Quantcast
Channel: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Viewing all 3507 articles
Browse latest View live

Respon Uni Eropa Terhadap Gelombang Krisis Migran Suriah

$
0
0

IMG_9955 (1)

Beberapa minggu belakangan ini, krisis migran dari berbagai negara Timur Tengah yang berpindah ke Eropa menjadi isu yang hangat untuk diperbincangkan. Krisis tersebut terjadi akibat datangnya hampir satu juta pencari suaka (asylum seekers.,red) dari berbagai Negara yang sedang mengalami konflik seperti di Suriah, Afganistan, Libya, dan Irak ke Negara-negara Eropa. Diperkirakan gelombang migran akan terus berlanjut seiring dengan belum menentunya kondisi keamanan negara-negara di Timur Tengah akibat krisis politik dan juga ancaman keamanan.

        Krisis migran yang terjadi saat ini, sebenarnya berdasarkan data UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) telah berlangsung sejak tahun 2014. Jumlah pencari suaka pada tahun 2014 lebih besar 1,5x lipat dari jumlah tahun 2013. Hal ini diakibatkan kondisi ketidakstabilan di Suriah, maupun di negara-negara Timur Tengah lainnya. Kenaikan jumlah pencari suaka pada tahun 2014 sebesar 24% yaitu sejumlah 216.300 orang. Sedangkan pada tahun 2015 meningkat tajam hingga 5 kali lipat.

        Dosen Hubungan Internasional, Sugito, S.IP, M.Si, menyampaikan hal tersebut dalam forum diskusi Ilmiah yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Perdamaian dan Humaniter Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang berlangsung di ruang sidang Fisipol pada Kamis, (15/10). Dalam pemaparannya, Sugito menjelaskan, pada awal mula pembentukan Uni Eropa memang tidak didesain untuk menghadapi permasalahan migrasi seperti yang terjadi saat ini. “Mekanisme Uni Eropa dalam menghadapi permasalahan migrasi baru benar-benar dijalankan ketika muncul Traktat Maastricht 1993 yang juga menjadi dasar hukum berdirinya Uni Eropa. Salah satu pilar kerjasama baru yang muncul dari traktat tersebut adalah kerjasama yang dalam menghadapi permasalahan suaka yang tidak mengikat seluruh anggota Uni Eropa,” paparnya.

            Terkait dengan permasalahan migran saat ini, Sugito menjelaskan, sikap Uni Eropa dalam merespon gelombang migran tersebut, terjadi pertentangan diantara negara-negara anggota. Pertentangan tersebut terkait dengan kebijakan kuota pengungsi antar negara dan juga beberapa penolakan oleh negara-negara anggota seperti Hungaria, Polandia, Swedia, Denmark, dan juga Slovakia. “Dari beberapa negara yang menolak para imigran tersebut, Jerman menjadi negara terbesar penerima gelombang migrasi hingga 5 kali lipat dari perkiraan sebelumnya,”jelasnya.

            Sugito kembali menjelaskan, selain adanya imigran memberi dampak bagi krisis kemanusiaan, di satu sisi juga memberi berkah bagi kemakmuran negara-negara Eropa, terutama negara pemberi suaka. Berkah ini akan didapat dalam jangka panjang terkait dengan pemenuhan rasio ketenagakerjaan dimasing-masing negara dan juga penerimaan pajak. Jika mengambil contoh negara Jerman yang merupakan negara pemberi suaka terbanyak, Jerman telah belajar dari masa lalu saat terjadi migrasi secara besar-besaran pada tahun 1950-an. “Saat terjadi migrasi besar-besaran tersebut, Jerman mampu mendongkrak perekonomian. Kondisi ini disebabkan karena seperlima penduduk di Jerman di atas usia 65 tahun, pertambahan penduduk serta populasi produktif sangat rendah. Akan tetapi lowongan pekerjaan cukup tinggi, sehingga Jerman mengalami kekurangan tenaga kerja,”ungkapnya.

            Meskipun Jerman telah memikirkan investasi jangka panjang, namun menerima para imigran secara besar-besaran tersebut sangat riskan. Potensi tenaga kerja terkait dengan latarbelakang sosial dan ketrampilan migran masih dipertanyakan. Apabila mereka mampu cepat beradaptasi secara sosial dan mudah terserap dalam lapangan pekerjaan, maka akan menguntungkan gerak aktivitas ekonomi Jerman. Namun apabila sebaliknya, maka justru akan menyebabkan permasalahan sosial. “Potensi akan menjadi permasalahan sosial semakin besar mengingat para imigran di Eropa karena mendapat tekanan di negara asalnya, sehingga besar kemungkinan tidak memiliki kemampuan yang memadai,” jelas Sugito.

           Sementara itu, Masyitoh Annisa Alkatiri, MA mengatakan, krisis pengungsi di Eropa terjadi karena adanya faktor keamanan yang tidak kunjung tercapai disebabkan perang saudara terus terjadi di negara tersebut. Banyaknya pengungsi yang menjadi korban dalam upaya migrasi besar-besaran dari negara mereka yang berdampak peperangan ke negara yang menurut mereka adalah tanah pengharapan. “Krisis terjadi karena adanya negara gagal yang tidak dapat memenuhi keinginan rakyat. Rakyat merasa ditekan, adanya ancaman keamanan dan kematian. Sehingga krisis imigran akan terus terjadi jika akar permasalahan tidak terpotong,” ungkap lulusan S2 Internastional Security Birmingham University, UK.

        Masyitoh menambahkan, krisis migrant akan menjadi tantangan bagi Eropa atau bahkan dapat memperpecah Uni Eropa. Kondisi saat ini adalah krisis yang sangat kompleks dan terburuk setelah perang dunia kedua. Krisis migran yang menimpa Eropa merupakan buah dari ketidaknyamanan dan ketidakstabilan negara-negara Timur Tengah. “Untuk menangani krisis migran di Eropa, harus ada kerjasama yang baik dalam kerjasama Uni Eropa. Penolakan dan penerimaan migran juga sangat terkait dengan pertimbangan ekonomi dan dampak sosial bagi negara-negara anggota,” jelasnya


Mahasiswa UMY Raih Medali Emas di PIMNAS ke 28

$
0
0

IMG_0058

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali mendapatkan penghargaan yang membanggakan di PIMNAS (Pekan Ilmiah Nasional) ke 28 yang telah diselenggarakan di Universitas Halu Oleo, Kendari sejak tanggal 5-10 Oktober lalu. Peraihan medali emas tersebut di dapatkan oleh kelompok PKM-M (Pengabdian Masyarakat) dengan judul Gadis Qur’an “Sanggar Dismenore dengan Relaksasi Murrotal Qur’an dalam Rangka Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja Desa Tlogo.

Seperti diungkapkan Zerlinda Ghassani, salah satu anggota PKM Gadis Qur’an ketika ditemui di BHP pada Kamis (15/10) menjelaskan, peraihan medali emas yang timnya dapatkan tersebut merupakan peraihan kategori presentasi. “Untuk PIMNAS kali ini terdapat 2 kategori perlombaan yang dinilai, yaitu dari kategori presentasi dan poster. Alhamdulillah kami berhasil meraih medali emas untuk kategori presentasi dengan mengalahkan ratusan peserta lainnya yang terdiri dari berbagai universitas yang ada di Indonesia,” ungkapnya.

Ditambahkan Zerlinda, perjuangan dan proses untuk meraih medali emas bagi timnya sangatlah panjang, mulai dari persiapan fisik dan juga mental dalam mempersiapkan ajang kompetisi nasional tersebut. “Berbagai persiapan dan proses panjang telah kami lalui untuk mempersiapkan kompetisi ini, mulai dari latihan presentasi yang rutin kami lakukan setiap harinya, dan juga latihan fisik,” tambahnya.

Helena mengungkapkan, tujuan dari dibentuknya sanggar tersebut  ialah untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri, khususnya di Desa Tlogo, mengenai kesehatan reproduksi wanita. Selain itu juga untuk meningkatkan kemampuan remaja putri dalam penanganan dismenore saat menstruasi. “Tujuan terbentuknya sanggar dismenore selain sebagai edukasi, yaitu untuk alternatif terapi penanganan non farmakologi bagi perempuan penderita dismenore yang mengalami ketidaknyamanan ketika sedang mengalami menstruasi, dengan metode murrottal Qur’an,” ungkapnya.

Program PKM yang beranggotakan Hafidha Fatma Sari,  Zerlinda Ghassani, Helena Widyastuti, Indri Lestari, dan Inggrid Selviana tersebut memilih metode murrottal Qur’an sebagai salah satu media penanganan dismenore yaitu karena murottal (mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan tartil) dapat memberi ketenangan jiwa bagi pendengarnya. Selain itu, lantunan Al-Qur’an secara fisik mengandung unsur suara manusia, dan suara manusia merupakan instrument penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau. ”Suara dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon endorphin alami, meningkatkan perasaan rileks, mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernapasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Sehingga kami menggunakan metode murrottal Qur’an sebagai salah satu medianya,” tuturnya. (Adam)

Tim Tapak Suci UMY Raih Juara Umum 2 di Ajang Airlangga Cup

$
0
0

IMG-20151016-WA0007

Prestasi membanggakan kembali ditorehkan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melalui Tim Tapak Suci UMY, yang berhasil meraih Juara Umum 2 dalam ajang Airlangga Championship Tapak Suci National Open Cup 2015. Tapak Suci UMY menurunkan 22 atlet terbaiknya dalam ajang yang diselenggarakan sejak tanggal 11-15 Oktober di Universitas Airlangga tersebut. Peraihan medali yang di dapatkan oleh Tapak Suci UMY yaitu terdiri dari 4 medali emas, 4 medali perak, dan juga 4 medali perunggu, dengan peraihan medali tersebut, Tapak Suci UMY meraih Juara Umum 2, mengalahkan Tim Tapak Suci dari universitas-universitas lainnya. Hal tersebut diungkapkan Atok Susanto, selaku ketua UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Tapak Suci UMY, ketika dihubungi BHP pada Jumat (16/10).

Seperti diungkapkan Atok, Tim Tapak Suci UMY mengikuti 14 kelas pertandingan, yang terdiri dari 9 kelas kategori tanding, dan 5 kelas kategori seni. Sedangkan dari kedua kategori tersebut, yang berhasil meraih medali yaitu kategori tanding putra dengan peraihan 1 medali emas, 3 perunggu, dan 1 perak, untuk tanding putri mendapatkan 1 medali emas, dan 1 perunggu, sedangkan untuk kategori seni putra berhasil meraih 1 medali emas, 2 perak,  dan kategori seni putri meraih 1 emas, dan 1 perak. “Alhamdulillah dari kedua kategori yang ditandingkan kami berhasil meraih medali emas, perak, maupun perunggu, dari 14 kelas yang kami ikuti,” ungkapnya

Persiapan telah dilakukan Tim Tapak Suci UMY sejak bulan Agustus lalu, persiapan tersebut terdiri dari persiapan fisik dan juga mental. “Untuk persiapan sendiri kami rutin melakukan latihan fisik sebanyak 6 kali selama seminggu, selain fisik latihan mental pun turut kami persiapkan sebagai bekal dalam pertandingan, “ ucapnya.

Kompetisi tersebut sudah diikuti Tim Tapak Suci UMY sejak 2 tahun yang lalu, pada tahun 2013 Tapak Suci UMY berhasil menjadi juara umum, dan pada tahun 2014 meraih juara umum 2. “Kami mengikuti kompetisi ini bukan untuk yang pertama kalinya, melainkan tahun ini sudah ketiga kalinya kami mengikuti, dan kami berharap tahun-tahun berikutnya Tapak Suci UMY kembali dapat mendapatkan hasil yang terbaik, baik pada kompetisi serupa maupun kompetisi-kompetisi Tapak Suci Nasional lainnya, “ tutupnya.

Guangzhou Ajak Kerja Sama Dalam Pendidikan Dengan UMY

$
0
0

IMG_9982

Kerja sama Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam hal pendidikan dan sosial budaya dengan beberapa Universitas di luar negri sudah berjalan dengan sangat lancar. Jika sebelumnya UMY sudah menjalankan kerja sama student exchange dengan Cina dan Hongkok dan sudah berjalan hampir 3 tahun, maka kali ini UMY berencana untuk menjalin kerja sama dengan Universitas yang ada di Guangzhou. Rencana kerja sama ini dimulai dengan kunjungan yang dilakukan oleh Herbhayu A. Noerlambang A.S selaku Konsul dari Consulate General of The Republic of Indonesia Guangzhou dan Icuk Rangga Bawano SH., SE., M.Si., MH., Ak., CA selaku dosen di Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) ke UMY. “Tujuan kami ke sini ingin menjalin kerja sama dengan UMY, kebetulan informasi tentang UMY kita dapat dari temen di sana, karena kebetulan juga saya ke Indonesia jadi sekalian saja saya berkunjung ke sini, “ terang Herbhayu A. Noerlambang A.S, saat menjelaskan tujuan kedatangannya pada hari Jumat (16/10) di Ruang Rektorat UMY.

Bhayu menjelaskan, bahwa Consulate General of The Republic of Indonesia Guangzhou ini masih di bawah Konsultan Jendral Republik Indonesia (KJRI Guangzhou) namun dalam hal anggaran kami tetap independent. Saya di sini bekerja sebagai konsultan yang hanya menangani sosial dan budaya saja. Kebetulan ada 3 program utama yaitu, pendidikan, dan kebudayaan. Untuk program yang kami tawarkan di sini kami ingin mengajak UMY untuk menjalin kerja sama dalam bidang pendidikan dengan Universitas yang ada di Guangzhou. Untuk program pendidikan kami menawarkan dalam hal beasiswa, pertukaran pelajar, dan pertukaran dosen tamu, “ jelasnya.

Ada beberapa fasilitas yang disediakan, lanjutnya, di Guangzhou sendiri sudah ada beberapa fasilitas untuk mendukung pertukaran mahasiswa. Guangzhou mungkin lebih berkeinginan untuk pertukaran mahasiswa dalam hal bahasa, karena ada beberapa Universitas yang memiliki prodi bahasa Indonesia. Bahkan ada pelatihan bahasa Indonesia yang tersebar di beberapa daerah di sana. Selain itu, kami juga ada Pusat Studi Asia Tenggara, “ lanjutnya.

Menurut data, pertukaran pelajar memang sudah banyak sekali, hampir setiap gelombang ada 200 mahasiswa yang student exchange ke Univeristas di Guangzhou. “Tugas kami di sini hanya sebatas menjebatani UMY dengan Universitas di Guangzhou jika ingin menjalin kerja sama. Nanti UMY kami beri kesempatan untuk memilih universitas mana yang akan dipilih UMY untuk melakukan kerja sama sesuai dengan keinginan dari UMY, nanti kami yang akan menghubungkan ke Universitas yang dipilih. Selain itu, kami juga sebenarnya membuka peluang dalam hal research collaboration untuk prosedurnya tidak susah, yang penting ada persetujuan dari kedua belah pihak. Kalau mau ada MOU bisa belakangan, “ terangnya.

Untuk UMY sendiri sudah menjalin kerja sama dengan Cina sudah cukup lama, tapi UMY masih ingin memperluas hubungan lagi. “Bentuk kerja sama yang sudah-sudah dilakukan itu masih sebatas student mobility, pertukaran dosen, international conference, dan research collaboration. Dari ke semuanya sudah ada masing-masing Universitas yang berjalan lancar apalagi dalam hal student exchange sudah banyak tersebar di beberapa negara. Tapi, ada beberapa hal yang inginkita wujudkan lebih kepada dalam hal industry. Banyak mahasiswa yang ingin magang di luar negri khususnya dalam bidang industry, “ jelas Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A.

Prof. Bambang berharap kerja sama ini dapat menjalin silaturahmi, sehingga banyak pelajar Indonesia yang semangat untuk bersekolah di luar negri khususnya untuk mahasiswa UMY agar lebih bersemangat lagi menuntut ilmu di negara lain. Selain itu, kerja sama ini juga dapat memberikan banyak tempat atau ruang untuk mahasiswa belajar, “ harapnya.

 

Mahasiswa IGOV UMY dan Mahasiswa Amerika Lakukan Bersih-Bersih Pantai

$
0
0

DSCN0012Mahasiswa International Program of Governmental Studies (IGOV-UMY) dan mahasiswa dari Amerika pada Jum’at (16/10) melakukan kegiatan bersih-bersih pantai dengan cara memungut sampai yang berserakan di sepanjang bibir pantai Baru Bantul. “Kita menghususkan untuk pemungutan sampah plastik, ini sebagai bentuk edukasi ke mahasiswa, karena sampah plastik itu tidak bisa diurai oleh tanah, baru akan terurai dalam jangka waktu puluhan tahun” jelas Rechel, pembimbing dari mahasiswa Amerika.

Selain sebagai bentuk edukasi, kegiatan tersebut juga sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan di sekitar pantai Baru, mengingat objek wisata tersebut semakin berkembang setiap harinya akan tetapi masih banyak sampah-sampah yang berserakan di atas pasir. “Kami sangat bersyukur bisa dibantu untuk membersihkan sampah di sini, mengingat kami sedang mengembangkan program eko-wisata, akan tetapi masih sulit mengelola lingkungan di sini, masih banyak wisatawan lokal yang dengan seenaknya membuang sampah di atas pasir,” jelas mbah Mun, tokoh masyarakat dan pengelola pantai baru.

Kegiatan bersih-bersih tersebut, diikuti oleh 11 mahasiswa IGOV dan 11 Mahasiswa Amerika, masing-masing peserta berpasangan dengan membawa satu kantong sampah. Salah seorang mahasiswa Amerika, Isabel Enrichio, menyampaikan kebahagiannya bisa turut serta dalam bersih-bersih sampah tersebut.
Menurutnya, sebelum mengikuti kegiatan ini Isabel tidak pernah peduli dengan kantong-kantong plastik yang sering digunakannya saat berbelanja di mini market-mini market sekitar Chicago tempat dimana dia tinggal, tetapi setelah mengetahui betapa sulitnya plastik diurai, maka penting untuk mengelola sampah plastik di rumah atau penting untuk tidak menggunakannya sama sekali dengan cara membawa tas dari rumah saat berbelanja. “It is important for us to manage all of plastic litters and it is better to reduce plastic bag in our daily life,” jelasnya.

Kegiatan bersih-bersih plastik ini merupakan bagian dari kegitan partnership antara mahasiswa IGOV-UMY dengan mahasiswa Amerika selama Tiga minggu di Yogyakarta, dimana 13 dari mahasiswa Amerika berpasangan dengan 13 Mahasiswa IGOV-UMY untuk bertukar iniformasi dan mengekplorasi wawasan seputar kebudayaan Indonesia. Diharapkan dari kegiatan partnership ini mampu menjadi cara untuk semakin meng-internasionalisasikan mahasiswa-mahasiswa IGOV dalam pergaulan yang lebih luas dengan jejaring pertemanan yang tidak terbatas.

Kiprah Rahmawati Dalam Bidang Kemanusiaan Terbilang Unik

$
0
0

IMG-20151020-WA0007

Nama Rahmawati Husein, MCP, Ph.D mungkin sudah tak terdengar asing lagi di kalangan akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Dosen Ilmu Pemerintahan (IP) UMY ini sudah tak terhitung lagi kontribusi dan kiprahnya di dunia pendidikan UMY, termasuk dalam organisasi Muhammadiyah. Selain memberikan kontribusi keilmuan melalui keaktifannya mengajar, ia juga aktif sebagai Wakil Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sejak tahun 2010 hingga sekarang.

MDMC ini merupakan lembaga yang bergerak dalam misi kemanusiaan dan didirikan dengan tujuan untuk membantu sesama yang menjadi korban bencana. Dengan keikutsertaannya pada lembaga MDMC ini jelas terlihat bahwa, dosen IP yang telah mengajar di UMY sejak tahun 1997 ini memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Tak heran jika ia kemudian mendapat kehormatan untuk menjadi salah satu panelis mewakili Indonesia dalam “High Level Panel Debate” yang diadakan oleh International Committee of The Red Cross (ICRC) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (30/9) lalu. ICRC yang telah diadakan di Gedung General Assembly, United Nation tersebut mengangkat tema kemanusiaan yang bertemakan “Uniting Around The Principal of Humanity”. Selain itu, Rahwamati juga baru saja mendapatkan penghargaan sebagai salah satu tokoh inspiratif Reksa Utama Anindha dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia.

Kontribusi Rahmawati dalam memperjuangkan misi kemanusiaan tak hanya dikenal oleh dunia luar. Namun kontribusinya tersebut juga telah diakui lebih dulu oleh UMY. Sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Dr. Bambang Cipto, M. A selaku Rektor UMY yang mengatakan bahwa, selama ini beliau telah banyak membantu kegiatan-kegiatan Muhammadiyah dalam hal disaster management, khususnya saat menangani bencana alam di berbagai tempat. “Karir beliau di dunia disaster management tersebut bermula saat beliau ikut memberikan sumbangsih pada bencana tsunami di Aceh tahun 2004, kemudian gempa di Padang tahun 2009, dan bencana-bencana lainnya yang sering terjadi belakangan ini di Indonesia. Puncaknya adalah ketika beliau di bawah lembaga MDMC membantu saat terjadinya gempa dahsyat yang terjadi di Nepal pada (25/4) tahun 2015. Beliau ini sangat aktif sekali, baik dalam kegiatan disaster management maupun di berbagai konferensi internasional yang berkaitan dengan disaster management. Selain itu dalam berbagai macam kegiatan yang beliau ikuti tak lupa beliau juga mengatasnamakan dirinya untuk UMY dan Muhammadiyah, “ jelasnya.

Keaktifan Rahmawati dalam hal kemanusiaan khususnya dalam disaster management juga memperluas kerja sama UMY dengan Temasek Foundation. Kerja sama ini secara bersamaan juga turut serta memperluas jaringan PP Muhammadiyah. Prof. Bambang pun mengakui jika kemampuan Rahmawati dalam disaster management itu sangatlah kuat, baik itu untuk tingkat nasional maupun internasional. “Kerja sama dengan Temasek Foundation ini berkaitan dengan pelatihan mahasiswa, pelatihan bahasa inggris, pelatihan keperawatan, dan macam lainnya. Saya mengakui kemampuan dan track record beliau dalam disaster managemen dalam tingkat lokal, nasional, maupun internasional sangat kuat,“ tegasnya.

Keberangkatan Rahmawati ke PBB ini menjadi sebuah saksi, bahwa sekalipun ia adalah seorang aktivis perempuan dalam disaster management, namun ia tetap bisa menyampaikan amanah kemanusiaan tersebut pada dunia. Bahkan hingga bisa dikenal dalam tingkat internasional.“Mungkin di Indonesia belum ada yang melebihi kemampuan beliau, untuk itu beliau diberi kehormatan untuk berbicara di forum internasional yang berhadapan dengan beberapa menteri kelas dunia. Saya kira ini merupakan prestasi yang luar biasa, karena yang diundang ke dalam forum tersebut bukan menteri tapi Bu Ama (sapaan akrab Rahmawati, red) yang statusnya sebagai dosen UMY, “ terang Prof. Bambang lagi.

Prof. Bambang pun menambahkan bahwa civitas UMY patut bersyukur, karena memiliki dosen yang mumpuni dalam bidang disaster management, sebab ini masih terhitung sangat langka. “Beliau merupakan dosen yang terus-menerus terlibat dalam hal mitigasi bencana. Beliau juga datang langsung ke tanah bencana yang tentunya jauh dari Jogja bahkan Indonesia, tak heran jika beliau sering mendapatkan penghargaan-penghargaan baik dalam tingkat nasional maupun internasional. Saya kira beliau ini sudah sangat mengglobal dalam bidang disaster management, tentu ini menjadi kebanggan bagi UMY karena beliau masuk dalam keluarga besar UMY,” imbuh guru besar Hubungan Internasional (HI) UMY.

Hal sama pun diungkapkan oleh Ali Muhammad, S.IP., MA, Ph.D selaku Dekan FISIPOL UMY. Ali mengakui jika Rahmawati memang pakar disaster management. Namun ketertarikannya ternyata bukan hanya pada bidang disaster management, tetapi juga pada observation planning. “Bahkan disertasi S3 di Amerika beliau mengambil tentang observation planning atau tata kota. Keaktifan beliau di forum internasional maupun nasional tak usah ditanyakan lagi, karena beliau ini sudah go internasional, misalnya keterlibatan beliau untuk menjadi pembicara dalam berbagai seminar. Kemarin saja sebelum ke PBB, beliau juga baru saja dari Jepang untuk menjadi pembicara di salah satu Universitas di Jepang, “ papar Ali.

Ali juga menyampaikan bahwa bantuan yang diberikan Rahmawati saat membantu sesama yang menjadi korban bencana, bukan saja bantuan materi yang diberikannya. Namun bantuan secara fisik pun ia berikan, dengan cara turun langsung ke lapangan membantu menangani masalah bencana dan korban-korban bencana. ” Kiprah beliau baik dalam hal akademis dan organisasi dalam bidang kemanusiaan ini besar sekali. Kontribusi beliau ini terbilang sangat unik, termasuk saat diberi kepercayaan untuk mewakili Indonesia untuk menjadi speaker tentang kemanusiaan di forum PBB, itu sangat membanggakan. Yang perlu saya tekankan bahwa, beliau ini bukan hanya mengajar dalam hal teori saja tetapi juga mempraktekan teori yang diajarkan, itu merupakan nilai tambah untuk beliau,“ lanjutnya.

Prof. Bambang dan Ali Muhammad berharap, prestasi yang ditorehkan oleh Rahmawati ini bisa menjadi pemicu bagi dosen-dosen lainnya untuk terus mengembangkan kepribadian secara profesional yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. “Selain itu ini menjadi sebuah tuntutan bagi masyarakat kepada kami karena UMY merupakan kampus yang Unggul Islami dan Muda Mendunia. Jadi, kami sangat mendukung semua dosen, baik dosen baru maupun lama atau dosen yang masih muda untuk go internasional.“

Mahasiswa IGOV dan Mahasiswa Amerika Kunjungi Tempat Penangkaran Penyu di Pantai Baru

$
0
0

DSCN0082Yogyakarta (16/10/2015) Dengan semakin terus berkurangnya populasi penyu di lautan, maka menjadi penting untuk memberikan pendidikan bagi generasi muda dalam melindungi binatang tersebut. Hal itu seperti yang dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa International Program of Governmental Studies (IGOV-UMY) dan mahasiswa-mahasiswa Amerika saat mengunjungi tempat konservasi penangkaran Penyu di pantai Baru Bantul Yogyakarta, Jum’at (16/10).

Bertemu secara langsung dengan Komunitas Muda Penangkar Penyu, pantai Baru, mahasiswa IGOV dan mahasiswa Amerika mendapatkan penjelasan bagaimana proses penangkaran Penyu dilakukan sampai menetas, untuk kemudian dalam usia relatif muda, Penyu-Penyu itu akan dilepas ke lautan. “Setelah menetas, penyu-penyu ini tidak dibiarkan lama, tetapi langsung di lepas, untuk menjaga karakter ke-alamiannya,” jelas Mbah Munawir, tokoh yang mendampingi komunitas penangkar.

Di dalam diskusi yang dilakukan dengan Komunitas, seorang mahasiswa Amerika, Kate, menanyakan bagaimana Penyu-Penyu yang dilepaskan ke lautan itu bisa terdeteksi, apakah masih hidup dan berkembang biak atau tidak. Mbah Munawir kembali menjelaskan bahwa, Penyu-Penyu yang dilepas di pantai Baru, sebelum dilepas diberi penanda dengan kode konservasi Indonesia di sayapnya, sehingga apabila ditemukan di Australia atau di daerah Indonesia Timur oleh penangkar dan komunitas peduli Penyu lain, maka Penyu-Penyu tersebut akan mudah terdeteksi pemantauannya. “Walaupun sampai saat ini kita masih belum pernah mendapatkan konfirmasi itu, tapi dengan adanya kode penanda itu, Penyu yang kita lepas apabila bermigrasi ke daratan tertentu bisa terdeteksi keberadaannya,” tegas mbah Munawir.

Dengan melihat secara langsung Penyu-Penyu yang siap untuk dilepas ke pantai mahasiswa-mahasiswa dari Amerika sangat antusias untuk memegang anak-anak Penyu tersebut. Menurut Kate, mahasiswa asal Amerika, Penyu harus benar-benar dilindungi dengan mengembalikannya ke habitat asalnya, lautan lepas. Maka penting bagi generasi Muda, baik di Indonesia maupun Amerika, untuk memiliki kepedulian terhadapnya, sehingga keberadaan penyu akan terus terjaga untuk bisa diketahui oleh generasi-generasi berikutnya.

Sementara bagi mahasiswa IGOV sendiri, merasa bangga bisa memperkanlkan dan menjadi fasilitator bagi mahasiswa Amerika untuk lebih mengetahui bagaimana konservasi Penyu dilakukan secara rill di Indonesia. “Ini kesempatan bagi kita, untuk memperlihatkan kepada mereka (Mahasiswa-mahasiswa Amerika), bagaimana Penyu itu dirawat sebelum di lepas ke lautan. Karena notabene, mereka, teman-teman Amerika itu, adalah anak-anak kota yang jarang bersentuhan dengan dunia luar dan masih natural, seperti yang kita miliki di Jogja dan Indonesia,” jelas Adibah, mahasiswi IGOV semester Lima tersebut.

Wisudawan UMY asal Australia Lulus Kuliah 1 Tahun 6 Bulan

$
0
0

IMG_0129Michael Ryan York, M.HI yang merupakan mahasiswa program Magister Hubungan Internasional (MHI) menjadi satu-satunya wisudawan yang lulus dari jurusan tersebut dengan predikat cumlaude. Mahasiswa asal Australia tersebut berhasil lulus dengan predikat cumlaude dengan IPK 3,93. Lebih dari itu, Michael berhasil lulus dari program magisternya yang hanya butuh waktu 1 tahun 6 bulan.

Sebagai mahasiswa asing yang lulus dengan predikat terbaik tersebut tentu memiliki berbagai kendala selama menempuh studi di UMY. Seperti yang dikatakannya, bahasa Indonesia termasuk bahasa yang beragam seperti penggunaan bahasa gaul yang tidak ada dalam kamus bahasa Indonesia. “Meskipun saya belajar bahasa Indonesia satu tahun sebelumnya, namun itu semua tidak cukup karena bahasa Indonesia begitu beragam. Seperti bahasa gaul yang kadang sering digunakan oleh teman-teman saya sehingga saya agak rumit memahaminya,” ungkapnya saat ditemui disela-sela prosesi acara wisuda di Sportorium kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada, Sabtu (17/10).

Untuk melanjutkan program master di UMY, Michael mengaku mendapatkan beasiswa dari pemerintah Australia. Program beasiswa tersebut yaitu beasiswa Australia Asia Award yang merupakan beasiswa diberikan bagi mahasiswa Australia yang ingin menuntut ilmu ke Asia, maupun mahasiswa Asia yang mau belajar ke Australia. Michael menjelaskan, program beasiswa tersebut diberikan sekitar 400 beasiswa per tahunnya.
Selain itu, Michael kembali mengungkapkan, supaya dalam proses pembelajaran dapat diikuti dengan mudah, terdapat cara khusus yang sering dilakukan oleh Michael agar apa yang dikatakan oleh dosen mudah dipahami. “Ketika kuliah terkadang saya kurang memahami dengan bahasa Indonesia. Agar apa yang dikatakan dosen membuat saya mengerti untuk dipelajari lagi, saya harus merekam semua yang dikatakan dosen,” ungkapnya.

Selain terkendala dalam bahasa Indonesia yang beragam, Michael mengaku juga terkendala dalam pengurusan perpanjangan visa. Dalam ungkapannya, Michael mengaku dalam perpanjangan visa membutuhkan uang yang lebih dan terkadang sering berbelit. “Untuk mengurus visa, saya harus memperpanjang setiap sebulan sekali dan perlu membayar 100 dollar dan itu butuh uang yang lebih. Saya kira semua mahasiswa asing di Indonesia juga berpikiran sama dengan hal itu,” tandasnya.

Meskipun demikian, Michael senang belajar di Indonesia terlebih di kampus Islam seperti UMY ini. Alasan Michael mengambil UMY sebagai lanjutan studi S2 nya, Michael mengaku dengan belajar di kampus Islam seperti UMY ini, ia ingin melihat kehidupan dari sisi keseharian para mahasiswa yang memang notabene muslim. “Sebagai mahasiswa yang memiliki keyakinan berbeda dengan kebanyakan mahasiswa di UMY, saya sangat ingin melihat keseharian mahasiswa muslim. Meskipun saya berbeda dalam keyakinan, teman-teman di sini sangat ramah, supel dan terbuka. Selain itu, saya dapat belajar budaya Indonesia, maupun bahasa gaul yang belum pernah saya pelajari. Serta saya juga dapat bertukar pemikiran terkait budaya di Australia,” ungkapnya.

Selain itu, Michael menambahkan di Indonesia biaya pendidikan tergolong murah dan Indonesia merupakan negara yang multirateral. Baginya, Indonesia merupakan negara besar di Asia dan negara kuat karena banyaknya budaya yang dimiliki. “Saya tertarik dengan budaya yang dimiliki Indonesia. Makanya saya ingin mempelajari lebih banyak dengan budaya yang dimiliki oleh negara ini. Warga Indonesia harus percaya diri akan potensi yang dimilikinya. Indonesia harus berbangga karena ada 250 juta penduduk Indonesia yang tersebar. Jika kami ingin menjual produk-produk ke Indonesia, pastinya harus memahami bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sangat berpotensi dijadikan bahasa internasional,” pesannya.

Keberhasilan Michael menjadi wisudawan terbaik tersebut juga tidak terlepas dari hasil penelitiannya. Michael mengambil judul tesis mengenai kasus di Selat Malaka. Michael menggaris bawahi terkait kebijakan pertahanan Indonesia di bawah Presiden Joko Widodo serta dampaknya terhadap ekonomi. Terkait pengambilan judul tesis tersebut, Michael mengaku wilayah Selat Malaka merupakan jalur perdagangan Internasional yang sangat penting bagi negara Indonesia. “Wilayah di Selat Malaka sangat strategis dalam hal keamanan informasi dan komunikasi. Jika terjadi gangguan terhadap selat ini akan menyebabkan kerugian yang sangat besar terhadap perekonomian dan perdagangan antarnegara serta kepercayaan internasional terhadap Indonesia,” jelas Michael. (hevi)


Pelaku Pembakaran Hutan Tidak Pahami Dampak Ekonomi yang Ditimbulkan

$
0
0

Isu asap yang akhir ini ramai diperbincangkan publik merupakan akibat dari pembakaran hutan dan lahan gambut di wilayah Sumatera. Pembakaran dilakukan oleh para oknum-oknum tidak bertanggung jawab dengan tujuan untuk membuka lahan yang kemudian dimanfaatkan untuk pembangunan industri baru. Pembukaan lahan dengan sistem pembakaran hutan dinilai lebih ekonomis oleh para pemilik industri, dibandingkan dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Keterbatasan waktu juga biasanya menjadi salah satu faktor dipilihnya cara pembukaan lahan dengan sistem pembakaran.

Namun yang disayangkan adalah para oknum-oknum tersebut tidak mempertimbangkan dampak yang akan ditimbulkan akibat pembakaran hutan. Terutama dari segi ekonomi yang dapat memberikan efek berkepanjangan sebagai imbas dari timbulnya banyak asap akibat pembakaran hutan. Hal tersebut yang disampaikan oleh Dr. Endah Saptutyningsih,M.Si dalam diskusi umum yang diselenggarakan oleh komunitas GESFID (Group of Economics Students For Future Indonesia Development) pada Sabtu (17/10) di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. “Tahun 2014 kerugian yang disebabkan oleh asap akibat pembakaran hutan ditaksir hingga 1,6 milyar dolar Amerika. Padahal tahun lalu kejadian hanya terjadi 3 bulan dari bulan Februari hingga April,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa tahun ini merupakan bencana asap terbesar dan sangat memungkinkan kerugian ditaksir lebih banyak daripada tahun lalu.

“Penutupan bandara dan pembatalan penerbangan tentu sangat mengganggu berjalannya sistem sosial akibat kabut asap. Dari sektor transportasi juga akan berdampak pada sektor pariwisata,” tambah Dr. Endah. Transportasi yang terganggu akan juga mengganggu datangnya wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang ingin mengunjungi area wisata di daerah Sumatera dan Kalimantan. Hal tersebut tentu berdampak pula pada penurunan pendapatan negara dari sektor pariwisata.

Belum lagi dari sektor produksi barang dan jasa sudah jelas akan mengalami penurunan drastis yang juga ditambah dengan permasalahan kesehatan sumber daya manusianya. Siklusnya adalah pertama pembakaran lahan kemudian berdampak pada kabut asap yang tebal. Kabut asap tersebut kemudian berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar, terutama para pekerja. Di saat kesehatan para pekerja menurun, hal tersebut akan berpengaruh pula pada menurunnya produktifitas kerja mereka, yang kemudian menyebabkan turunnya pula produksi barang dan jasa. Hal tersebut bahkan dapat berdampak pada kerugian yang sangat besar yang ditanggung oleh produsen hingga pada penutupan perusahaan sementara hingga kondisi kembali normal. “Bukan hanya itu saja, dampak juga akan dirasakan oleh masing-masing individu pekerja. Ketika produktivitas kerja mereka menurun, tentu akan berpengaruh pada pendapatan pribadi mereka,” tutur Dr. Endah.

Dampak ekonomi yang disebabkan oleh bencana asap memang sangatlah besar, terutama dengan penanganan yang sangat lambat oleh pihak pemerintah. Dewi Nurul Mustjari,S.H.,M.Hum selaku dosen Fakultas Hukum UMY menyatakan lambatnya penanganan tersebut juga merupakan bentuk dari kebijakan pemerintah yang bermasalah. Undang-undang terkait perusakan lingkungan sudah lama dibuat, seperti UU No.23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dan UU No.18 Tahun 2004 tentang Perkebunan. “Rata-rata upaya pemerintah sudah sangat maksimal, namun hanya saja bentuknya dalam konsep dan tulisan. Sedangkan yang menjadi kendalanya adalah pelaksanaannya yang banyak tersendat,” tutupnya. (Deansa)

Dosen UMY Raih Penghargaan Tokoh Inspiratif dari BNPB

$
0
0

IMG-20151020-WA0007

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali bangga atas prestasi yang dimiliki oleh salah seorang dosennya dari program studi Ilmu Pemerintahan, Rahmawati Husein, MCP, Ph.D. Sebelumnya, Rahmawati berhasil menjadi salah satu panelis asal Indonesia dalam “High Level Panel Debate” yang diselenggarakan oleh International Committee of The Red Cross (ICRC) Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Keberhasilan tersebut mengantarkan Rahmawati menjadi salah satu tokoh inspiratif Reksa Utama Anindha dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di Solo, Sabtu (17/10) malam.

Penghargaan BNPB yang diberikan bagi sejumlah orang dan lembaga yang peduli terhadap penanganan penanggulangan bencana. Pemilihan Tokoh Inspiratif yang diberikan oleh BNPB tersebut, Rahmawati mengungkapkan, dalam melakukan seleksi tersebut dilakukan berdasarkan usulan dari berbagai pihak, seperti dari lembaga masyarakat maupun lembaga internasional. “kurang lebih ada sekitar 400 nominator, namun yang dipilih hanya 6 orang dan dua lembaga. Dalam pemilihannya, saya bertindak sebagai pakar bencana UMY sekaligus wakil ketua MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center, red),” ungkapnya.

Sebagai wakil MDMC, Rahmawati telah banyak menyumbangkan untuk Indonesia dalam bidang kemanusiaan. Seperti yang diungkapkan, setelah 10 tahun terakhir ini bergabung dengan lembaga kemanusiaan Muhammadiyah (MDMC), Rahmawati telah banyak ikut serta dalam forum Internasional. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Rahmawati terpilih mewakili Indonesia melalui MDMC ditingkat PBB. “MDMC termasuk paling responsive dalam tanggap bencana. Hingga ditahun 2013 dan 2014 MDMC telah dua kali mendapatkan penghargaan di ajang PBB,”jelasnya.

Selain itu, dalam konstribusi untuk masyarakat Internasional sendiri, Rahmawati menjadi salah satu LO (Liaison Officer) dari Indonesia dengan memberikan bantuan kemanusiaan pasca gempa di Nepal selama 3 minggu. Pada tahun 2016 nanti Rahmawati turut menjadi salah satu peserta dari Indonesia dalam pertemuan puncak pada 24-26 Mei di Istanbul, Turki.

Untuk menjadi salah satu tokoh inspiratif tersebut, Rahmawati kembali menegaskan bahwa tidak ada cara khusus menjadi seorang tokoh inspiratif. “Komitmen dari MDMC sendiri merupakan bagian dari konstribusi lembaga kemanusiaan untuk Indonesia. Selain itu konsisten dengan apa yang dilakukan, dan dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dalam melakukan suatu pekerjaan harus sesuai passion, karena jika dilakukan dengan kemampuan dan kesukaan akan enak dan ikhlas dalam menjalaninya,” ungkapnya.

Rahmawati kembali menambahkan, mendapatkan sebuah penghargaan bukanlah tujuan. Sebagai seseorang yang bekerja di lembaga kemanusiaan, kuncinya harus ikhlas dan sungguh-sungguh. Terlebih di lembaga kemanusiaan dalam melakukan pekerjaannya dilakukan dengan sukarela. Dalam penuturannya, ikhlas bukan berarti tidak profesional. Untuk menjadi seorang yang profesional harus dengan jalan yang ikhlas. Rahmawati berharap dapat memberikan banyak konstribusi untuk Indonesia, terutama merespon konflik keagamaan maupun kemanusiaan. (hevi)

Tujuan Diplomasi Adalah Untuk Ciptakan Perdamaian Dunia

$
0
0

Diplomasi merupakan suatu alat yang membawa kepentingan negara dalam level tertentu. Dari diplomasi tersebut, sebuah negara akan menghasilkan keputusan kerja sama antar negara untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Oleh sebab itu, perlu adanya penyelesaian agar negara-negara tersebut aman untuk ditinggali. Seperti yang dikatakan oleh Reza Bayu Oktavian Arief S. IP bahwa tujuan dari diplomasi ini adalah untuk menciptakan world peace, artinya dapat mencipatakan rasa aman dan sejahtera untuk masyarakat dunia. Untuk itu perlu adanya gerakan atau tempat yang bisa dijangkau oleh masyarakat luas untuk menyalurkan pendapatnya terkait dengan penyelesaian konflik di negara-negara yang berkonflik. “Melakukan sebuah diplomasi itu perlu adanya keterlibatan dari faktor lain misalnya government yang tentunya memiliki peran peting untuk melakukan diplomasi antar negara, “ terangnya saat menjadi pembicara dalam acara Workshop on Diplomacy and Model United Nations dengan tema “Promoting Diplomacy as a Tool Resolving Future Global Challenge” pada hari Senin (19/10) di AR. Facrudin B Lt.5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Menurut sejarah yang pernah ada, diplomasi pernah ditiadakan oleh suatau negara karena dianggap mementingkan negaranya sendiri bukan untuk kepentingan orang banyak. “Pada Perang Dunia I beberapa aktor yang terlibat gagal melakukan diplomasi sampai menimbulkan Perang Dunia II dan melibatkan banyak aktor yang lebih besar. Secara umum, diplomasi dapat dikatakan sebagai agency room, artinya sebagai mesin atau alat penggerak yang dapat menghubungkan dan mengkomunikasikan antar negara-negara secara global. Sampai akhirnya muncullah sebuah wadah yang berperan untuk melakukan diplomasi yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memiliki peran penting dalam melakukan sebuah diplomasi antar bangsa saat ini, “ jelas alumnus HI UGM ini lagi.

Reza menerangkan, bahwa, ada 9 Multytrack Diplomacy yang biasa dilakukan oleh beberapa negara dalam melakukan sebuah diplomasi. Pertama, Government memiliki peran penting untuk melakukan sebuah diplomasi antar negara karena Government memiliki kekuasana dalam suatu negara tersebut. Kedua, Non Government, karena terkadang keterlibatan mereka menjadikan sebuah kesepakatan yang lebih besar. Ketiga, Bussines, biasanya bisa dilakukan dengan membuat sebuah perjanjian perdagangan misalnya jual beli dan bisa dilakukan dengan cara bernogosiasi. Keempat, Private Citizen, meskipun mereka tidak ada di sebuah forum, mereka akan menggerakkan diri mereka sendiri untuk melakukan sebuah diplomasi.

Kelima, lanjutnya, Researcher, pusat studi ini juga memiliki peran untuk melakukan sebuah diplomasi. Misalnya mereka bertugas untuk memprediksi angka kemiskinan atau angka kecelakaan, tentu ini sangat diperlukan. Keenam, aktifis, saat ini sudah banyak sekali aktifis-aktifis yang muncul dan membuat gerakan-gerakan world peace. Ketujuh, Badan Amal atau Founding Rising, ini bisa menjadi sebuah alat untuk berdiplomasi karena sejatinya setiap negara akan butuh bantuan dari negara-negara lain sekalipun itu negara super power. “Kedelapan, Tokoh Agama, tokoh agama juga memiliki peran penting dalam hal berdiplomasi, karena ini bisa menjadi sebuah cara untuk menyelesaikan konflik agama. Dan terakhir yang kesembilan, communication & media, jangan pernah remehkan ini, mass media ini memiliki perang penting untuk membentuk opini publik. Karena tugas dari media sendiri yaitu untuk memberikan informasi kepada masyarakat, contoh organisasinya adalah International Monitoring Found (IMF), “ jelasnya.

Tentunya sebuah diplomasi ini ada hubungannya dengan International Assosiation, karena ini sebuah wadah untuk mempertemukan antar negara untuk berdiplomasi dan berkomunikasi. “Jika tidak ada International Assosiation, diplomasi tidak akan berjalan dengan lancar. Salah satu International Assosiation adalah PBB. Pembentukan yang pertama kali dibentuk oleh PBB adalah dewan keamanan PBB, karena ketika itu isu yang sering muncul karena masih banyaknya negara berkonflik. Setelah itu muncullah organisasi-organisasi lain yang ada di PBB guna menyelamatkan dunia. Jika ditarik kesimpulan, sudah terlihat jelas benang merahnya, bahwa ini menjadi sebuah alat bagi mahasiswa untuk menyalurkan pendapatnya terkait dengan isu global dalam forum internasional yang resmi. Semua orang bisa menyalurkan idenya untuk tujuan yang sama yaitu “World Peace,” tutupnya.

KKN UMY Lakukan Kaderisasi Pemuda di Sebatik

$
0
0

PicsArt_1444383815558Kesuksesan 29 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dalam melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri. Pengalaman baru dan lingkungan baru menjadi sebuah pelajaran yang sangat berarti bagi mereka, apalagi bisa mebimbing masyarakat di sana dalam mengembangkan potensi di Pulau Sebatik. “Ada 2 desa yang kita dampingi selama 2 bulan di sana, yaitu Aji Kuning dan Maspul, kedua desa tersebut memiliki potensi yang sangat baik. Baik potensi Sumber Daya Alam ataupun Sumber Daya Manusianya. Dari ketiga program yang terdiri dari pendidikan, ekonomi kreatif, dan penguatan karakter pemuda berbasis moral dan intelektual telah dilakukan dengan sangat baik. Untuk itu sebelum masa pengabdian kami selesai, kami telah membuat kader-kader untuk melanjutkan program yang kami lakukan, “ jelas Deni Febrian selaku koordinator rombongan KKN UMY saat diwanwancarai pada Sabtu (17/10) di UMY.

Deni menjelaskan, pada program pendidikan ini tidak hanya mencakup untuk anak-anak saja tetapi juga untuk masyarakat umum tak terkecuali pada orang tua dan manula semua diberi pendidikan. “Misalnya untuk Sekolah Dasar kami mengampu SDN 02 Maspul dan SDN Tapal Batas, kami memberikan pendampingan soft skill. Kami mengenalkan budaya Indonesia dari tarian dan lagu daerah sampai sabang dari merauke. Hal yang perlu diketahui adalah semangat nasionalisme mereka itu 2 kali lebih tinggi dari kita yang ada di sini, kekurangannya adalah mereka kurang tahu tentang budaya-budaya Indonesia sehingga kami diperkenalkan kepada mereka. Selain itu kami juga memberikan pengetahuan terkait dengan bahasa Arab dan juga bahasa Inggris, “ jelasnya.

Selain pendidikan kebudayaan, timpal Mahfud selaku koordinator bidang pendidikan, masyarakat umum termasuk anak-anak, orang dewasa, orang tua, dan manula juga dibekali dengan pendidikan agama. “Untuk anak-anak kami mengadakan TPA yang diadakan setiap ba’da ashar, ba’da magrib, dan sebelum pelajaran dimulai di sekolah pun kami adakan ngaji. Yang kami ajarkan bukan hanya sekedar cara membaca al-quran tetapi juga memberikan pengetahuan tentang rukun iman, rukun islam, nama-nama nabi, dan lain-lainnya. Alasannya, karena pengetahuan mereka tentang pendidikan agama sangat kurang, banyak dari anak-anak yang tidak hafal nama-nama nabi atau nama-nama malaikat. Selain itu, bagi anak-anak SMP-SMA kami ajarkan kaligrafi. Untuk orang tua dan manula kami adakan pengajian setiap 2 minggu sekali dan mendatangkan ahli agama,“ jelasnya.

Kemudian untuk program ekonomi kreatif, banyak pula yang dilakukan oleh Deni dan teman-temannya. Sebagaimana diungkapkan Triwahyuni, selaku koordinator bidang ekonomi kreatif. Secara umum, mereka memberdayakan penduduk setempat untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengeksplorasi SDA yang melimpah ke suatu hal yang bisa dikonsumsi atau dijual. “Potensi mereka dalam hal perkebunan durian atau pisang tak perlu ditanyakan lagi. Namun sayangnya, hasil panen durian dan pisang ini hanya diekspor ke negara-negara tetangga dengan harga yang sangat murah. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan perekonomian mereka sekaligus memanfaatkan hasil panen, maka kami memberikan sebuah gagasan baru kepada mereka untuk mengelola hasil panen dan dijadikan cemilan atau makanan khas Sebatik, “ terangnya.

Dari hasil panen di kedua desa tersebut, lanjut Triwahyuni, penduduk desa Aji Kuning dan Maspul diajarkan pula cara membuat dodol pisang, pancake pisang, pancake durian, banana stick, emping biji durian, dan cemilan lainnya. Respon yang positif pun diberikan oleh Bupati Sebatik yang sudah mencoba hasil olahan dari hasil panen tersebut. Mendapat respon positif tidak berarti tidak ada kendala, dengan hasil panen yang melimpah ruah ini sayangnya SDM yang dimiliki nyatanya tak banyak. “Awalnya, kami mengalami kesusahan tapi ada akhirnya kami memberikan motivasi kepada mereka terkait dengan ekonomi kreatif. Masyarakat sangat antusias, bahkan mereka aktif bertanya tentang resep-resep apalagi yang bisa diolah dari hasil panennya,“ lanjutnya.

Selain dalam hal makanan, para pemuda juga diberikan edukasi terkait dengan cara menyablon guna dijadikan buah tangan khas Sebatik. Alasannya, buah tangan khas Sebatik ini belum ada identitasnya, bahkan yang mereka jual ini lebih banyak unsur-unsur Malaysianya. Untuk itu tim KKN UMY ini mengajari para pemuda-pemuda di sana untuk menyablon dan menjadikannya sebagai buah tangan khas Pulau Sebatik. “Namun, disisi lain kami juga mengajarkan remaja-remaja di pulau Sebatik untuk lebih aktif melakukan kegiatan positif. Karena pulau ini menjadi pintu perlintasan kegiatan ekspor dan impor, tak heran dari mereka terjerumus ke arah-arah negatif. Apalagi di tempat ini sering dijadikan sebuah jalan penyelundupan senjata, narkoba, human trafficking, dan lain-lain, maka tak heran jika pemuda di sana banyak yang melakukan hal-hal yang negatif, “ jelas Muamar Irfan Aulia.

Karena banyak pemuda atau remaja yang tidak aktif, lanjut Irfan lagi, maka dalam program penguatan karakter pemuda berbasis moral dan intelektual ia dan teman-temannya mencoba memberdayakan mereka dan melibatkan mereka dalam berbagai macam kegiatan. “Untuk proses awal kami memulainya dengan remaja masjid atau biasa disebut IRMA untuk dilatih dalam hal kepemimpinan. Alasannya, selama ini belum ada kegiatan rutin di IRMA, bahkan anggotanya mayoritas bukan remaja lagi, kebanyakan mereka adalah bapak – bapak yang berusia di atas 25 tahun dan banyak yang mengkonsumsi narkoba. Untuk menanggulangi itu semua sebelum keadaan semakin rumit, maka kami berikan mereka beberapa pendidikan moral misalnya ilmu keorganisasian,“ paparnya.

Irfan memaparkan bahwa tim KKN UMY di Sebatik juga memberikan ilmu-ilmu terkait dengan keorganisasian, seperti bagaimana memimpin anggota, bagaimana membuat event, dan lain-lainnya. Setelah memberikan pendidikan tersebut, tim KKN langsung menerjunkan masyarakat Sebatik untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diajarkan. Pengaplikasikan ini terwujud dengan pembentukan acara Saudara Sebatik Festival 2015, acara ini juga menjadi acara terbesar di Pulau Sebatik, bahkan turut menghadirkan Bupati Sebatik di acara SSF 2015 tersebut. “Dalam acara ini juga kami menghadirkan beberapa kesenian budaya dan menyediakan 20 stand untuk masyarakat umum yang ingin menampilkan karyanya. Selain stand untuk makanan dan kerajinan tangan, kami juga menyediakan stand untuk institusi untuk bisa melakukan sosialisasi langsung kepada masyarakat, “ paparnya.

Irfan menceritakan, bahwa acara SSF 2015 terselanggara dengan sangat baik bahkan mendapatkan pujian dari H. Mashur MA. SH, M.Si selaku Bupati di Pulau Sebatik. “Ketika itu beliau mengatakan bahwa KKN UMY ini merupakan KKN terbaik dari sekian banyak universitas lain yang pernah mengirimkan anggota KKN di Pulau Sebatik ini. Penyataan beliau ini sontak membuat kami merasa berhasil dengan program-program yang telah kami berikan kepada masyarakat di Pulau Sebatik khususnya Desa Aji Kuning dan Maspul, “ jelasnya.

Selain itu, KKN UMY ini juga terlibat dalam membuat desa percontohan bebas narkoba di desa Maspul. Kegiatan ini merupakan kerja sama dari instansi pemerintahan seperti, Pemkab Nunukan, Dinas Kesehatan, BNKN (Badan Narkotika Kabupaten Nunukan), Dompet Dhuafa, dan KORAMIL (Komando Rayon Militer). Semua instansi tersebut akan berkerja sama untuk menjalankan desa percontohan bebas narkoba di desa Maspul.

Irfan dan Deni berharap dengan suksesnya penyelenggaraan KKN kali ini, tahun depan UMY diharapkan bisa kembali mengirimkan mahasiswanya ke pulau-pulau perbatasan lainnya. “Untuk mempermudah lagi, mungkin antara UMY dengan pemerintah-pemerintah setempat sudah bisa membuat MOU sebelumnya, jadi mahasiswa dan kampus nantinya bisa bergerak lebih cepat dan lebih mudah. Kami juga berharap agar UMY juga mendukung penuh kegiatan ini dengan mencantumkan jadwal KKN di kalender akademik, sehingga mahasiswa nantinya bisa lebih antusias untuk bisa mengikuti KKN di pulau-pulau , “ jelas mereka.

Dibutuhkan Integritas Penyelenggara Pemilu untuk Wujudkan Pemilu Serentak yang Berkualitas dan Akuntabel

$
0
0

IMG_0944Penyelenggara Pemilu (Pemilihan Umum) merupakan sebuah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu, yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat. Selain penyelenggara pemilu, terdapat pula Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), yang memiliki tugas menangani pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi dalam penyelenggaraan pemilu. Berdasarkan keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) terkait pemilu serentak yang telah disahkan dan mulai berlaku pada Pemilu 2019 mendatang tersebut, dalam pelaksanannya dibutuhkan integritas serta proses yang berkualitas demi menghasilkan pemilu yang akuntabel. Hal tersebut diungkapkan Dr. Valina Singka Subekti, M.Si, sebagai Komisioner DKPP RI, selaku pembicara dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Konstitusi dan Pemerintahan (PK2P) Fakultas Hukum UMY pada Sabtu (17/10) bertempat di Gedung Ar Fachrudin A lantai 5 kampus terpadu UMY.

Dalam hal penyelenggaraan pemilu, dijelaskan Dr. Valina, DKPP memiliki tugas dalam menerima pengaduan atau laporan dugaan adanya pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu, selain menerima laporan, DKPP juga berfungsi dalam melakukan penyelidikan dan verifikasi, terkait pelanggaran yang dilakukan oleh Penyelenggara Pemilu, guna terciptanya Pemilu yang berasaskan kejujuran, terbuka, dan akuntabilitas. “Wewenang DKPP dalam Pemilu yaitu berhak untuk memanggil penyelenggara pemilu yang diduga melakukan pelanggaran kode etik, untuk memberikan penjelasan dan pembelaan, keterbukaan Penyelenggara Pemilu dalam hal ini sangat dibutuhkan guna menciptakan proses pemilu yang berkualitas dan akuntabel,” ungkapnya.

Ditambahkan Dr. Valina, dibutuhkan rekruitmen yang transparan oleh Penyelenggara Pemilu dalam memilih peserta pemilu, hal ini bertujuan agar menciptakan kondisi yang kondusif bagi pemilih untuk menggunakan hak pilihnya. “Dibutuhkan akses yang luas bagi pemilih dan media khususnya untuk berpartisipasi dalam proses penyelenggaraan pemilu, dan hal ini membutuhkan keterbukaan Penyelenggara Pemilu dalam memberikan informasi terkait proses dan pemilihan dalam pemilu,” tambahnya.

Sementara itu, Prof. Dr. Muhammad, S.IP., M.Si, selaku Ketua Badan Pengawas Pemilu RI (Bawaslu) menuturkan, dalam menanggapi hasil putusan MK dalam hal Pemilu serentak, Bawaslu akan bekerja seoptimal mungkin guna menjaga kualitas Pemilu maupun Pilkada. Bawaslu melakukan pengawasan dalam setiap tahapan dari proses Pemilu, selain itu Bawaslu juga turut menjaga kondusifitas di tengah masyarakat pada hingga pasca penetapan hasil oleh KPU. “Bawaslu sebagai penyelenggara pemilu tidak dapat berkerja sendiri, melainkan membutuhkan pengawasan partisipatif dari masyarakat dalam mengawal pemilu yang nantinya akan dilakukan serentak,” ucapnya.

Keputusan MK dalam memutuskan Pemilu serentak turut ditanggapi positif oleh Arief Budiman, S.S., S.I.P., M.B.A, menurutnya keputusan tersebut menjadi tanggung jawab yang besar bagi pihak KPU, maupun Bawaslu sebagai penyelenggara pemilu. Selain itu, Pilkada yang didesign satu putaran tersebut diharapkan dapat mengurangi konflik berkepanjangan di masyarakat, yang mana selama ini kerap terjadi. “KPU dalam hal ini memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam pelaksanaan pemilu serentak, ketentuan pemilu serentak diharapkan juga dapat meminimalisir tindakan-tindakan yang merugikan dalam pelaksanaan pemilu, yang mana kerap terjadi di daerah-daerah terpencil, dan KPU dalam hal ini sangat terbuka untuk sarana dan prasarana informasi Pemilu,” pungkasnya.

RSGM UMY dan Pepsodent Gelar Pengobatan Gratis Gigi

$
0
0

20151020_093052Kesuksesan terselenggaranya acara Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) yang merupakan kerja sama dari PT. Unilever dengan brand Pepsodent dan RSGM UMY pada tahun lalu, menjadi sebuah peluang untuk diselenggarakan kembali pengobatan gigi gratis oleh RSGM UMY. Acara yang bertempat di Asri Medical Center (AMC) UMY ini bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi masyarakat di 14 kota dengan melibatkan Universitas yang memiliki Pendidikan Kedokteran Gigi.

Untuk UMY sendiri, Bulan Kesehatan Gigi Nasional ini telah berlangsung sejak Senin(19/10) dan akan berakhir pada rabu (21/10) di RSGM UMY, AMC. Untuk memberikan perawatan yang baik, dilakukan perluasan bakti sosial di ring 1 PKU Muhammadiyah Cangkringan dengan acara yang sama namun, kuota yang diberikan berbeda. Jika pelaksanaan di AMC memberikan kesempatan pada 1000 pasien, sedangkan di PKU Muhammadiyah Cangkringan hanya terbatas pada 50 hingga 100 pasien. Perawatan utama yang diberikan antara lain, tambalan sederhana, pencabutan sederhana, pembersihan karang gigi, pencegahan gigi berlubang, dan untuk anak-anak tambal dan cabut. Selain itu ada pula acara sikat gigi masal bagi anak-anak guna mengedukasi sedini mungkin tentang menyikat gigi yang baik dan benar.

Mega Dwi Nugraha selaku ketua panitia saat ditemui di sela-sela acara pengobatan gigi gratis, pada Selasa (20/10) di AMC mengatakan, antusias masyarakat untuk mengikuti BKGN dan melakukan pengobatan gigi gratis ini sangat besar. Hal tersebut menurutnya terbukti dengan kuota pasien yang ditetapkan perharinya 300 orang, selama dua hari berjalan pasien yang mendaftar selalu melebihi kouta. “Karena kuota yang diberikan selama tiga hari ini hanya 1000 orang saja, jadi kami batasi perharinya ada 300 pasien yang akan mendapatkan pengobatan gigi gratis. Namun selama dua hari berjalan ini, pasien yang mendaftar selalu melebihi kuota. Karena jam 9 pagi saja kuota yang kami sediakan sudah habis,” jelasnya.

Karena antusias masyarakat yang sangat besar, maka pihak panitia pun mengerahkan dokter gigi profesional dengan jumlah banyak. “Tim dokter yang dikerahkan setiap harinya untuk screening saja itu dari Pendidikan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) di kota Bantul dan Gunung Kidul sekitar 50 dokter gigi yang dibagi menjadi 3 shift. Ada juga dari dosen yang mengajar di RSGM UMY, 4 dosen untuk bangsal besar dan 2 dosen untuk bangsal kecil. Jadi dokter yang terlibat banyak, apalagi dokter mudanya, bahkan untuk S1 saja kami beri kesempatan untuk bisa terlibat. Tapi, bagi dokter muda yang dilibatkan juga tidak sembarang dokter, karena setiap dokter gigi muda tetap di ACC oleh dokter gigi spesialis. Jadi, walaupun ini acara bakti sosial, tapi perawatan yang diberikan tidak asal-asalan. Selain itu karena acara ini diadakan setiap tahunnya, maka keterlibatan ini juga untuk mendorong mereka bisa melaksanakan kegiatan acara ini dengan lebih baik lagi, dan bisa jadi bahan evaluasi kita nantinya, “ jelasnya

Untuk fasilitas yang diberikan, lanjutnya, sangat banyak selain mengerahkan dokter gigi dengan jumlah banyak. Jadi, semua pasien yang sudah terdaftar tidak akan dikenakan biaya alias free dan semua tercover oleh Pepsodent dan RSGM UMY. “Setiap pasien yang terdaftar akan mendapatkan goodie bag yang berisi kalender edukasi gigi, sticker, limfet modul kesehatan gigi, serta pasta gigi dan sikat gigi dari pihak Pepsodent. Tapi yang perlu diingat, kami tidak meng-cover berbagai macam tindakan, jika diagnosanya komplikasi maka tidak kami cover. Misalnya, karena komplikasi atau penambalan yang melibatkan saraf tidak kami cover. Namun, jangan khawatir, kami tetap akan mengcover medical yang membutuhkan pasien misalnya penghilang rasa sakit, dan lain-lainnya,“ lanjutnya.

Untuk pendaftaran pasien tetap ada proseduralnya yang harus dilakukan, tentunya ini untuk menghindari adanya kebobolan pasien. “Pasien yang sudah memiliki nomor antrian segera melakukan pendaftaran dan mengisi formulir identitas. Kemudian jika sudah akan dilakukan screening pasien atau mendiagnosa keluhan-keluahan apa yang dirasakan dan kemudian akan menginput data. Screening ini berguna untuk menentukan terapi apa yang cocok digunakan berdasarkan keluhannya, setelah itu hasilnya akan masuk ke dalam sistem informasi kita. Karena sistem informasi yang digunakan sudah canggih dan semua ada di computer. Maka pasien yang melakukan perawatan 2 kali dianggap tidak berlaku karena, pasien hanya diberikan satu kesempatan. Setelah sudah terlihat, kemudian pasien akan disebar di bangsal manajemen perawatan, “ terangnya.

Sementara untuk kendala yang ditemui, menurut Mega hanya masalah waktu saja. Karena pergantian pasien berlangusng selama 25 menit, dan timeline waktu pengerjaan kurang lebih 30-45 menit. “Jadi, terkadang pasien bosan menunggu, mengingat kuota yang banyak. Untuk menjaga mood, kami setelkan video atau acara edukasi dengan durasi 17 menit. Namun, ada juga yang sudah jenuh menunggu kemudian pulang, karena kalau sudah dipanggil 3 kali tapi tidak datang maka akan kami anggap hangus dan kami cancel. Jadi, saya berikan saran bagi pasien untuk lebih sabar lagi, “ sarannya.

Mega berharap acara ini bisa sukses dan lancar, serta semua pasien yang mendapatkan perawatan di acara ini merasa puas. Serta bagi dokter muda yang mendapat kesempatan kali ini, bisa meningkatkan skill.

Akademisi Nilai Nawa Cita Trisakti Jokowi-JK Belum Miliki Acuan Jelas

$
0
0

Pada saat mencalonkan diri sebagai Presiden, Joko Widodo menyatakan bahwa dalam kepemimpinannya akan mengedepankan Nawa Cita Trisakti. Trisakti dalam kepemimpinan Jokowi yang menyoroti aspek berdaulat pada politik, berdikari dalam ekonomi, serta berkepribadian dalam sosial kebudayaan, dirasa belum memiliki acuan yang jelas dalam proses pelaksanannya. Pasca kepemimpinan Soeharto, presiden-presiden Indonesia tidak memiliki GBHN (Garis Besar Haluan Negara) sehingga terkadang dalam menjalankan sebuah gagasan atau kebijakan tidak memiliki acuan yang jelas. Sama halnya seperti Nawa Cita Trisakti yang dibentuk oleh Jokowi, tidak memiliki acuan dan patokan yang jelas dalam proses pelaksanaannya, sehingga masyarakat cenderung menuntut dan menganggap kinerja Jokowi tidak berjalan dengan baik, karena kurangnya informasi kepada masyarakat terkait proses yang sedang digagas oleh Jokowi dan Pemerintahannya dalam melakukan pembangunan dan penyelesaian permasalahan yang sedang terjadi di Indonesia. Hal tersebut dingkapkan Prof. Tulus Warsito, guru besar Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) saat diwawancara menanggapi satu tahun kinerja pemerintahan Jokowi, pada Rabu (21/10) di ruang Jurusan HI.

Satu tahun kepemimpinan Joko Widodo diwarnai berbagai permasalahan yang muncul, terkait pelemahan KPK, permasalahan penyerapan anggaran dana, kenaikan harga BBM, dan yang terbaru yaitu lambannya pemerintahan Jokowi dalam menyelesaikan kasus asap yang belakangan ini terjadi. Masyarakat melihat Jokowi lamban dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Menurut Prof. Tulus Warsito lambannya Jokowi dalam bersikap terkait kasus-kasus yang belakangan ini tejadi karena adanya faktor internal, dan juga eksternal yang mempengaruhi Jokowi dalam mengambil sebuah keputusan penyelesaian.

“Faktor internal di sini datang dari orang-orang terdekat Jokowi, yang memiliki pengaruh besar terhadap keputusan yang akan diambil oleh Jokowi, contohnya seperti kasus asap yang belakangan ini terjadi, kasus tersebut sebenarnya dapat dilihat dengan jelas titik permasalahannya, namun dalam penyelesaiannya, tidak ada keputusan yang rill oleh Jokowi dalam menyelesaikannya. Meskipun mulai ada keberanian dalam menguak aktor-aktor yang terlibat atas kasus tersebut, itu sudah menjadi langkah awal yang tepat, dalam membongkar dan menyelesaikan permasalahan tersebut. Sedangkan untuk faktor eksternal yaitu kabinet kerja Jokowi kurang memiliki integritas dalam penyelesaian kasus yang dapat membantu Jokowi dalam bersikap,” ungkapnya.

Bidang-bidang permasalahan yang melibatkan masyarakat luas atau populer, lanjut Prof. Tulus, saat ini harus menjadi fokus penyelesaian Jokowi dan kabinetnya, yaitu memperhatikan permasalahan naiknya harga BBM yang semakin menyulitkan ekonomi masyarakat, selain itu kemajuan pendidikan juga menjadi tantangan Jokowi dalam memperbaiki kondisi dunia pendidikan di Indonesia. “Selain kedua permaslahan tersebut, yang harus menjadi bahan perhatian Jokowi kedepannya yaitu permasalahan terkait maraknya PHK besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan karena terbatasnya produksi perusahaan akibat dari ekonomi yang melemah, sehingga sulit dalam melakukan produksi dan membeli bahan mentah. Imbasnya, PHK pun dilakukan perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, hal ini akan menjadikan tingkat pengangguran di Indonesia semakin meningkat,“ tutupnya.

Penegakan Hukum Masih Lemah

Direktur International Government Studies (IGOV) UMY, Eko Priyo Purnomo, Ph.D saat ditemui pada Rabu (21/10) menyatakan ada beberapa hal yang perlu dicermati jika dilihat dari sisi kelemahan pemerintahan Jokowi-JK. Menurut Eko, Jokowi seharusnya memiliki upaya maksimal untuk mendorong sektor ekonomi real, melakukan penegakan hukum yang kuat dan perlu melihat dengan cermat dalam hal politik lingkungan. Pada sisi penegakan hukum, sekalipun pada beberapa poin awalnya penegakan hukum di era Jokowi-JK terbilang bagus, dengan adanya eksekusi mati kasus narkoba dan penghancuran kapal pelaku illegal fishing. Namun pada poin penegakan hukum yang lain masih lemah, khususnya terkait pemberantasan korupsi. “Semenjak pemerintahan Jokowi ini tidak ada kasus besar yang diungkap. Semua kasus lama yang terungkap, belum ada kasus baru. Namun yang perlu diapresiasi adalah Jokowi tidak menyetujui adanya revisi UU KPK, tidak seperti partai pengusungnya yang menginginkan hal tersebut,” jelasnya.

Kemudian pada sisi kebijakan politik lingkungan, menjadi hal yang terburuk dari permasalahan perekonomian, politik, dan penegakan hukum di Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan kasus kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan serta kabut asap yang lebih besar dari tahun lalu. “Kalau tahun lalu asap sudah bisa diselesaikan dalam waktu satu bulan. Tapi untuk saat ini, hingga masuk ke bulan ketiga, kasus asap tersebut belum selesai-selesai. Bahkan untuk menerima bantuan dari luar negeri pun Jokowi-JK masih merasa tidak mau menerima bantuan bulanan. Setelah didesak banyak orang, mereka baru mau menerima,” ungkapnya.

Selain itu, Eko menilai dari sisi politik masa kepemimpinan Jokowi memang memiliki kestabilitas politik. Pada awal kepemerintahan Jokowi, frakmentasi kekuasaan di pemerintahan Jokowi dengan parlemen sangat terlihat. Eko memandang dari sisi kestabilan politik, Jokowi dianggap mampu dalam memberikan kestabilan politik yang terbukti tidak begitu banyak kritikan dalam parlemennya. “Meskipun demikian, di satu sisi yang harus dicermati adalah isu tentang sektarian, konflik ras, serta konflik yang berbau agama yang masih sangat kental di pemerintahan Jokowi. Bagaimana kekerasan terkait kasus syiah dan sunni, dan baru saja terjadi kekerasan di Aceh yang bagi saya hal tersebut merupakan nilai kelemahan Jokowi dalam menjaga kestabilan keamanan dalam sisi politik,” jelasnya.

Sementara jika dilihat dari sisi positif terkait perekonomian, Eko mengungkapkan bahwa dengan dibangunnya pembangunan infrastruktur yang sedang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi saat ini sudah terlihat. “Pembangunan infrastruktur menjadikan Indonesia tidak krisis dibidang perekonomian, meskipun dalam kurs mata uang pernah mengalami kemerosotan yang kini sudah menuju kestabilan. Akan tetapi, meskipun adanya pertumbuhan perekonomian di bidang infrastruktur, hal yang perlu diperhatikan adalah hutang luar negeri yang terus meningkat. Selain terus meningkatnya hutang luar negeri tersebut, adanya defisit anggaran atau pendapatan dari pajak yang tidak sesuai target,”jelasnya.

Perguruan Tinggi Indonesia Belum mampu bersaing dengan perguruan tinggi asing

Di sisi lain, Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA melihat sisi kelemahan pemerintahan Jokowi-JK dari ketidakmampuannya menjadikan perguruan tinggi di Indonesia untuk mampu bersaing dengan perguruan tinggi asing. Prof. Bambang mengungkapkan bahwa pemerintahan Jokowi belum menyentuh pengembangan perguruan tinggi Indonesia kelas dunia. “Kalau saya lihat dari perguruan tinggi dampaknya belum terlihat. Indonesia belum mampu bersaing dengan perguruan tinggi dari negara lain yang berkualitas dunia,” ungkapnya saat ditemui di kantor rektorat UMY pada Rabu (21/10).

Prof. Bambang kembali mengungkapkan, hal yang sangat disayangkan dalam pemerintahan Jokowi adalah sisi perguruan tinggi yang terabaikan. Jokowi hanya memfokuskan pada sisi pembangunan infrastruktur. Jika hal ini dibiarkan, akan membuat ketidakmampuan perguruan tinggi Indonesia bersaing dengan perguruan tinggi asing. Bagi Rektor UMY, dengan membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkelas dunia untuk bangsa ini sangatlah diperlukan. “Sangat disayangkan, sampai sekarang belum ada visi yang dimiliki Presiden terkait hal tersebut. Karena itu, kami sangat berharap Presiden Jokowi bisa benar-benar memperhatikan kualitas SDM secara umum,” tegasnya.

Sementara itu jika dilihat dari faktor perekonomian, Prof. Bambang menambahkan bahwa tidak ada permasalahan perekonomian yang sangat mencolok. Hanya saja menurutnya pemerintahan Jokowi dalam setahun ini belum mampu menangani asap yang sedang dihadapi oleh masyarakat Sumatra dan Kalimantan. “Terkait kasus ini kurang cepat dalam penanganan. Jika dari awal pemerintahan cepat menanggapinya, mungkin bisa jadi akan diminimalisir atas banyaknya anak-anak yang meninggal,” ungkapnya.


Film Indonesia Harus Inovatif, Baru dan Berbeda

$
0
0
IMG_0033Perkembangan perfilman di Indonesia saat ini dapat dikatakan sudah sangat kontemporer. Bahkan film Indonesia sudah bisa melebar hingga ke ranah animasi. Sekalipun Indonesia masih belum memiliki karya film animasi yang banyak, tapi Indonesia memiliki potensi untuk bisa mengangkat dunia perfilman Indonesia hingga ke tingkat internasional. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut para sineas film harus membuat film Indonesia yang inovatif, baru dan berbeda. Tak hanya itu saja, film Indonesia juga harus menarik, inspiratif dan memiliki identitas ke-Indonesiaan. 
 
Demikian benang merah pada seminar Metamormovies yang bertemakan “Mengisi Perkembangan Per-filman Tanah Air” pada hari Rabu (21/10) di gedung AR. Facruddin B lantai 5 Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Seminar yang diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa Komunikasi (KOMAKOM) UMY ini menghadirkan dua sineas perfilman Indonesia, yakni Hanung Bramantyo dan Aryanto Yuliawan.
 
Hanung Bramantyo selaku Sutradara dan Produser ternama Indonesia mengatakan bahwa, sebuah realitas itu terbentuk oleh siapa pengusanya dan pengendali dari kamera. “Seperti halnya Jokowi dan Ahok yang mereka menggunakan sebuah kamera sampai akhirnya dikatakan pecintraan. Sebuah film itu pasti membentuk sebuah realitas, tidak ada film yang objektif, objektifitas hanya ada dalam jurnalisme. Sebuah film pasti ada jagoan dan musuh dan semuanya itu hitam putih dan tidak semua itu saklek pasti ada unsur-unsur lainnya. Orang yang memiliki peran itu mencipatakan sebuah realitas, dalam film ya sang creatornya. Hanya ada 2 kemungkinan shut down atau bikin film tandingan, kalau saya lebih memilih menciptakan realitas sendiri,“ terangnya saat mengisi seminar Metamormovies dengan tema “Mengisi Perkembangan Per-filman Tanah Air” pada hari Rabu (21/10) di AR. Fachrudin B Lt.5 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
 
Untuk itu perlu adanya sebuah inovasi yang baru untuk membuat sebuah film yang dapat dikategorikan film yang menarik dan inspiratif. “Sesuatu yang baru dan beda pasti akan menginspirasi. Buatlah tampilan yang berbeda, plot yang berbeda, resolusi yang berbeda, dan cerita yang berbeda. Misal dengan film yang genrenya love story pasti kalian sudah tahu. Tapi, buatlah film dengan genre yang sama tapi dengan cerita, plot, dan tampilan yang berbeda itu akan membuat sangat menarik. Penawaran film yang baru akan digandrungi oleh penonton, karena pada dasarnya orang itu haus akan cerita, ini akan menjadi sebuah peluang. Seorang sutradara itu harus kreatif, dan orang kreatif adalah orang yang berani keluar dari zona aman. Selain itu film Indonesia ini harus punya Indentitas, karena kebanyakan film Indonesia mangacu pada film-film holywood, sebetulnya tidak ada masalah tapi dalam film itu harus ada identitasnya, “ jelas Hanung.
 
Hanung melanjutkan, sebuah film yang bagus tidak akan banyak penontonnya jika tidak menentukan target penontonnya terlebih dulu. “Film yang bagus tapi kalau tidak di pasarkan ya sama aja, film yang bagus adalah film yang sudah diketahui siapa target penontonnya. Inilah tugas produser yang harus mengemas barang dengan cara menarik kemudian dijual. Misalnya kita membuat film sekuler nggak mungkin kita jual ke orang-orang Amerika pasti enggak akan laku. Jadi, membidik pasar itu sangat penting, buatlah siapa target pasarmu sebelum membuat sebuah film. Karena sejatinya, penonton itu sudah sangat cerdas, bahkan penonton sudah tahu ketika melihat posternya bahkan sudah bisa menebaknya. Jadi, sutradara yang berhasil itu adalah sutradara yang berani mengulik rasa sok tahunya penonton,“ tegasnya.
 
Sementara itu, menurut Aryanto Yuliawan selaku Sutradara Battle of Surabaya (BOS), perkembangan film di Indonesia ini bahkan sudah melebar ke ranah animasi, meskipun Indonesia ini tidak memiliki film animasi yang banyak tapi, Indonesia memiliki potensi. “Secara umum, masih jarang adanya pembuatan animasi di Indonesia, karena masih kurangnya Support dalam segi peralatan. Namun, dalam segi sumber daya manusianya Indonesia ini memiliki potensi yang sangat besar. Banyak orang-orang Indonesia yang direkrut oleh perusahaan animasi di luar negri, ini menjadi nilai plus bagi kita khususnya para animator-animator di Indonesia. Tentu hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah, sebenarnya ada 3 regulasi yang menjadi sebuah PR untuk pemerintah yaitu terkait dengan finding, pajak, dan kuota. Masih sedikit sekali jumlah film animasi di Indonesia yang dibuat, jadi ini harus terus ditingkatkan,“ jelasnya.
 
Jika melihat pasar, lanjutnya, pembuatan BOS ini bukan hanya memasuki pasar nasional tapi juga internasional. Bahkan BOS ini akan tayang di maskapai penerbangan Garuda Indonesia jadi konteksnya memang sudah beda. “Karena potensi yang besar tapi supportnya yang masih kurang perlu adanya dukungan dari beberapa stakeholder seperti, industri perfilman. Namun, banyaknya animator yang berkarya secara underground yang bebas pajak, jadi sebenarnya tidak harus atas nama company tapi individu juga bisa, dan hasilnya juga lumayan. Pemerintah juga perlu mengangkat para animator ini untuk bisa berkarya dan meningkatkan film animasi Indonesia. Bahkan BOS ini mendapat banyak kritikan misalnya, drai segi karakter kartun yang mirip animasi jepang, kenapa tidak buat karakter Indonesia. Sekarang pertanyaannya karakter animasi Indonesia itu seperti apa? Nah inilah yang harusnya bisa menjadi jalan bagi para animator Indonesia untuk membuat karakter animasi Indonesia, “ lanjutnya.
 
Aryanto juga mengatakan, film animasi hollywood atau Jepang tidak perlu ditanyakan lagi, kualitas mereka dari segi teknologi dan karakter sangat bagus. “Sebetulnya ada alasan kenapa film BOS itu 2D karena, memang target pasar kita adalah penggemar animasi 2D, maka gaya karakter pada BOS berbeda misalnya, dalam karakter design dan suara Dolby. Jadi gabungan dari holywood, Jepang, dan untuk backgroundnya Indonesia. Indonesia sendiri pun sebenarnya mampu, namun dalam segi teknologi dan budget memang sangat terbatas. Jadi sangat sedikit sekali film animasi Indonesia yang memiliki kualitas bagus,“ terangnya.
 
Aryanto pun sependapat dengan Hanung bahwa film adalah alat yang bisa mengkonstruksi realitas dan realitas itu diciptakan oleh sineas dan filmmakernya. “Karena itu, buatlah film yang inovatif dan berbeda. Dalam membuat film tentunya harus ada identitasnya, identitasnya harus jelas dan kontemporer, dan keluarlah dari zona aman. Dan teruslah berkarya untuk menghasilkan sebuah inovatif yang baru dan berbeda,“ tutupnya.

Dosen dan Mahasiswa PBJ UMY Kembali Raih Beasiswa The Japan Foundation

$
0
0
IMG_0052

Sonda Sanjaya, S.S., M.Pd (Kaprodi PBJ UMY) bersama mahasiswa dan dosen PBJ UMY yang berhasil meraih beasiswa dari Japan Foundation, Gina Maryana (tengah) dan Wistri Meisa S.Pd (kanan)

Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang (PBJ), Fakultas Pendidikan bahasa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), untuk yang kedua kalinya mengirimkan dosen dan mahasiswanya yang berhasil lolos seleksi beasiswa yang diselenggarakan oleh Japan Foundation. Dalam kesempatan tersebut, dosen PBJ Wistri Meisa, S.Pd serta mahasiswa prodi bahasa jepang Gina Maryana, berhasil terpilih beserta 30 peserta lainnya se-Indonesia dalam Language Education Capacity Buiding Southeast Asian Teacher Training Collage Course in Japan. Keduanya akan mengikuti program tersebut selama 45 hari sejak tanggal 28 Oktober hingga 11 Desember 2015 di Kansai, Jepang.

Kepala Prodi Pendidikan Bahasa Jepang, Sonda Sanjaya, S.S, M.Pd mengungkapkan bahwa Program Japan Foundation ini merupakan program beasiswa yang diberikan bagi dosen dan mahasiswa se-Indonesia bagi setiap kampus yang memiliki jurusan bahasa Jepang. “Program ini dikhususkan bagi prodi bahasa Jepang di Indonesia. Semua dosen dan mahasiswa diberi kesempatan untuk mengikuti seleksi. Sedangkan ini adalah yang kedua kalinya kami berhasil lolos seleksi,” ungkapnya saat ditemui di kantor pendidikan bahasa Jepang UMY pada Kamis, (22/10).

Sonda kembali menjelaskan bahwa para peserta untuk mendapatkan beasiswa dari Japan Foundation harus memiliki sertifikat JLPT (Japanese Language Proficiency Test). Dalam bahasa Jepang lebih dikenal dengan istilah Nihongo Nouryoku Shiken, disingkat noroken atau noken. “Noken ini hampir mirip dengan tes Toefl. Supaya mahasiswa dari pendidikan bahasa Jepang lolos seleksi, mahasiswa harus memiliki nilai minimal N-4. Level yang paling tinggi adalah N-1, sedangkan yang paling rendah adalah N-5,” Jelas Sonda.

Selain itu Wistri Meisa S.Pd mengatakan, selain harus memiliki kemampuan bahasa Jepang yang tidak diragukan lagi, setiap peserta juga diharuskan membuat esai yang telah ditentukan oleh pihak Japan Foundation. “Pertama dalam proses seleksi yaitu seleksi dokumen dan selanjutnya membuat esai seperti yang ditentukan Japan Foundation. Menulis esai tersebut merupakan salah satu syarat utama untuk mendapatkan beasiswa tersebut,” ungkapnya.

Wistri menambahkan, hal yang perlu dipersiapkan selama 45 hari di Jepang yaitu mental. Baginya mental adalah hal utama yang harus dipersiapkan karena kondisi dan suasana yang berbeda di Indonesia. “Jadwal dan kegiatan di sana lumayan padat dari jadwal yang kami terima. Selain mempersiapkan mental, kesehatan juga harus dijaga. Hal ini karena cuaca yang berbeda dengan cuaca di Indonesia,” tambahnya.

Selama 45 hari tersebut, Wistri menjelaskan bahwa para peserta akan menjalankan aktivitas training mengenai pelajaran dan pengajaran bahasa Jepang. Bagi mahasiswa menurutnya, pada kesempatan tersebut juga akan diberi pembelajaran bahasa Jepang dan mengenal budaya Jepang. Sementara para dosen yang terpilih akan mempelajari metode pembelajaran bahasa Jepang yang baik untuk membangun kapasitas dosen pengajar.

Sementara itu, Gina Maryana yang merupakan mahasiswa dari prodi pendidikan Bahasa Jepang semester 5 menjelaskan bahwa, untuk lolos menjadi salah satu peserta beasiswa dari Japan Foundation harus sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh program tersebut. “Persyaratan harus memiliki sertifikat JLPT yang merupakan kemampuan bahasa Jepang. Selain itu membuat esai yang baik sesuai dengan tema yang ditentukan. Untuk Mahasiswa sendiri proses seleksi di tingkat internal, setelah lolos langsung diseleksi langsung oleh pihak Japan Foundation,” jelasnya.

Dengan terpilihnya menjadi salah satu peserta penerima beasiswa tersebut, keduanya berharap program tersebut juga berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. “Harapan tentunya pulang jangan dengan tangan kosong. Harus punya ilmu yang didapat selama proses pembelajaran di Jepang. Baik dosen maupun mahasiswa untuk yang tahun depan dapat lolos seleksi,” harap Wistri. Sedangkan Gina juga berharap agar ilmu yang didapat dapat bermanfaat untuk kedepannya, dan tentunya PBJ untuk tahun depan bisa kembali lolos seleksi untuk mendapatkan kesempatan beasiswa dari Japan Foundation. (hevi)

2 Mahasiswa Dokter Muda UMY Raih Nilai Tertinggi Nasional

$
0
0

UMG_5655resize (1)Prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang telah berhasil meraih nilai tertinggi nasional dalam Ujian Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter (UKMPPD) yang dilakukan oleh Dikti (Direktorat Perguruan Tinggi), dengan tujuan untuk menilai mutu lulusan dokter, sehingga diharapkan nantinya para dokter dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Kedua dokter muda tersebut yaitu dr. Ardilla Waraduhita dan dr. Ari Irawan. Hal tersebut diungkapkan dr. Alfaina Wahyuni, Sp.OG., M. Kes., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter dalam acara Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Profesi Dokter Periode 47 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, yang diselenggarakan pada Kamis (22/10) bertempat di Sportorium UMY. Dalam acara pelantikan dan sumpah dokter tersebut, turut dihadiri pula oleh Majelis Dikti PP Muhammadiyah, dan Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia) DIY.

Terdapat dua penilaian dalam UKMPPD tersebut, yaitu Computer Based Test (CBT) atau ujian teori dan Objective Structured Clinical Examination (OSCE) atau ujian praktek. “Pada pelantikan dan pengambilan sumpah dokter kali ini terdapat sesuatu yang membanggakan, karena melalui penilaian dari UKMPPD, Alhamdulillah kedua dokter muda UMY tersebut berhasil masuk ke dalam 10 besar nilai tertinggi nasional, sehingga menghantarkan UMY menjadi satu-satunya perguruan tinggi swasta (PTS) dalam peraihan tersebut,” ungkap dr. Alfaina.

dr. Alfaina turut menuturkan, pada periode pelantikan dan sumpah dokter kali ini terdapat 123 dokter muda yang mengikuti sumpah dokter, sehingga sejak pelantikan dan pengambilan sumpah dokter pertama hingga sekarang, UMY juga telah meluluskan 2356 dokter umum. “Saya berharap kepada dokter muda yang hari ini dilantik, mampu untuk membantu pemerintah Indonesia dalam memajukan mutu jaminan kesehatan nasional, selain itu diharapkan juga dalam menghadapi tantangan global saat ini, dokter muda UMY dapat bersaing dengan dokter-dokter asing yang akan masuk ke Indonesia,” tuturnya.

dr. Ardi Pramono, Sp. An., M.Kes selaku dekan FKIK UMY mengungkapkan, bahwa di pundak pada dokter barulah harapan dan tanggung jawab kesehatan Indonesia berada. “Gelar baru yang akan disematkan dokter baru di depan nama merupakan tanda bahwa dokter muda UMY sudah memiliki hak dan tanggung jawab serta kemandirian dalam memelihara kesehatan pasien. Terlebih pada era BPJS dimana dokter layanan primer sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang mengutamakan promotif dan preventif,” ungkapnya.

Sementara itu, rektor UMY Prof. Bambang Cipto, MA berpesan, bahwa mahasiswa lulusan UMY harus memlliki jiwa mengabdi pada Muhammadiyah. “Banyak amal usaha Muhammadiyah di bidang kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia, maka tugas para dokter terutama lulusan UMY lah yang harus menghidupkannya. Kemanapun para dokter baru akan bertugas nanti, kontribusi pada Muhammadiyah tetap dilakukan, ditambah dengan prinsip UMY. Yaitu cerdas spiritual, cerdas moral, dan cerdas intelektual”, tuturnya.

Article 0

Partai di Indonesia Masih Bersifat Elit

$
0
0

Partai Golkar dan PPP yang terus mengalami gejolak dalam partainya ini tak kunjung usai sejak digelarnya Munas Golkar di Bali. Sampai akhirnya tepecahlah kedua partai tersebut, hingga mempengaruhi pergantian kepengurusan di kedua belah pihak. Sampai akhirnya masing-masing partai melakukan ajuan ke beberapa pihak lembaga untuk mempertahankan kubunya masing-masing. Sampai pada akhirnya putusan MA akhirnya mengembalikkan kepengurusan yang lama. “Ini menarik karena konflik partai pada kepengurusan tidak bisa diselesaikan secara dewasa, masing-masing partai merasa argumentnya benar sehingga kedua belah pihak ini tidak mencari cara bagaimana konflik ini bisa terselesaikan. Ini membuktikan bahwa petinggi partai cenderung gagal secara institusi. Alasannya, karena berdirinya partai di Indonesia ini masih bersifat elit, artinya berdirinya partai bukan dari bawah atau dari nol sehingga anggota dari partai tersebut tidak saling memiliki dan tidak mempunyai rasa kebersamaan, “ jelas Tunjung Sulaksono, S.IP, M.Si dalam diskusi terbatas, di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Sabtu (224/10).

Dosen Ilmu Pemerintahan UMY ini melanjutkan, partai-partai tersebut hanya mementingkan kelompoknya sendiri, sehingga terlihat jelas bahwa tidak adanya rasa memiliki. “Jadi mereka itu cenderung oligarkis, artinya hanya ditentukan oleh segelintir orang saja dalam menentukan kepengurusan atau memilih pimpinannya. Bahkan mereka bersaing untuk merebut kekuasaan. Kata memperebutkan kekuasaan ini sudah melenceng dari tujuan yang seharusnya. Jika seharusnya kekuasaan bertujuan untuk menyelesaikan sebuah masalah dan menyejahteraakan anggotanya namun, pada pelaksanaannya tidak sama sekali. Bahwa kekuasaan lebih pada mementingkan sebuah kelompok tertentu, tak heran jika ini mengalami perpecahan antar partai, “ lanjutnya.

Menurut pakar pemerintahan UMY ini, kekuasaan masih menjadi power dari sebuah partai elit, dan kekuasaan ini hanya semata-mata untuk kepentingan golongan. “Ini mengakibatkan kedua kubu saling mempertahankan kekuasaannya masing-masing dan ingin memenangkan pertarungan. Seharusnya kedua kubu tersebut bukan hanya mementingkan kekuasaan tetapi mencari jalan lain untuk mencari cara, bagaimana menyelesaikan masalah ini. kebanyakan dari mereka tidak berpikir jangka panjang mereka hanya menjadikan kekuasaan sebagai power yang harus diperebutkan. Seperti yang kita tahu bahwa mayoritas partai-partai di Indonesia tidak bisa menyelesaikan konflik sampai selesai. Konflik yang tidak terselesaikan ini justru malah menyebabkan terbelahnya partai dan akhirnya membentuk partai tandingan, “ paparnya.

Tunjung menjelaskan, bahwa keluarnya putusan MA ternyata memutuskan bahwa partai yang diakui kepengurusannya adalah partai yang terjadi sebelum konflik. Bahkan, kepengurusan yang diakui oleh pemerintah adalah partai yang ada di kepengurusan lama. “Tidak menyelesaikan konflik inilah yang nantinya akan berujung panjang karena, mereka tidak memberikan opsi lain untuk bisa berdamai atau bersatu kembali. Seperti pada putusan MA yang akhirnya mengesahkan Kubu ARB yang diakui maka tidak ada opsi lain kecuali membuat sebuah partai baru. Terbentuknya partai baru ini muncul ketika mereka merasa kecewa atas perlakuan yang diberikan oleh partai lama kepadanya, “ jelasnya.

Seharusnya, terangnya, partai elit ini memiliki rasa kebersamaan dan rasa memiliki pada partai yang dinaunginya, bukan berburu kekuasaan yang akhirnya tujuannya untuk kepentingan sendiri bukan untuk menyejahterahkan partai atau masyarakat. “Jadi, kesimpulannya para anggota partai harus kolekif dan memiliki rasa kebersamaan dalam anggota partai tersebut,“ terangnya.

Viewing all 3507 articles
Browse latest View live