerintah daerah, provinsi, kabupaten/kota yang banyak tersandung kasus korupsi. Potensi korupsi tersebut berpeluang pada beberapa objek, diantaranya Alokasi Dana Desa (ADD) yang bersumber dari APBN/APBD, tanah kas desa (TKD) melalui jual beli asset desa, pungutan liar sertifikasi massal seperti pembuatan KTP, dan bisa juga melalui Dana Sosial atau Dana Bantuan.

Hal itulah yang disampaikan oleh Pimpinan Pusat Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN) Prof. Dr. Todung Mulya Lubis, S.H., LLM, saat menyampaikan materi dalam Diskusi Publik dengan tema “Potensi Korupsi Dalam Undang-Undang Desa” yang diawali dengan pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IKADIN Yogyakarta periode 2015-2019, bertempat di Ruang Sidang AR. Fachruddin A kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (28/02).

Untuk itu, menurut Todung, agar potensi tindak pidana korupsi dalam UU Desa tersebut tidak terjadi, perlu dibuat turunan undang-undang desa. Turunan UU Desa ini menjadi sangat penting agar perangkat desa memiliki acuan yang jelas. Namun untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya komitmen pemerintahan dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan kekosongan hukum, yaitu belum lengkapnya peraturan tentang pemerintahan desa.

“Mengapa turunan undang-undang Desa penting, karena kita tidak bisa menyamaratakan peraturan turunan dari undang-undang desa untuk semua desa di Indonesia, karena desa ini homogen. Setiap desa berbeda-beda kondisinya, kita melihat seperti ujian nasional, maka akan banyak ketidaksesuaian karena setiap daerah berbeda, maka akan bayak komplen dan kegagalan pelaksanaan disejumlah daerah” ujarnya.

Todung menambahkan, bahwa alasan turunan undang-undang desa yang mengatur pemerintahan desa penting, karena menurut dirinya, korupsi adalah monopoli kekuasaan ditambah dengan dekresi (kebebasan mengambil keputusan sendiri dalam setiap situasi yg dihadapi-Red) dan terjadi karena kekurangan akuntabilitas dari suatu sistem pemerintahan. Menurutnya inilah yang menjadi dasar berpeluangnya terjadinya tindak pidana korupsi.

“Faktor yang mungkin nanti menjadi penyebab penyalahgunaan dana desa ada beberapa yang perlu saya sampaikan. Pertama belum lengkapnya organ-organ dalam pemerintah desa, lemahnya koordinasi dan pengawasan, baik perencanaan maupun saat implementasi di lapangan, belum terbangunnya sistem pengelolaan keuangan, kualitas Sumber Daya Manusia yang masih rendah, dan sistem sanksi administrasi dan hukum yang belum mampu menjadi batas-batas dalam pelaksanaan hal tersebut,” jelasnya.

Berbeda dengan Todung, Dekan Fakultas Hukum (FH) UMY Dr. Trisno Raharjo, SH. M.Hum,. mengatakan bahwa pihaknya mewakili perguruan tinggi akan memberikan pendampingan terhadap kepala desa, agar mampu mengelola keuangan desa dengan baik, serta melakukan pendampingan tidak terbatas pada penyuluhan peraturan-peraturan desa. Tetapi juga menjadi fasilitator dan menjadi tempat konsulitasi perangkat desa.

“Pemberdayaan oleh perguruan tinggi Muhammadiyah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan perangkat desa dalam melaksanakan koordinasi, memberikan pendampingan terhadap perencanaan, sistem pengelolaan keuangan, dan pemahaman terhadap tata kelola pemerintah desa. Hal ini bertujuan memberikan kesadaran ihwal hak desa dan kewajiban terkait pengajuan dan penggunaan anggaran desa, serta sanggup membuat laporan dan mempertanggungjawabkannya dalam audit BPK,” jelas Trisno yang juga Direktur Pendidikan dan Latihan IKADIN DIY.

Setelah acara diskusi selesai dilaksanakan, untuk menguatkan peran kerjasama dan pengawalan pemerintahan desa, maka IKADIN bekerjasama dengan Fakultas Hukum UMY menandatangi sejumlah Nota Kesepahaman, untuk menguatkan peran pendampingan terhadap pelaksanaan Undang-undang Desa oleh IKADIN dan Fakultas Hukum sebagai bentuk pelayanan IKADIN dan FH UMY kepada masyarakat. (Shidqi) ​

Terakreditasi A Tanpa Visitasi HI UMY Gelar Syukuran

$
0
0

IMG_1580

Menjadi sebuah kebanggan bagi Jurusan Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) karena bisa mempertahankan akreditasi yang sudah didapat selama empat kali berturut-turut. Kesempatan yang luar biasa ini tentu tidak disia-siakan oleh para civitas akademik HI UMY, seperti mahasiswa, dosen, dan staff yang turut membantu agar HI UMY bisa mempertahankan kiprahnya baik di nasional maupun internasional. Tentu, bukan hal yang mudah untuk bisa mempertahankan itu semua banyak hal yang perlu disiapkan dan perlu ditingkatkan dalam bidang akademik maupun non akademik.

Untuk mengungkapkan rasa syukur itu, HI UMY menggelar acara “Syukuran Akreditasi Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta” pada hari Sabtu (28/2) di Lobby FISIPOL Lt.1 UMY. Dalam acara tersebut juga turut dihadiri oleh Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor UMY, Ali Muhammad, M.A., Ph.D selaku Dekan FISIPOL UMY, dan Dra. Nur Azizah, M.Si selaku kepala prodi Hubungan Internasional.

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A menuturkan bahwa dirinya sangat bangga dengan usaha yang sudah dilakukan HI UMY untuk bisa mempertahankan akreditasinya. “Ini merupakan prestasi yang luar bisa, tentu kita perlu memberikan dedikasi yang baik dengan memberikan outstanding kepada orang-orang yang telah berjuang keras untuk mendapatkan akreditasi ini, “ jelasnya.

HI UMY ini sudah mempertahankan status akreditasinya A, sejak tahun 2004, 2009, 2014, dan 2015. Pada tahun ini akreditasi yang didapat UMY mendapatkan kepercayaan penuh dari tim asesor. “Alhamdulillah kita bisa mempertahankan akreditasi A, bukan hanya itu saja keputusan akreditasi ini kita peroleh tanpa adanya visitasi, tentu hal ini menjadi sebuah kebanggan bagi kita semua karena kita bisa memperoleh kepercayaan dari tim asesor untuk memperoleh akreditasi A tanpa visitasi, “ ujar Dra. Nur Azizah, M.Si dalam sambutannya.

Nur Azizah melanjutkan bahwa, banyak hal yang sudah kita persiapkan waktu itu, misalnya dengan mempersiapkan tim akreditasi di kampus dan dibantu oleh dosen, staff, dan mahasiswa. “Namun, ketika sedang mempersiapkan itu semua kabar gembira pun datang bahwa kami HI bisa mempertahankan akreditasi A tanpa visitasi, tentu kita perlu mensyukuri hal tersebut. Dengan perjuangan dan beberapa hal yang sudah kita lakukan yang berkaitan dengan prestasi yang dimiliki oleh dosen dan mahasiswa, sudah sepatutnya kita memperoleh akreditasi tersebut. Yang menjadi tugas besar sekarang adalah bagaiamana kita bisa terus mempertahankan Akreditasi ini dan memegang kepercayaan yang diberikan oleh tim asesor kepada kami, “ lanjutnya.

Hal yang sama pun diucapkan oleh Ali Muhammad, M.A., Ph.D selaku Dekan FISIPOL UMY. Ia mengaku bangga dengan adanya kepercayaan dari asesor, karena telah memberikan akreditasi tanpa visitasi. “Sepengetahuan saya, jurusan HI di Indonesia yang mendapatkan akreditasi A tanpa visitisasi hanya HI UMY dan UNPAD saja. Tentu saya merasa bangga karena bisa disejajarkan dengan Universitas yang memiliki dedikasi yang tinggi baik di nasional maupun di internasional. Dalam hal ini bukan dosen dan staff saja yang memiliki peran penting, tapi mahasiswa juga memiliki peran penting untuk terus memajukan prodi HI UMY,” jelasnya.

Setelah ini akan ada tugas besar prodi HI UMY untuk bisa meningkatkan kualitas dosen, mahasiswa, dan saffnya. “Hal yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan kualitas mahasiswa agar terus berkiprah di dunia internasional, meningkatkan pendidikan dosen untuk bisa melanjutkan sekolahnya di luar negeri serta meningkatkan jurnal internasionalnya, serta para staffnya untuk bisa meningkatkan skillnya dan memberikan dedikasi yang tinggi untuk HI UMY, “ pesannya.

Di akhir pidatonya, Nur Azizah mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang turut membantu dan membimbing kita dalam proses akreditasi ini. Kepada Rektor dan jajarannya, Staff Rektorat, Dekan FISIPOL dan jajarannya, dosen HI, staff HI, dan yang tak kalah penting adalah mahasiswa yang juga ikut membantu dalam proses akreditasi.

Buya Syafi’i: UMY Harus Jadi Obor Pencerah Dunia Islam

$
0
0

IMG_1065

Indonesia menjadi salah satu negara dengan umat Muslim terbanyak di dunia. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia pun berlimpah. Namun posisi umat Muslim terbanyak disertai kekayaan alam yang melimpah, nyatanya belum menjadikan Indonesia sebagai penentu dunia. Karena di muka bumi ini, termasuk di Indonesia, kebathilan masih merajai segala unsur kehidupan, sementara kebenaran masih berjalan tertatih-tatih.

Untuk itulah, Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif berharap agar ada sekelompok manusia yang bisa menyalakan obor pencerahan untuk dunia ini, khususnya dunia Islam dan Indonesia. Harapan tersebut disampaikan oleh Pimpinan Muhammadiyah yang akrab disapa Buya Syafi’i tersebut pada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang tengah memperingati miladnya ke-34. Hal tersebut disampaikan saat Buya Syafi’i menjadi pembicara Talkshow dalam Malam Refleksi dan Tasyakuran Milad UMY ke-34, di Sportorium UMY, Sabtu (28/2). Turut hadir pula sebagai pembicara Talkshow, Ir. HM. Dasron Hamid, MSc., Drs. H.M. Alfian Darmawan, dan Dr. Said Tuhuleley, yang juga merupakan pelaku sejarah berdirinya UMY.

Buya Syafi’i pun mengatakan jika UMY harus bisa ikut menyalakan obor pencerahan tersebut bersama Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) lainnya. Sekalipun hal itu merupakan tugas berat, namun menurut Buya pekerjaan itu juga sangat mulia. “Dengan tugas ini, kita bisa ikut menjadi penentu dunia, bahkan juga untuk dunia Islam. Ini tugas berat tapi sangat mulia. Inilah tugas UMY dan PTM lain berikutnya,” ungkapnya.

Di samping itu, Buya Syafi’i juga menyarankan agar orang-orang Muhammadiyah, baik itu yang berada di kalangan PTM atau bukan, juga harus berpikir tentang kondisi bangsa Indonesia. Apalagi saat ini krisis moral sudah terjadi di mana-mana. “Di Indonesia ini, Muslimnya terbesar di muka bumi. Tapi moralnya belum ‘siuman’ sepenuhnya. Apa yang saat ini terjadi di tingkat nasional seperti rekening gendut, itu real terjadi. Dan itu juga karena persoalan akhlak, persoalan moral,” tegasnya.

Karena itu, Buya Syafi’i menyarankan agar semua pihak ikut memikirkan kondisi bangsa ini. “Jangan berhenti jadi politisi, tapi harus naik jadi negarawan. Itu yang saat ini masih minim. Perguruan tinggi juga jangan hanya fokus pada Tri Dharma tapi juga harus menjadi Catur Dharma, karena itu juga yang kurang di negeri ini,” pungkasnya.

BRI Yogyakarta Ajak Wirausaha Muda UMY Kerjasama Langsung Dengan Vendor

$
0
0

pembukaan entrepreneur expo

Bank Rakyat Indonesia (BRI) kantor wilayah Yogyakarta, menawarkan langsung mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk bekerjasama dengan vendor milik BRI. Kerjasama tersebut berupa pendampingan dan peluang bagi mahasiswa UMY yang menggeluti bidang wirausaha untuk memasukkan produk buatannya pada vendor bank BRI.

Pimpinan Wilayah BRI Yogyakarta, Muhammad Ali mengatakan, mahasiswa UMY memiliki kesempatan untuk bisa bekerja dengan BRI. Karena setiap dua kali dalam setahun BRI selalu mengadakan forum peningkatan pekerja. Di sanalah para mahasiswa ini bisa ikut bergabung dengan BRI, minimal dengan mengenalkan terlebih dahulu pada mereka siapa saja yang menjadi vendor BRI.

“Tujuannya agar adik-adik mahasiswa ini bisa kenal langsung dengan vendor kami (BRI-red), dan bisa belajar dari mereka. Para vendor kami pun akan bisa mengenal produk yang dihasilkan oleh mahasiswa di sini, dengan begitu akan ada salah satu vendor yang bisa membawa salah satu wirausahawan muda dari UMY untuk kemudian didampingi dan dibantu dalam proses produksi dan pemasarannya,” ujar Muhammad Ali saat menyampaikan sambutan dalam acara Entrepreneur Expo Mahasiswa UMY 2015, Jum’at (6/3), bertempat di Lapangan Bintang Kampus Terpadu UMY. Entrepreneur Expo ini akan diselenggarakan hingga Sabtu (7/3).

Ali mengatakan, pengenalan mereka kepada vendor itu juga untuk mempermudah mahasiswa UMY dalam berwirausaha. Sebab menurutnya, jika mereka pada satu waktu mendapatkan pesanan yang sangat banyak, hal itu tentunya akan mempersulit mahasiswa. “Jadi harus ada yang membantunya dan memberikan pendampingan, bagaiaman menghadapi situasi seperti itu. Ini juga sebagai upaya tindak lanjut kami dari program teras usaha mahasiswa kerjasama BRI dengan UMY, dalam pemenuhan barang-barang promosi dan produksi,” katanya.

Ali pun mengharapkan agar mahasiswa UMY nantinya bisa terus berinovasi dalam berwirausaha dan menciptakan sesuatu yang berbeda dari yang lain. “Kami pun berharap dengan mengenalkan mereka pada vendor, mereka bisa langsung berkompetisi dengan supplier. Kalau kerjasama ini berhasil, mereka akan semakin hebat dalam berwirausaha dan bisa lebih mandiri. Jadi sebelum adik-adik mahasiswa ini lulus dari UMY sudah bisa bergabung dengan BRI dan sudah bisa punya usaha sendiri, khususnya ketika mereka sudah lulus,” imbuhnya.

Hal senada juga disamapaikan Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA. Mahasiswa, khususnya yang menggeluti wirausaha, jangan hanya menjadikan wirausaha itu sebagai hura-hura. Apalagi ketika ada entreprenur expo, mahasiswa beramai-ramai menyajikan produknya, tapi setelah expo itu selesai produknya juga selesai, dalam arti tidak lagi memproduksi produk tersebut. “Mahasiswa yang berwirausaha itu harus smart. Harus terus melakukan inovasi dan menciptakan sesuatu yang berbeda. Jadi di kampus tidak hanya belajar secara akademis, tapi juga bisa memanfaatkan kesempatan untuk membuat sesuatu yang beda,” ungkapnya.

Prof. Bambang pun menghimbau agar mahasiswa harus punya pikiran sejak muda bagaimana membuat orang lain senang. “Jangan hanya berharap minta dilayani, apalagi oleh orang atau pihak yang membantu kita seperti BRI ini. Tapi kalian juga harus punya pikiran sejak muda bagaimana menyenangkan orang lain sebanyak-banyaknya. Dan harus bersemangat untuk melayani orang lain, melayani orang sebanyak-banyaknya, kalau bisa seluruh dunia. Inilah kunci menjadi entrepreneur,” tuturnya.

Adapun Entrepreneur Expo ini dibuka secara langsung oleh Rektor UMY, dengan disaksikan oleh Pimpinan Wilayah BRI Yogyakarta, dan ketua Milad UMY ke-34, Dr. Rizal Yaya. Entrepreneur Expo yang juga merupakan rangkaian acara dari Milad UMY ke-34 ini diikuti oleh 62 kelompok, yang terdiri dari Pemenang Teras Usaha Mahasiswa kerjasama BRI dengan UMY, delegasi kewirausahaan dari Program Studi di lingkungan UMY, delegasi UKM Mahasiswa, dan delegasi kewirausahaan dari PTM di sekitar Yogyakarta (diwakili UAD). Stand-stand wirausaha pada Entreprenur Expo ini menampilkan berbagai macam hasil produk kerajinan mahasiswa seperti BryArt yang khusus membuat desain untuk topi, jaket, tas selempang, dan gantungan kunci; Pantas Perca yang memproduksi tas dompet wanita dan tas kosmetik dari bahan limbah polimer atau spanduk bekas; Erly dan Aoi merek untuk lampu tidur dan boneka karakter buatan mahasiswa Akuntansi UMY, serta produk-produk kerajinan dan inovasi lainnya.

mahasiswa FPB

Mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa (FPB) UMY yang berasal dari Turki juga ikut menyaksikan Entrepreneur Expo Mahasiswa UMY 2015

 

kunjungan ke stand expo

Pimpinan Wilayah BRI Yogyakarta, Muhammad Ali saat mengunjungi stand BryArt. Produk buatan BryArt ini juga sudah mulai diekspor ke luar negeri seperti Malaysia, Mesir, dan Arab Saudi, dan didistribusikan melalui Ikatan Pelajar Indonesia yang ada di negara-negara tersebut.

Wapres Akan Resmikan Gedung Pascasarjana-JK School of Government UMY

$
0
0

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla dijadwalkan akan meresmikan Gedung Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Sabtu (7/3/2015) mendatang. Kegiatan peresmian akan dilaksanakan di Halaman Utama Gedung Pascasarjana UMY. Gedung yang dibangun oleh PT. Mentari Prima Karsa (PMK) ini dimulai sejak April 2013 dan akan difungsikan untuk kegiatan perkuliahan dan kegiatan akademik lainnya. Gedung diperuntukkan bagi Program Doktor, Program Master dan Program Sarjana Kelas Internasional, termasuk Program JK School of Government yang akan ikut menempati gedung ini.

Wapres Jusuf Kalla dijadwalkan akan menghadiri serangkaian acara dimulai saat kegiatan peresmian, peninjauan ruangan pasca serta menjadi keynote speaker ​dalam acara Seminar Pra Muktamar. Wapres beserta rombongan akan disambut oleh Jajaran Pimpinan Universitas, Badan Pengurus Harian Universitas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Gubernur DIY, Bupati se-DIY dan Para Pejabat Daerah Istimewa Yogyakarta. JK juga akan memberikan Pidato Pembuka, dilanjutkan dengan membuka selubung penutup gedung dan menandatangani Prasasti Peresmian Gedung yang disaksikan oleh Rektor UMY.

Selain meresmikan Gedung Pascasarjana UMY, Wakil Presiden Jusuf Kalla juga akan menyampaikan Keynote Speaker dalam Seminar Pra-Muktamar yang dihadiri oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Aisyiah, Ketua Badan Ortonom Muhammadiyah, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah, Rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah, Pimpinan UMY, Direktur Pascasarjana UMY, Perwakilan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Perwakilan Partai Politik, Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta.​

Rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, MA mengungkapkan rasa bangganya karena pembangunan ini bisa cepat selesai walaupun harus mundur beberapa bulan. Dirinya mengatakan bahwa pihaknya saat ini tinggal bertanggung jawab untuk bisa memelihara gedung ini sebaik mungkin. Rektor juga mengutip slogan kampusnya untuk terus melakukan pembangunan “Dengan slogan UMY Muda Mendunia ini, UMY akan terus maju dan terus melakukan pembangunan,“ ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) UMY, Ir. Dasron Hamid, M.Sc mengatakan bahwa perjalan pembangunan Gedung-Gedung UMY mengalami masa yang cukup panjang mulai dari pembangunan gedung kembar yang megah hingga pembangunan Gedung Pascasarjana yang dipelopori oleh PT. Mentari Prima Karsa yang merupakan badan usaha milik UMY.

“Dalam hal pembangunan, hal itu bukanlah mudah untuk dilakukan bagi UMY. Karena tentunya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Sejak mendapatkan status dan terdaftar sebagai perguruan tinggi​, ini menjadi awal penting bagi UMY hingga bisa mengumpulkan mahasiswa dan sampai akhirnya bisa memungut uang gedung sebagai shadaqah jariyah hingga pembangunan megah Gedung Pascasarjana ini selesai, “ terangnya.

Adapun bangunan Gedung Pascasarjana-JK School of Government UMY ini berdiri di atas tanah seluas 6700 m2, terdiri dari bangunan 5 lantai yang digunakan untuk ruang prodi, ruang administrasi, ruang direktur program Pascasarjana, ruang perpustakaan, ruang kelas, dan ruang amphitheater dengan total luas bangunan 8200 m2.

Bangunan ini didukung oleh sambungan listrik PLN dengan daya 630 kVa dan back-up genset dengan kapasitas 680 kVa, juga difasilitasi dengan 2 buah passenger lift, dengan kapasitas masing-masing passenger lift 15 orang. Fasilitas lain yang juga terdapat dalam bangunan ini adalah sprinkler, detektor asap, APAR, hydrant, fire alarm, CCTV, sound system, AC pada setiap ruangan, 2 buah tangga darurat di ujung koridor utara dan selatan, area parkir yang dapat memuat 40 mobil, dan 2 kamar mandi difabel yang terletak di lantai dasar.

Gedung tersebut digunakan untuk pelaksanaan kegiatan Program Internasional yang terdiri dari IPIREL ( International Program of International Relations), IPOLS ( International Program of Law and Sharia), IPIEF (International Program of Islamic Economic and Finance), serta IGOV (International Program of Governmental Studies), dan program pascasarjana yaitu Program Doktor ( Psikologi Pendidikan Islam dan Politik Islam), Magister Studi Islam, Magister Manajemen, Magister Manajemen Rumah Sakit, Magister Ilmu Pemerintahan, Magister Keperawatan, Magister politik dan Hubungan Internasional dan Magister Ilmu Hukum.

Muhammadiyah Harus Tetap Lihat Tantangan Ke Depan

$
0
0

_MG_2110+Permasalahan yang dihadapi bangsa dan masyarakat Indonesia sangat kompleks, baik itu masalah ekonomi, politik, maupun sosial. Namun, saat ini Indonesia terlalu fokus pada masalah politik. Sementara dua masalah krusial lainnya yakni ekonomi dan sosial, masih minim perhatian bahkan cenderung terabaikan. Akibatnya, bangsa Indonesia ini masih belum mampu menjadi negara yang benar-benar maju. Karena itu, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia seperti Muhammadiyah harus tetap melihat tantangan bangsa ini ke depannya, khususnya dalam masalah ekonomi dan sosial.

Demikian disampaikan Wakil Presiden Republik Indonesia, H.M. Jusuf Kalla, saat menjadi Keynote Speech dalam pembukaan Seminar Nasional Pra Muktamar Muhammadiyah ke-34. Muktamar Muhammadiyah ke-34 ini akan diselenggarakan di kampung halaman Jusuf Kalla, yakni Makassar pada 3 hingga 7 Agustus 2015. Acara seminar Pra Muktamar yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bertempat di Ruang Mini Teater Gedung Pascasarjana didahului dengan acara Peresmian Gedung Pascasarjana-Jusuf Kalla School of Government (JKSG) UMY yang diresmikan langsung oleh beliau pada Sabtu (7/3) pagi.

Menurut Jusuf Kalla, ada sesuatu yang telah dilupakan bangsa dan masyarakat negara dan membuat kondisi negara bahkan rakyat Indonesia pun masih ketinggalan dari negara lain. Jusuf Kalla juga menyebutkan jika perbandingan antara orang miskin dan orang kaya di Indonesia saat ini pun masih belum seimbang. “Perbandingan antara orang kaya dan miskin di negeri ini adalah satu banding sembilan. Dari seratus orang hanya sepuluh orang yang sejahtera dan dikategorikan kaya. Ini bukan perbandingan yang bagus, dan membuktikan kalau ada sesuatu yang telah kita lupakan,” ungkapnya.

Karena itu, lanjut Jusuf Kalla, Muhammadiyah harus lebih memperhatikan dakwahnya dalam bidang muamalah (ekonomi dan sosial). Menurutnya hal terpenting yang harus dibahas dan diperhatikan ialah kekayaan sumber daya alam Indonesia, jumlah penduduknya yang terus meningkat, akan tetapi belum mampu menjadi negara maju. “Bangsa ini kenapa masih belum maju-maju? Salah satunya karena masyarakat kita masih menjadi masyarakat konsumen, bukan produsen. Masalah ekonomi belum diperhatikan dengan baik, padahal agama Islam yang dibawa ke negeri ini lewat jalur perdagangan. Karena semua pendakwahnya juga menjadi pedagang. Bahkan KH Amad Dahlan yang mendirikan organisasi Muhammadiyah ini juga dikenal sebagai pedagang. Ini yang seharusnya menjadi introspeksi bersama. Inilah juga yang sebenarnya menjadi tantangan kita ke depan,” paparnya.

Untuk itu, keliru menurut Jusuf Kalla jika masih ada yang beranggapan bahwa menjadi pedagang atau bergerak di bidang ekonomi itu masih menjadi hal yang tabu. Bahkan Jusuf kalla mengatakan jika ada yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad itu membenci pasar, itu salah besar. “Karena Nabi Muhammad sendiri itu juga seorang pedagang, Siti Khadijah, istrinya juga seorang pedagang. Jadi, salah itu kalau pasar dianggap sebagai tempat yang tidak disukai oleh Nabi Muhammad,” ujarnya. Bahkan di pasarlah segala pergerakan ekonomi masyarakat dan negara bisa berjalan, bahkan bisa ikut membantu memajukan perekonomian negara dan umat.

Agar bisa berperan bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia, Jusuf Kalla pun meminta Muhammadiyah untuk tetap menjaga kekuatan serta turut membantu menyelesaikan tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini. “Di negeri ini, walaupun masih punya banyak masalah seperti korupsi yang sangat membahayakan, kita juga tetap harus memperhatikan kekuatan apa yang kita miliki, dan apa saja tantangannya. Organisasi Islam juga tidak terus hanya menyampaikan materi-materi tentang akhirat, tapi juga tentang masalah dunia atau masalah muamalah (ekonomi dan sosial)​. Agar ada keseimbangan antara dunia dan akhirat. Karena keseimbangan ini juga dibutuhkan untuk memajukan bangsa,” ungkapnya.

Pascasarjana Sebagai Penempa Kedinamisan dan Kematangan Mahasiswa

$
0
0

_MG_1999Pascasarjana yang berdiri di setiap universitas bukan berdiri tanpa tujuan. Di tempat inilah sebenarnya kedinamisan dan kematangan mahasiswa ditempa dan dididik agar menjadi orang yang lebih tangguh dan sigap dalam bertindak dan mengambil keputusan. Bahkan kesuksesan seorang alumni pascasarjana juga bisa menjadi salah satu kunci dari kemajuan suatu bangsa.

Wakil Presiden Republik Indonesia, H.M Jusuf Kalla menyampaikan pesan saat meresmikan Gedung Pascasarjana-Jusuf Kalla School of Government (JKSG) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Sabtu (7/3) bahwa tanpa adanya pascasarjana, maka sarjana itu tidak akan bisa bergerak dinamis. Demikian pula dengan ilmu yang mereka miliki, sebab ilmu dan dunia itu selalu berjalan secara dinamis. “Pascasarjana itu menjadi tempat bagi sarjana untuk mendinamiskan kematangan berpikir, kematangan ilmiah, dan kematangan riset. Itulah yang harus dilakukan di program pascasarjana dimana pun,” ujarnya.

Karena itu, Jusuf Kalla berharap, agar dengan diresmikannya gedung baru Pascasarjana UMY ini, pascasarjana UMY bisa terus berkembang. Apalagi dalam pascasarjana UMY ini juga ada program unggulan yakni Jusuf Kalla School of Government (JKSG), yang tidak lain merupakan program yang didirikan oleh UMY sebagai penghargaan terhadap dedikasi Jusuf Kalla atas upayanya untuk meningkatkan sistem pemerintahan Indonesia serta terinspirasi oleh visinya dalam pembangunan, kepemimpinan, dan resolusi konflik. “Jadi saya ucapkan terima kasih karena telah mengembangkan JKSG ini. Ini menjadi tanggung jawab moril saya, dan sekaligus menjadi bahan pemikiran yang penting, khususnya dalam masalah pemerintahan di negeri ini,” ungkapnya.

Wapres JK juga berharap agar pascasarjana dan JK School of Government tersebut dapat menjadi sarana bagi kemajuan bangsa Indonesia ke depan. Sebab tentunya, menurut JK semua orang punya harapan bahwa untuk kemajuan suatu negara itu bergantung pada kualitas masyarakat dan generasi mudanya. “Karena itu, peningkatan pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting. Belajar dari kemajuan banyak negara, banyak negara maju karena kekayaannya, ada juga yang maju karena penerusnya. Tapi, ada juga negara yang tidak maju. Namun yang jelas, semua negara maju itu adalah negara yang penuh semangat dan penuh dengan ilmu. Karena dua hal itulah (semangat dan ilmu-red) yang menjadi kunci dari kemajuan suatu negara,” paparnya.

Hal senada juga disampaikan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwono X, adanya pascasarjana terlebih JK School of Government itu diharapkan dapat melahirkan aparat birokrasi yang bisa mengamalkan clear government (pemerintahan yang bersih) dan good government (pemerintahan yang baik) yang otentik dan bukan hanya sekadar wacana belaka. Alumni pascasarjana dan JKSG juga diharapkan mampu memadukan pemikiran Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan juga pemikiran Jusuf Kalla. Jika KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, pernah berpesan “Jadilah santri yang berkemajuan’ maka program ini harus bisa melahirkan lulusan yang mumpuni dan berkarakter,” tuturnya. Serta mengamalkan pemikiran Jusuf Kalla yang harus lebih cepat dan lebih baik, dalam setiap menghadapi persoalan atau masalah dan tantangan,” ungkap Gubernur DIY ini.

Sri Sultan HB X pun mengutip perkataan Mahatma Gandhi yang mengatakan, jangan ada pendidikan yang tidak berkarakter. Sebab akhir dari pendidikan itu sebenarnya melahirkan manusia-manusia yang memiliki karakter dan beradab. “Jadi kita harus berani melawan tren masa kini yang saling memakan manusia. Memang, dunia pendidikan itu besar untuk pengetahuan. Tapi kita juga tidak boleh lupa dengan pendidikan moral dan adab. Bukankah akhir dari pendidikan itu adalah melahirkan manusia yang beradab. Karena itu setiap lembaga pendidikan juga harus tetap mengajarkan karakter dan adab,” ujarnya.

Peresmian Gedung Pascasarjana-Jusuf Kalla School of Government (JKSG) UMY ini juga dihadiri oleh tokoh nasional seperi Dr. Malik Fajar dan Prof. Syafi’i Ma’arif, serta pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah Daerah se-Yogyakarta, perwakilan SKPD 1 dan SKPD perwakilan universitas-universitas, perwakilan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), dan perwakilan lembaga mahasiswa dan civitas akademik UMY.


Berita Peresmian Gedung Pascasarjana-JKSG UMY Oleh Wapres JK

$
0
0

18 Negara ikuti International Cultural Festival di UMY

$
0
0

ICF 1

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai universitas yang memiliki tagline muda mendunia, berkomitmen untuk mengembangkan model pendidikan bertaraf internasional dengan menjalin hubungan kerjasama antar universitas di berbagai negara. Hubungan kerjasama tersebut salah satunya terlihat dari penyelenggaraan kegiatan kebudayaan yang melibatkan mahasiswa dari berbagai negara yang ada di Yogyakarta.

Hal itulah yang disampaikan oleh Wakil Rektor I UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto M.P. saat menyampaikan sambutannya pada saat membuka kegiatan Internasional Cultural Fesitival (ICF) sekaligus kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internasional yang diselenggarakan oleh Biro Kerjasama dan Urusan Internasional UMY, Selasa (10/3). Kegiatan ICF yang di gelar di Lantai Dasar Mesjid KH. Ahmad Dahlan UMY hingga sore hari ini, mendapatkan sambutan antusias dari para peserta yang menyaksikan acara seremonial pembukaan ICF, hal tersebut terlihat saat para peserta berdiri untuk menyaksikan salah satu tarian pembuka tari saman di hadapan ratusan peserta ICF.

“ICF ini saya kira merupakan suatu wadah untuk bertemu dan mengekspresikan budaya dari berbagai daerah dan juga dari berbagai negara. Kegiatan ini juga menjadi sarana komunikasi serta menjalin hubungan antar mahasiswa dari negara yang berbeda yang ada di Yogyakarta, dan saya senang karena UMY bisa menjadi penyelengara kegiatan ini,” ujar Gunawan.

Gunawan menambahkan, bahwa pihaknya berharap KKN internasional atau learning Express dapat terlaksana dengan baik, perserta benar-benar mengikuti kegiatan di desa tersebut dengan sunguh-sungguh, dapat memberikan manfaat kepada masyarakat desa, dan para mahasiswa sebagai peserta dapat mengambil pengalaman dari masyarakat, tak terkecuali pengalaman tentang budaya di lingkungan masyarkat desa.

“ICF ini masih awal dari rangkaian acara yang akan Anda ikuti, semoga nanti setelah ini peserta yang mengikuti KKN internasional dapat memberikan manfaat dan ilmunya kepada masyarakat, dan ada juga ilmu yang bisa didapat dari interaksi dengan masyarakat nanti, misalnya ilmu tentang kebudayaan, maupun pemahaman tentang gaya hidup masyarakat di Yogyakarta,” jelasnya.

Sebanyak 18 negara yang hadir dalam pergelaran ICF yang juga ikut memeriahkan rangkaian pembukaan ICF, para peserta yang hadir mengikuti lomba memasak dengan mewakili negaranya masing-masing. Perwakilan mahasiswa dari 18 negara tersebut seperti mahasiswa asal Malaysia, Palestina, Polandia, Thailand, Timor Leste, Turki, Turkmenistan, Ukraina, Vietnam, Australia, China, Jerman, Hungaria, India, Indonesia, Italia, dan Yordania. Selain itu kegiatan pembuka ICF juga dimeriahkan dengan penampilan dari Sunshine Voice, Tari Saman, Tari Bali dan juga penampilan Musik Akustik. (Shidqi)

Indonesia 7 Summits Gelar Road Show di UMY

$
0
0
(Dari kiri ke kanan) Galih Dori Kora, Ardesir Ya​ftebbi dan Nurhuda saat menjadi pembicara dalam acara road show Indonesia 7 Summits Expedition.

(Dari kiri ke kanan) Galih Dori Kora, Ardesir Ya​ftebbi dan Nurhuda saat menjadi pembicara dalam acara road show Indonesia 7 Summits Expedition.

Indonesia berhasil menaklukan 7 puncak tertinggi di dunia pada tahun 2012 lalu, hal tersebut sebagai upaya mengharumkan nama bangsa agar sejajar dengan Negara-negara lain di dunia, yang telah lebih dulu menaklukan gunung-gunung tertinggi di dunia. Perjuangan selama kurang lebih 2,5 tahun berhasil mengibarkan bendera merah putih di atas 7 puncak tertinggi di 7 benua.

Hal itulah yang disampaikan oleh Galih Dori Kora, anggota pegiat alam bebas Wanadri (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) yang berhasil menaklukan puncak gunung Everest dengan ketinggian 8850 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada tahun 1999. Galih Dori Kora sebagai moderator dalam acara road show tim Indonesia 7 Summits Expeditions yang berhasil menyelesaikan misi pendakian di 7 puncak tertinggi di 7 Benua. Kegiatan road show yang diadakan bertempat di Ruang Sidang AR. Fachruddin B Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) terselenggara berkat kerjasama antara Indonesia 7 Summits dan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UMY, Sabtu (7/3).

“Seven summits ini berawal dari mimpi 6 orang anak muda. Mereka juga masih mahasiswa pada saat itu sama seperti yang hadir di sini, yang gemar mendaki gunung tapi belum berpengalaman dalam hal pendakian. Tapi berani berkomitment untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia di atas 7 puncak tertinggi di 7 benua, agar bangsa Indonesia yang kita cintai mampu sejajar dengan bangsa-bangsa lain, dan Alhamdulilah kita berhasil mengibarkan merah putih di puncak tertinggi di 7 benua,” ujar Galih.

Pernyataan Galih mengantarkan ketua tim Indonesia 7 Summits Expedition Ardesir Yaftebi beserta anggotanya Nurhuda yang menjadi Pembicara utama dalam acara Road Show yang digelar dihadapan sedikitnya 300 Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) dari berbagai daerah yang sengaja datang ke UMY untuk menghadiri kegiatan tersebut.

Ardesir Yaftebi mengungkapkan bahwa perjalanan mendaki 7 puncak tertinggi di 7 benua bukanlah suatu hal yang mudah bagi pihaknya. Karena dibutuhkan komitmen dalam menyiapkan pendakian dan kerja keras dalam mencapai target tujuan. Pihaknya juga mengatakan bahwa pendakian 7 puncak tertinggi yang telah sukses dilalui oleh timnya adalah bagian dari semangat kebangsaan dan dukungan dari segenap pihak yang berani membiayai timnya untuk mengibarkan bendera merah putih di 7 puncak tertinggi tersebut.

“Walaupun kini kami telah berhasil menaklukan pendakian, tapi perlu saya sampaikan bahwa hal itu tidaklah mudah. Banyak pihak sponsor yang berani mengeluarkan biaya besar hingga mencapai 12 miliar lebih untuk ekpedisi tersebut, untuk menyumbang terhadap upaya mengharumkan nama bangsa. Namun kami di sini yang tidak memiliki dana sebesar itu, yang kami miliki hanya diri kami, maka kami ikhlas nyawa kami menjadi taruhannya agar Indonesia berada di puncak-puncak tertinggi di dunia,” ujar pendaki asal kabupaten Biereun, Provinsi Aceh ini.

Senada dengan Ardesir, Nurhuda menjelaskan, taruhan nyawa dalam pendakian dirasakan olehnya ketika mendaki gunung Everest dengan ketinggian di atas 6000 mdpl. Pada saat itu ditemukannya mayat-mayat pendaki yang berusia bulanan bahkan tahunan yang tergeletak di sepanjang jalur pendakian menuju puncak Everest.

“Pada saat itu banyak kami lihat mayat-mayat pendaki yang sudah berusia bulanan dan tahunan, disepanjang jalur pendakian di atas 6000. Ya memang sulit dievakuasi karena ketinggian dan cuacanya yang ekstrim, di situ kami rasakan ketakutan akan nasib itu terjadi kepada kami. Tapi Alhamdulilah kami berhasil sampai puncak dan pulang dengan selamat,” ujar pendaki asal Tanggerang ini.

Selain itu, menurut Nurhuda, kegiatan road show yang digelar pihaknya menjadi penting. Karena kegiatan tersebut sebagai wadah untuk meyebarkan informasi terkait pengalaman yang di alami oleh timnya, sekaligus menjadi penyemangat bagi peserta agar terus menggapai keinginan untuk bisa menaklukan puncak-puncak tertinggi di lainya di dunia.

“Minimal saya berharap kegiatan road show ini menjadi wadah penyemangat bagi kita. Selain itu pengalaman yang kami rasakan agar teman-teman juga merasakannya, misalnya seperti pengalaman yang tidak bisa kita dapatkan di gunung-gunung di Indonesia, seperti menggunakan alat-alat yang hanya berguna ketika kita mendaki di suhu udara yang sangat dingin, atau ketika kita mendaki di gunung yang memiliki tingkat oksigen yang sangat tipis maka kita harus menggunakan tabung oksigen. Di Indonesia hal itu tidak terjadi, dan pengalaman-pengalaman lainnya dari kami semoga bisa bermanfaat,” jelasnya.

7 Puncak gunung tertinggi yang berhasil di taklukan oleh Tim Indonesia 7 Summits Expeditions diantaranya adalah puncak gunung Everest di Nepal dengan ketinggian 8850 mdpl dengan jumlah ketipisan oksigen 33% dan lama pendakian 70 hari. Puncak gunung Vinson Masif di Antartika Kutub Selatan dengan ketinggian 4897 mdpl dengan jumlah oksigen 58% lama pendakian 21 hari. Puncak gunung Denali di Amerika Utara dengan ketinggian 6194 mdpl dengan jumlah oksigen 47% dan lama pendakian 21 hari dengan suhu mencapai -83 derajat selsius. Puncak gunung Aconcagua di Argentina dengan ketinggian 6962 mdpl dengan level oksigen 43% dan lama pendakian 14 hari. Puncak gunung Elbrus di Rusia dengan ketinggian 5642 mdpl sedangkan level oksigen 51% dengan lama pendakian 6 hari. Puncak gunung Kilimanjaro di Tanzania Afrika dengan ketinggian 5892 mdpl dan lama pendakian 7 hari. D​an yang terendah adalah puncak gunung Kartens Piramid di Papua Indonesia dengan ketinggian 5.030 mdpl dan merupakan puncak gunung tertinggi di Indonesia yang juga memiliki padang salju (glister) dan satu-satunya puncak gunung tertinggi di Indonesia yang ditutupi es.

Road show Indonesia 7 Summits yang beranggotakan 6 pendaki yaitu Ardeshir Yafftebi (ketua tim), Fajri Al-Luthfi, Iwan Irawan, Martin Rimbawan, Nurhuda, Gina Afriani  (anggota tim). Setelah Yogyakarta yang diwakili oleh UMY, rencananya pada 14 Maret mendatang akan menggelar road show yang sama di Surabaya bertempat di Universitas Airlangga Surabaya, dengan tema yang sama. (Shidqi)

 

​Tim Debat PSIK UMY Juara III Lomba English Debate National

$
0
0

IMG-20150309-WA0004Tim debat mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) berhasil meraih juara tiga dalam lomba English Debate National Nersvaganza ILMIKI 2015. Tim debat PSIK UMY yang beranggotakan Nurdina Wahyu Hidayati (angkatan 2012), Agustin Prihannisa Astiti (2011), dan Agus Gunadi (2012) ini juga berhasil menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang berada pada posisi tiga besar. Bahkan juga menjadi satu-satunya perguruan tinggi asal Jogja yang menjadi juara dalam gelaran lomba dua tahunan tersebut.

Lomba debat yang diselenggarakan oleh Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI) ini merupakan lomba dua tahunan, yang diperuntukkan bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan se-Indonesia. Pada lomba debat Nersvaganza 2015 yang diselenggarakan di Stikes Panakkukang, Makassar sejak 6 hingga 8 Maret 2015 ini tercatat tiga universitas yang menjadi juaranya, yakni Universitas Indonesia sebagai juara satu, Universitas Brawijaya sebagai juara kedua, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai juara ketiganya.

Agus Gunadi, salah seorang personil tim debat PSIK UMY saat ditemui di Biro Humas UMY, Senin (9/3) mengaku senang dengan prestasi yang mereka raih dalam lomba debat ini. Pasalnya persiapan dan latihan yang mereka lakukan bisa dikatakan sangat singkat, yakni hanya dalam kurun waktu dua hari sebelum mereka berangkat ke Makassar. “Ini luar biasa, dan kami benar-benar tidak menyangka. Persiapan dan waktu latihan kami hanya dua hari saja. Karena salah seorang anggota kami, Agustin saat itu juga sedang mempersiapkan proposal LKTI untuk tugas akhir kuliah. Dan sebelum kami berangkat, Agustin juga harus melakukan sidang proposal. Sedangkan saya dan Nurdina juga disibukkan dengan kegiatan-kegiatan organisasi. Jadi persiapannya memang sangat singkat,” ungkapnya.

Selain itu, menurut Agus, hal yang menjadikan mereka bangga juga karena mereka melakukan latihan debat secara otodidak dan berdasarkan pada pengalaman mereka sebelum-sebelumnya. “Karena di jurusan kami belum ada pelatih yang ahli dalam bidang debat. Jadi kami berlatih debatnya sendiri dan berdasarkan pada pengalaman debat kami sebelum-sebelumnya. Karena kebetulan juga saya dan Agustin sudah pernah ikut debat sejak SMA, tapi hanya sampai tingkat provinsi. Sementara Nurdina baru punya pengalaman debat ketika masuk kuliah. Jadi modal latihan debat kami hanya dengan belajar sendiri dan belajar dari pengalaman,” ujarnya.

Sebelum masuk dalam tingkat nasional, Agus dan kedua temannya telah lebih dulu mengikuti lomba debat di tingkat Regional IV untuk daerah DIY dan Jateng. Setelah mereka dinyatakan lolos sebagai juara pertama di tingkat regional tersebut, barulah mereka ikut Lomba Debat Bahasa Inggris tingkat Nasional yang diadakan oleh ILMIKI. “Dalam lomba debat nasional Nersvaganza ini, kami melakukan pertandingan debat sebanyak lima kali. Pertandingan pertama melawan Stikes Surya Global Yogyakarta, kami menang. Pertandingan kedua melawan Universitas Brawijaya, kalah. Pada pertandingan ketiga saat melawan Universitas Sriwijaya kami menang. Kemudian dari ketiga pertandingan itu diakumulasikan dan kami berhasil masuk semifinal. Nah, di semifinal ini kami ketemu lagi dengan Universitas Brawijaya. Lalu karena kami kalah lagi melawan UB jadi kami harus melawan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk memperebutkan juara ketiga. Dan, Alhamdulillah, kami berhasil mendapatkan juara ketiga,” jelas Agus lagi.

Agus juga mengatakan yang membuat timnya unggul dari UGM adalah karena mereka kuat pada poin analisa dan sumber. Menurutnya, saat mereka kalah melawan UB, juri lomba memberitahukan kekurangan mereka karena kurang mengaitkan kembali dengan masalah. Jadi, belajar dari kekurangan itulah mereka kemudian mencoba memperbaikinya saat melawan tim dari UGM. “Pada babak final saat berhadapan dengan UGM, tema debat yang kami dapatkan saat itu adalah This House Believe That (THBT) WHO Has Failed In The War Againt Ebola. Tim kami berada di posisi positif, dan kami memang banyak mengutip berbagai sumber saat berdebat dengan tim UGM. Dan juri mengatakan jika kekuatan kami saat menganalisa dan memberikan banyak sumber itu yang menjadi keunggulan kami dari tim UGM,” paparnya.

Agus pun berharap ke depannya, adik-adik angkatannya di PSIK UMY dapat belajar dari kekurangan mereka dan memperbaikinya, hingga mereka bisa juara pertama di tingkat nasional, bahkan internasional. Ia pun berharap agar mereka bisa mendapatkan pelatih debat yang profesional, agar mereka bisa belajar banyak dari pelatih tersebut dan mendapatkan pencerahan darinya. “Kami juga berharap, agar mahasiswa PSIK juga bisa belajar tentang debat. Karena memang kalau di PSIK itu sendiri lumayan susah mencari mahasiswa yang punya keinginan dan suka dengan debat. Karena itu, mulai tahun ini, kami dari tim MMSA (Muhammadiyah Medical Student Activites) UMY sudah mulai membuat English Debate Club, untuk menjaring mahasiswa PSIK yang suka dan ingin belajar tentang debat. Agar ke depannya saat ada lomba debat seperti ini, mereka sudah siap dan punya bekal cukup untuk menghadapinya,” pungkasnya. ​

UMY Adakan Donor Darah

$
0
0

IMG_2248

Dalam rangka miladnya yang ke-34 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menyelenggarakan serangkaian acara bagi civitas akademik dan masyarakat sekitarnya. Salah satu rangkain acara tersebut seperti Bakti Sosial yang mencakup donor darah, penerjunan ke masyarakat untuk melatih keterampilan bahasa asing, dan pemberian sembako. Pada hari ini, Sabtu (14/3) UMY berkesempatan melakukan donor darah yang diikuti oleh kalangan civitas akademik UMY dan masyarakat sekitar.

Donor darah yang diselenggarakan hingga pukul 15.00 wib ini, hingga siang tadi sudah 70 peserta yang mendaftarkan dirinya sebagai pendonor, dan diprediksi masih akan bertambah banyak lagi. Salah seorang panitia penyelenggara, Milla mahasiswi Fakultas Pendidikan Bahasa (FPB) mengatakan, kegiatan donor darah ini dimulai sejak pukul setengah 9 pagi. “Sebelumnya, kami sudah memberikan pengumuman lewat pamflet dan leaflet pada semua civitas UMY dan masyarakat sekitar sini agar mendaftarkan dirinya menjadi pendonor. Dan hingga saat ini sudah ada 70 pendonor,” ujarnya.

Milla juga mengatakan jika kegiatan donor darah tersebut juga terselenggara berkat kerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Jogja. Darah yang sudah didonorkan pun nantinya akan disetorkan pada pihak PMI Kota Jogja. “PMI itu kan pastinya selalu membutuhkan darah untuk bisa didonorkan pada orang lain yang membutuhkan. Jadi nanti semua darah yang sudah terkumpul akan langsung diserahkan pada PMI Kota Jogja, agar kita juga bisa ikut membantu mereka,” ungkapnya.

Selain itu, menurut Milla, para peserta yang telah mendonorkan darahnya akan mendapat bingkisan dari pihak UMY dan PMI. Bingkisan tersebut berupa makanan dan vitamin. Tak hanya itu, panitia pun telah menyiapkan beberapa doorprize yang akan diberikan pada pendonor yang beruntung. “Doorprize yang kami berikan seperti barang-barang kebutuhan mahasiswa, karena kebanyakan yang menjadi pendonor adalah mahasiswa. Kemudian juga ada selimut, kipas angin, rak sepatu, dan rice cooker,” katanya.

Adapun para peserta donor darah ini merupakan peserta yang lolos uji persyaratan yang diberikan oleh pihak PMI Kota Jogja, seperti sehat, berat badan minimal 50 kg, umur di atas 17 hingga 60 tahun (umur di atas 60 tahun bisa donor jika sudah rutin donor darah), tekanan darah distolik 110/70 mmHg dan sistolik 160/100 mmHg. Kemudian tidak minum obat selama lima hari terakhir, tidak menderita sakit darah rendah, darah tinggi, diabetes, jantung, liver, Hepatitis B, C, Shypilis, HIV, dll, dan bagi wanita tidak sedang dalam masa menyusui atau menstruasi.

Sementara itu, dua kegiatan bakti sosial lainnya, yakni penerjunan ke masyarakat dan pemberian sembako akan dilakukan pada waktu berbeda dengan penanggungjawab yang berbeda pula. Jika pada kegiatan donor darah ini yang menjadi penanggungjawabnya mahasiswa dan dosen Fakultas Pendidikan Bahasa (FPB), maka untuk dua kegiatan lainnya akan dipegang oleh FPB, Fakultas Agama Islam (FAI), dan Fakultas Ekonomi (FE).

Viewing all 3507 articles
Browse latest View live