Quantcast
Channel: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Viewing all 3507 articles
Browse latest View live

Butuh Pemetaan Baru Untuk Mengatasi dan Menganalisa Konflik

$
0
0

Konflik seringkali masih dilihat dari sisi permukaannya saja, misalnya seperti jumlah korban yang jatuh dan bagaimana cara piha​k-pihak berkonfrontasi secara langsung. Sementara pemicu-pemicu konflik masih sering diabaikan. Padahal, untuk memecahkan konflik salah satu caranya juga bisa dilakukan dengan mengetahui pemicu konflik itu terjadi. Karena itu, dalam menganalisa konflik dibutuhkan pemetaan baru untuk mengetahui para pihak yang terlibat serta latar belakang konflik tersebut. Dan pemetaan yang tepat ialah dengan membuat “segitiga konflik dan garis waktu” yakni dengan tehnik menceritakan perkembangan konflik yang terjadi.

Itulah yang disampaikan oleh “the Father of Peace Studies” Prof. Dr. Johan Galtung saat menyampaikan materi dalam sesi kelas Mahatir Global Peace School dengan tema “Border, Migration and Global Peace” bertempat di Ruang Sidang AR. Fachruddin A Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jum’at (5/12). MGPS Ketiga ini masih akan berlangsung hingga Rabu (10/12). Pada Sesi yang dihadiri empat puluhan peserta dari 44 negara itu, Galtung menjelaskan bahwa “segitiga konflik dan garis waktu” bisa digunakan untuk menganalisis konflik agar mampu menjadi landasan pengungkapan suatu fakta konflik berupa Direct Violence (kekerasan langsung), Cultural Violence (Kekerasan Kultural) dan Structural Violence (kekerasan Struktural). Melalui “segitiga konflik dan garis waktu” itu akan terlihat bahwa terjadinya konflik bersifat asimetris, kontradiksi pada pihak – pihak yang terlibat dalam konflik tersebut. Selain itu juga karena adanya benturan kepentingan antar pihak sebelum konflik terjadi.

“Saya sering mengambarkan segitiga konflik merupakan garis waktu yang menjadi landasan cara mengungkapkan suatu fakta konflik yang dapat digambarkan dengan sebutan direct violence, cultural violence, dan structural violence. Hal ini sebenarnya tidaklah simetris, ada kontradiksi yang ikut menentukan dari pihak-pihak di dalam konflik. Ada suatu hubungan pihak-pihak pada konflik dan juga adanya benturan kepentingan pihak-pihak dalam berhubungan sebelum terjadinya konflik,” ujar sosiolog, pemikir, dan aktivis perdamaian kelahiran Oslo, Norwegia itu.

Selain itu, Galtung juga menambahkan bahwa memang konflik kerap terjadi antar Negara maupun internal Negara itu sendiri. Akan tetapi konflik juga perlu dicari jalan penyelesaiannya. Konflik, lanjutnya, dapat saja diselesaikan oleh para pihak yang bertikai, baik secara langsung maupun dengan melibatkan pihak ketiga, tentunya fungsi pihak ketiga adalah untuk menengahi dan mencari jalan keluar misalnya oleh Negara atau organisasi-organisasi yang memiliki kekuatan dalam hal tersebut.

“Dalam setiap konflik selalu dicari jalan penyelesaian. Konflik terkadang dapat saja diselesaikan oleh kedua belah pihak yang bertikai secara langsung. Namun tak jarang pula harus melibatkan pihak ketiga untuk menengahi dan mencari jalan keluar baik oleh negara atau sebagai Organisasi-organisasi yang memiliki kapasitas dalam hal tersebut,” imbuhnya.

Galtung juga menambahkan ada tiga hal yang dapat menyelesaikan konflik tersebut, yaitu dengan melalui proses penghentian atau mengurangi aksi kekerasan melalui intervensi militer yang digunakan sebagai alat untuk menciptakan perdamaian yang netral. Hal ini disebut dengan Peacekeeping, contohnya saat Amerika Serikat (AS) dan NATO melakukan Intervensi militer dalam menghentikan konflik yang terjadi di Kosovo. Lalu selanjutnya dengan mempertemukan atau merekonsiliasi sikap politik dari pihak yang bertikai melalui mediasi, hal ini disebut dengan peacemaking, dan yang ketiga adalah dengan implementasi perubahan atau rekonstruksi sosial, politik dan ekonomi demi terciptanya perdamaian yang langgeng yang dikenal dengan peacebuilding.

Di sisi lain ia juga sedikit menyinggung konflik yang terjadi di Afganistan. Galtung mengatakan, negara tersebut membutuhkan peacekeeping sebagai salah satu solusinya, namun demikian ia menegaskan bukan institusi dengan pendekatan militer seperti NATO yang dibutuhkan. Melainkan negara-negara seperti Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbesar dan negara Islam lainnya akan dapat berperan banyak dalam menjaga perdamaian di negeri itu. “Butuh peace keeping tapi bukan NATO melainkan negara seperti Indonesia, Turki, Malaysia yang muslim. Karena mereka akan dianggap saudara.” (Shidqi)


UMY Tanda Tangani MoU dengan USIM

$
0
0

Prof. Dr. Bambang Cipto, MA (Rektor UMY) dan Y.Bhg. Prof. Dato’. Dr. Musa Ahmad (Rektor USIM) saat prosesi penandatanganan MoU

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia yang memiliki tagline “Muda Mendunia”, terus menggalakkan kerjasama dengan institusi-institusi pendidikan baik dalam maupun luar negeri. Hal ini juga sebagai wujud komitmen UMY yang ingin menjadi kampus Go International. Dan kerjasama terbaru yang dilakukan UMY adalah kerjasama dengan Universiti Sains Islam Malaysia (USIM).

Penandatangan Memorandum of Understanding (MoU)/kerjasama antara UMY dan USIM dilakukan langsung oleh Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA dan Rektor USIM, Y. Bhg.,Prof. Dato’. Dr. Musa Ahmad. Bertempat di Ruang sidang Rektor Kampus Terpadu UMY, pada Selasa (9/12), kedua universitas ini sepakat menandatangani kerjasama dalam hal akademik, seperti penelitian, pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh UMY atau USIM dengan melibatkan mahasiswa, dosen atau staf dari kedua universitas, student exchange, maupun staff exchange.

Y.Bhg, Prof. Dato’. Dr. Musa Ahmad mengatakan, bahwa sebenarnya sebelum USIM mengadakan kerjasama secara resmi dalam bentuk penandatangan MoU tersebut, pihaknya juga sudah beberapa kali mengadakan student exchange ke UMY. Begitu pula sebaliknya dengan UMY. “Kemarin mahasiswa dari UMY baru saja berkunjung ke universitas kami. Jadi sebelum ada MoU ini kunjungan antar mahasiswa UMY dengan USIM sudah dimulai terlebih dulu,” ungkapnya. Hal itu pun kemudian menjadi modal awal bagi USIM untuk bisa meningkatkan kerjasama dengan UMY.

Dato’. Dr. Musa juga mengharapkan agar MoU yang sudah ditandatangani tersebut tidak hanya berlaku dalam masa satu tahun yang akan datang. Tapi bisa diperpanjang dan ditingkatkan lagi untuk lebih mengikat kerjasama antara USIM dengan UMY. “Kami harap kerjasama ini bisa lebih diperpanjang lagi. Dan kepada Rektor UMY, saya pribadi berharap adanya kerjasama ini bisa lebih mengikat hubungan antara UMY dengan USIM,” ujarnya.

Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto pun menyambut baik niat USIM untuk bekerjasama dengan UMY. ​Karena hal ini tentunya juga mendukung Tri Dharma perguruan tinggi, serta keinginan UMY untuk menjadi kampus yang Go International. Prof. Bambang juga berharap kerjasama tersebut bisa berjalan dengan baik dan bisa ditingkatkan lagi dalam bidang lainnya.

KOMAP UMY Kenalkan Budaya dan Kuliner Indonesia Kepada Mahasiswa

$
0
0

IMG_8757Banyaknya budaya yang ada di Indonesia mendorong mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk mengenalkan beragam macam budaya yang dimiliki Indonesia, kepada mahasiswa-mahasiswi UMY. Dalam pengenalan ini Korps Mahasiswa Ilmu Pemerintahan (KOMAP) menggelar acara tentang kebudayaan yang dimilki Indonesia, baik dari pakaian kebudayaan sampai makanan khas dari daerah-daerah di Indonesia.

Untuk mengenalkan mahasiswa tentang kuliner dan budaya khas dari Indonesia ini, maka KOMAP menggelar acara Festival Seni Budaya dan Kuliner (FESBUK) pada hari ini (10/12) di latar Sportorium UMY. Kegiatan ini merupakan puncak rangkaian acara dari Gebyar Government yang sudah menginjak tahun ketiga. Rangkaian kegiatan ini akan berlangsung dari pukul 10.00 hingga 22.00 wib. Selain itu para penonton akan dihibur dengan berbagai macam penampilan menarik dengan tema budaya Indonesia.

Ketua panitia, Riska Sarofah mengatakan, kegiatan ini juga menggandengn beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UMY dan Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa (IKPM) Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara untuk hiburan yang akan diberikan antara lain yakni tarian dari berbagai daerah seperti ternate, tidore, Kalimantan timur, dan tari tor-tor. “Bukan hanya tarian saja, tapi jg hiburan lainnya seperti DKI Jakarta yang akan memberikan hiburan lenong, lagu daerah Sulawesi utara, skrip dance ISI, Cakalele dan Kabata (Halut dan Haltim),” ujarnya.

Riska juga menjelaskan, untuk lebih memeriahkan suasana di malam puncak acara, nantinya para panitia juga menggunakan pakaian adat. Hal ini sebagai bentuk apresiasi mereka dalam melestarikan dan menjaga baju adat Indonesia. Selain itu di puncak acara nantinya juga akan ada pengumuman pemenang dari kompetisi citizien journalism, pemberian penghargaan kepada dosen dan karyawan Ilmu Pemerintahan UMY, serta mahasiswa baru Ilmu Pemerintahan yang terlibat dalam kegiatan Social Day.

Pemberian penghargaan kepada dosen dan karyawan tersebut, menurut Riska sebagai bentuk apresiasi para mahasiswa kepada mereka. Ini juga merupakan kegiatan yang baru pertama kali dilakukan, khususnya oleh mahasiswa. “Pemberian penghargaan kepada dosen dan karyawan baru pertama kali dilakukan, untuk itu kami panitia juga melakukan penilaian dengan menyebarkan 20 kuesioner di kelas-kelas. Penilaian untuk dosen ini untuk mendorong para dosen agar bisa lebih dekat dengan para mahasiswa. Sedangkan untuk para karyawan untuk mendorong para karyawan lain agar bisa memberikan pelayanan yang baik bagi para mahasiswa, khususny di mahasiswa Ilmu Pemerintahan UMY,” imbuhnya.

Riska juga berharap acara ini bisa lebih mendorong dan memotivasi budaya yang ada di Indonesia, serta dapat dijadikan wadah untuk saling menjalin silaturahmi dengan IKPM Jogja dan terakhir dapat mempererat hubungan antar mahasiswa Ilmu Pemerintahan, agar ke depannya jauh lebih kompak lagi.

MGPS Terus Berkomitmen Wujudkan Perdamaian Dunia

$
0
0

Seluruh peserta MGPS ketiga

Sekolah Perdamaian kerjasama antara Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan Perdana Global Peace Foundation (PGPF), Mahathir Global Peace School ketiga telah resmi ditutup, pada Rabu sore (10/12). Berbagai pemikiran dan karya ilmiah dari para pembicara ahli serta 40 partisipan dari berbagai negara dalam kegiatan ini diharapkan mampu diimplementasikan untuk masing-masing negara, khususnya dalam penanganan konflik dan menciptakan perdamaian.

Ketua PGPF, Tan Sri Norian Mai, saat memberikan sambutannya dalam acara Closing Ceremony The 3rd Mahathir Global Peace School “Migration, Border & Global Peace”, di ruang sidang Gedung AR. Fachruddin A kampus terpadu UMY, Rabu siang (10/12) mengatakan, kegiatan MGPS itu bukan hanya kegiatan yang dijalani oleh beberapa orang untuk mendapatkan ilmu atau pengetahuan baru. Namun lebih dari itu, MGPS bertujuan untuk membangun pemikiran yang sama dari para partisipannya dalam menciptakan perdamaian di masing-masing negara. “Kita juga ingin melihat, bagaimana implementasi perdamaian di masing-masing negara asal kita. Karena jika kita hanya fokus pada masalah perang tanpa memikirkan solusi untuk menciptakan perdamaian, tanpa solusi bersama maka tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebab peperangan itu tidak sepenuhnya benar,” ungkapnya.

Oleh sebab itulah Tan Sri Norian Mai mengajak semua orang yang peduli akan perdamaian dunia harus cepat bertindak untuk menciptakan perdamaian tersebut. Salah satu caranya adalah melalui kegiatan seperti MGPS. “Kita harus bertindak untuk menciptakan perdamaian. Banyak yang membahas tentang perdamaian, tapi masih sedikit yang membahas dan melihat bagaimana perdamaian dunia yang sebenarnya. Karena itulah melalui MGPS ini kami berharap, ide-ide yang dihasilkan dari kegiatan ini dapat memberikan kontribusi nyata untuk perdamaian dunia,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Hilman Latief, Ph.D selaku ketua scientific committee MGPS. Menurut Hilman, kegiatan MGPS merupakan salah satu kepedulian para kalangan akademisi, mahasiswa, serta pemerintah dari berbagai negara, pada dunia. “Ini adalah salah satu bentuk kepedulian kita akan mimpi kita untuk menciptakan perdamaian dunia. Dan kami berharap, kegiatan serta ide-ide yang dihasilkan dalam kegiatan ini bisa bermanfaat bagi masa depan kita dan dunia,” tuturnya.

Namun, menurut Hilman, sekolah perdamaian atau MGPS itu bukanlah kegiatan akhir dalam upaya ikut menciptakan perdamaian di dunia. Sebab masih akan ada tugas-tugas lainnya di masa yang akan datang setelah MGPS tersebut. “Ini bukan kegiatan terakhir kita. Masih ada tugas lagi di masa yang akan datang setelah MGPS ini. Karena itu, ceritakan pada semua orang di negara-negara asal kita, untuk menjadi agen perdamaian di mana pun mereka berada. Dan dengan begitu, perdamaian dunia yang kita impikan itu akan terwujud,” paparnya.

Dalam acara penutupan MGPS ke​tiga ini, seluruh partisipan yang berasal dari 12 negara diantaranya Jerman, Australia, Thailand, Kenya, Kamboja, Tiongkok, Filipina, Sudan, Palestina, Turki, Malaysia dan Indonesia mendapatkan penghargaan dan sertifikat sebagai alumni MGPS ketiga. Adapun MGPS yang akan menjadi agenda tahunan ini akan dilaksanakan kembali pada tahun 2015, dan rencananya akan bertempat di Bangkok, Thailand.

Acara MGPS ketiga yang diselenggarakan selama 10 hari sejak 1 hingga 10 Desember 2014 ini, juga mendatangkan “the Father of Peace Studies”, Prof. Dr. Johan Galtung, sebagai salah satu pembicara ahli. Pada kesempatannya saat menyampaikan materi dalam sesi kelas MGPS, Jum’at (5/12) ia menyampaikan sebuah metode baru dalam mengatasi dan menganalisa konflik, yakni dengan menggunakan “segitiga konflik dan garis waktu”. Metode ini merupakan tehnik menceritakan perkembangan konflik yang terjadi, serta melihat konflik dari berbagai sisi, baik itu dari sisi Direct Violence (kekerasan langsung), Cultural Violence (kekerasan kultural), dan Structural Violence (kekerasan struktural). Sebab menurutnya, segala kemungkinan itu bisa menjadi awal pemicu terjadinya konflik.

STAI Ibnu Rusyd Tukar Ilmu Tentang Penerapan Kurikulum Universitas

$
0
0
IMG_8791

Dosen dan mahasiswa STAI Ibnu Rusyd saat berkunjung ke UMY

Dalam instansi pendidikan pasti memiliki kurikulum yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat dilihat dari pelaksanaan dan perencanaan dari setiap instansi pendidikan khususnya pada perguruan tinggi. Saat ini perguruan tinggi di Indonesia banyak yang menggunakan sistem KBK atau biasa disebut sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi. Sistem KBK ini bukan hanya menerapkan bidang akademik tetapi juga menerapkan bagaiamana sistem tersebut dapat mengembangkan potensi mahasiswa dalam bidangnya.

Untuk mendalami ilmu tentang kurikulum yang ada di perguruan tinggi, maka Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Rusyd Lampung melakukan Field Trip ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada hari ini (10/12) di Amphiteater B UMY. Field trip tersebut bukan pertama kalinya, karena sebelumnya mahasiswa dan dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Rusyd pernah berkunjung ke UMY pada tahun 2012.

Kunjungan kali ini berbeda dengan kunjungan yang sebelumnya. Dalam kunjungan kali ini Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Rusyd ingin sharing atau berbagai ilmu tentang sistem kurikulum yang diaplikasikan di UMY. “Kedatangan kami ke sini bukan pertama kalinya karena sebelumnya kami pernah melakukan kunjungan. Kali ini, kedatangan kami ke sini karena ingin mendapatkan siraman ilmu tentang pengaplikasian kurikulum di UMY,” tutur M. Markus Ali M.Pd selaku dosen STAI Ibnu Rusyd Lampung.

Perubahakan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi ini sudah berlangsung sejak tahun 2011, dan baru diaplikasikan pada mahasiswa baru 2012/ 2013. Sistem KBK ini didesain untuk mempersiapkan para mahasiswa agar nanti setelah lulus bisa mudah mendaptkan pekerjaan atau menjadi pembisnis.

Selain itu kurikulum sistem KBK di UMY ini juga didesain dengan memasukkan nilai-nilai ke agamaan didalamnya. “Sistem KBK di UMY juga didesain dengan memasukkan nilai-nilai agama islam di mata kuliahnya. Hal ini guna mengontrol manusia untuk bisa menyeimbangkan alam, jadi kemajuan teknologi ini nantinya tidak akan merusak lingkungan,” tutur Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M. P Selaku wakil Rektor I.

Selain itu setiap prodi di UMY memiliki program unggulan masing-masing, di prodi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) memiliki cara untuk mengaplikasikan sistem KBK. “Jika di PBI sendiri kami mendesain bahwa nantinya mahasiswa yang sudah lulus dari PBI bisa menjadi pengajar, peneliti, pengusaha, manajement pendidikan bahasa inggris, dan transleter,” papar Sri Rejeki Murtiningsih, S.Pd, M.Ed., Ph. D selaku dosen PBI.

Sistem KBK di UMY selalu mengalami perkembangan setiap tahunnya, sebab setiap ajaran tahun setiap prodi selalu memonitor perkembangan dalam pelaksanaan KBK di setiap prodi. Sehingga hal ini bisa menjadi sebuah pertimbanga bagi setiap prodi.

FOTKA 053 UMY Gelar Pameran Fotografi

$
0
0

Ghea menjelaskan pengunjung pameran yang melihat foto “rumah kamera” miliknya.

Komunitas Fotografi Ilmu Komunikasi UMY (FOTKA 053) menggelar pameran fotografi bertajuk “saksi bisu”. Mengusung konsep yang unik, seratus lima puluhan foto dipajang dalam pameran tersebut yang digelar di Art Gallery Wirogunan, Sabtu (13/12) malam.

Ketua pameran, Fathan J Mustofa mengatakan, foto yang dipamerkan di Art Gallery Wirogunan tersebut merupakan karya dari anggota FOTKA 053 angkatan empat yang telah mengikuti pendidikan lanjut. Ia menjelaskan, tema besar “saksi bisu” yang diangkat mengharuskan peserta pameran untuk menampilkan foto bertema “tempat”. Tempat tersebut jelasnya, menjadi saksi bisu atas berbagai peristiwa yang telah terjadi.

“Tempat itu saksi bisu, sikap prilaku dari manusia disaksikan oleh tumbuhan dan bangunan di sekitarnya,” tutur Fahthan saat ditemui di sela-sela acara.

Hal itu pula yang membuat pihaknya menggelar pameran tersebut di Wirogunan Art gallery. Lokasi tersebut dipilih lantaran bangunan milik Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wirogunan tersebut telah menjadi saksi dari aktifitas narapidana dalam mengekspresikan seninya. Hasil seni para narapidana, tambah mahasiswa Komunikasi angkatan 2013 juga dipamerkan di tempat tersebut.

Menurut Fahtan, tempat semacam itu sudah selayaknya mendapatkan perhatian publik, terlebih nilai seni yang terdapat di tempat itu juga harus terus dilestarikan. “Pameran ini dimaksudkan untuk menyadarkan kita karena tempat adalah sesuatu yang harus kita jaga dan lestarikan. Karya Napi dipamerkan,” terangnya.

Sementara itu Ghea Ulfa Stefani, salah satu peserta pameran merasa sangat senang foto karyanya dapat ikut dipajang dalam pameran sekali setahun itu. Menurutnya, tidak semua foto karya anggota FOTKA dapat dipamerkan dalam ajang itu, sebab setiap foto anggota yang ingin mengikuti pameran tersebut harus melewati tahap seleksi terlebih dahulu.

“Senang sekali rasanya foto saya bisa ikut pameran ini dan bisa dilihat orang banyak. Tidak semua foto anggota bisa ikut karena diseleksi dulu sama kuratornya,” ungkap Ghea.

Dalam kesempatan itu, mahasiswi yang mengaku mulai menekuni fotogragi setelah bergabung dengan FOTKA itu, memajang foto rumah berbentuk kamera yang ia ambil di wilayah Magelang, Jawa Tengah. Foto itu ia pamerkan karena “rumah kamera” itu pernah menjadi saksi bisu pemilik rumah yang sangat ingin sekali memiliki kamera DSLR yang didapatkannya dengan susah payah.

“Sesuai dengan tema. Rumah ini punya sejarah yang menarik ketika dibangun dan menjadi saksi bisu perjuangan pemiliknya ketika ingin sekali memiliki kamera DSLR,” jelas mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2013 itu.

Pelaksanaan pameran kali ini bertepatan dengan hari ulang tahun FOTKA 053 yang kelima. Selain pemotongan tumpeng ulang tahun, pembukaan pameran tersebut berlangsung meriah dengan adanya penampilan musik akustik dan pemotongan pita yang menandai mulainya pameran.

Budi Tobon, selaku perwakilan Jurusan Ilmu Komunikasi UMY, menyambut baik digelarnya pameran itu. Ia berharap FOTKA 053 pada usianya yang kelima dapat terus berkembang, beregenerasi, dan makin bersinergi dengan Jurusan Ilmu Komunikasi UMY. Menurutnya saat ini FOTKA 053 merupakan organisasi yang aktif.

UM Gresik Pelajari Pengelolaan Akademik Ke UMY

$
0
0
IMG_8924

Kunjungan dari Universitas Muhammadiyah Gresik

Dalam rangka meningkatkan pengelolaan bidang akademik universitas, Universitas Muhammadiyah Gresik mengadakan kunjungan ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada Selasa (16/12). Kunjungan ini diterima oleh Wakil Rektor 1 UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP, Direktur Pascasarjana UMY, Dr. Achmad Nurmandi, Kepala Pusat Pelatihan Bahasa (PBB), Noor Qamaria, M.Hum, Kepala LP3M, Hilman Latief, Ph.D, Kepala Perpustakan, Lasa HS, Kepala Biro Akademik, Bambang Rahmanto, dan Kepala Divisi Lembaga Pengembangan Pembelajaran, Suryanto S.Pd, MH Sc., D.Ed. Sementara dari pihak UM Gresik, diwakili oleh Kepala Lembaga Penelitian, Kepala Lembaga Pengabdian Masyarakat, Kepala Biro Administrasi Akademik, Kepala Perpustakaan, Kepala Pusat Pengembangan Bahasa, Kepala Pusat Karir Kewirausahaan dan Vokasi, serta Kepala Laboratorium Dasar.

Kunjungan yang disambut oleh pihak UMY dan bertempat di ruang sidang komisi AR. Fachruddin A lantai 5, Kampus Terpadu UMY ini, tidak hanya membahas bagaimana pengelolaan dalam bidang akademik yang dilakukan oleh UMY. Namun lebih dari itu, pihak UM Gresik juga mengkaji serta mendalami kiat-kiat agar pengelolaan akademik di tempatnya bisa lebih baik dan maju. Karena menurut mereka, pengelolaan akademik di UMY masih jauh lebih baik dibandingkan UM Gresik. Karena itulah pihak UM Gresik mengadakan kunjungan dan study banding ke UMY.

Sementara itu, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP, menjelaskan pada rombongan UM Gresik mengenai kinerja dan kewajiban dosen-dosen UMY. Selain itu juga menjelaskan tentang program penelitian dan publikasi ilmiah dari para dosen UMY. Menurut penjelasannya, program yang saat ini tengah dibangun untuk para dosen baru bukan lagi hanya berorientasi pada studi lanjut S2. “Tapi, orientasi dosen baru di UMY, sekarang ini adalah S3. Jadi para dosen tersebut juga harus bisa menjalani studi lanjut hingga jenjang S3,” jelasnya.

Tidak hanya bisa melanjutkan jenjang pendidikannya hingga S3, lanjut Gunawan, namun para dosen baik itu dosen lama maupun dosen baru juga didorong untuk terus melakukan penelitian dan menghasilkan karya ilmiah. Hal terpenting pula menurut Gunawan, hasil karya ilmiah yang telah dihasilkan oleh para dosen tersebut juga harus dipublikasikan melalui jurnal-jurnal terakreditasi, baik tingkat nasional maupun internasional. “Jadi kami juga mendorong para dosen untuk terus berkarya dan melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh dosen-dosen tersebut, kami danai sampai proses naskah penelitiannya siap dipublikasikan di jurnal nasional maupun internasional. Selain itu, kami juga mendorong Prodi untuk mengakreditasi jurnal yang sudah dimiliki. Hal ini semua dilakukan untuk meningkatkan kinerja dosen di UMY, agar mereka tidak hanya fokus pada SKS yang diampu, tapi juga bisa menghasilkan karya ilmiah,” ungkapnya.

Adapun Direktur Pascasarjana UMY, Dr. Achmad Nurmandi, dan Ketua LP3M UMY, Hilman Latief, Ph.D, menyarankan pihak UM Gresik untuk bisa membuat roadmap atau rancangan penelitian, baik itu roadmap penelitian dalam skala universitas maupun program studi. Hal ini menurut keduanya penting agar proposal penelitian yang diajukan pada universitas ataupun prodi bukan proposal bayangan. Tapi benar-benar proposal penelitian yang dapat meningkatkan mutu dan kualitas universitas maupun prodi.

Rosyad Sholeh (Ketua BPH UMY), 52 Tahun Berjuang Untuk Umat, Bangsa dan Muhammadiyah

$
0
0
IMG_8980

Drs. H. Rosyad Sholeh, Ketua BPH UMY

Siapa yang tidak mengenal Drs. H. Rosyad Sholeh, sosok bersahaja dan sederhana yang sangat disegani di lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Bahkan dirinya pun tidak hanya disegani oleh kalangan civitas akademik UMY, tapi juga oleh kader-kader Muhammadiyah.

Pada puncak acara Milad Emas UMM yang ke-50 pada Ahad (7/12) yang lalu, Drs. H. Rosyad Sholeh menjadi salah satu Tokoh Muhammadiyah yang mendapatkan UMM Award. UMM Award ini diberikan pada delapan Tokoh Muhammadiyah yang di usianya lebih dari 70 tahun tapi tetap bisa berkhidmat dan berjuang untuk umat dan bangsa. Seperti yang telah dilakukan oleh Drs. H. Rosyad Sholeh.

Pria kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk Muhammadiyah ini, sudah dikenal sejak lama sebagai salah satu tokoh Muhammadiyah yang tetap istiqamah berjuang untuk umat, bangsa dan Muhammadiyah. Sudah tak terhitung lagi betapa banyak kiprah yang dilakukannya untuk umat dan bangsa, khususnya Muhammadiyah.

Perjalanannya dalam meniti perjuangan untuk umat dan Muhammadiyah, dimulai saat umurnya masih belia. Tepatnya setelah lulus dari Madrasah Ibtidaiyah Bojonegoro pada tahun 1953. Setelah melepaskan status sebagai pelajar Madrasah Ibtidaiyah, Rosyad kemudian melanjutkan pendidikannya di PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) di kota yang sama dan lulus tahun 1957. Ia kemudian hijrah ke Yogyakarta dan masuk Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) hingga tahun 1960. Setamat dari PHIN pada tahun 1960 inilah, Rosyad mulai mengabdi kepada negara dengan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Pengabdian Rosyad pada negara dijalani sejak tahun 1960 hingga 2000 di Departemen Agama (Depag). Beberapa jabatan yang pernah didudukinya yakni Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Depag DIY dan Jawa Tengah, sekretaris Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Urusan Haji Depag RI, serta pernah pula menjadi staf ahli Menteri Agama pada tahun 1990 hingga 2000.

Namun, sekalipun pada tahun-tahun itu Rosyad disibukkan dengan berbagai macam kegiatan dan tugas dari Depag serta Kementerian Agama. Ia tak pernah lupa untuk tetap bisa berkiprah langsung dalam Muhammadiyah. Di tengah kesibukannya sebagai pimpinan di beberapa kantor urusan Depag, Rosyad bahkan juga terlibat dalam pendirian sebuah perkumpulan yang saat ini sudah menjadi organisasi otonom Muhammadiyah, yakni Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Bersama Drs. H.M. Djazman Al-Kindi, pada tahun 1964 sekembalinya Rosyad dari Medan, Sumatera Utara sebagai pegawai di lingkungan Jawatan Penerangan Agama, keduanya lantas mendirikan IMM sebagai salah satu wadah perkumpulan bagi mahasiswa-mahasiswi Muhammadiyah. Semenjak itulah IMM kemudian berdiri di banyak universitas-universitas. Kemudian pada tahun 1965, keduanya menginisiasi untuk diadakannya musyawarah nasional dan menetapkan IMM sebagai salah satu organisasi otonom Muhammadiyah.

Langkah yang diambil oleh Rosyad untuk mendirikan IMM tersebut, sebenarnya juga tak lepas dari perannya yang sudah lebih dulu berkiprah di Pemuda Muhammadiyah, ketika dirinya masih berada di Medan. Di sanalah ia bergabung bersama anggota-anggota Pemuda Muhammadiyah Medan untuk bersama-sama mendakwahkan Islam Berkemajuan yang diusung oleh organisasi Muhammadiyah.

Kesibukan Rosyad seolah tak ada hentinya, sebab setelah bergabung dalam Pemuda Muhammadiyah dan sukses mendirikan IMM, dirinya lantas ikut terlibat aktif di Muhammadiyah sejak tahun 1978 hingga sekarang. Jabatan yang pernah diduduki Rosyad yaitu anggota PP Muhammadiyah, sekretaris PP Muhammadiyah, wakil ketua PP Muhammadiyah, sekretaris umum PP Muhammadiyah, Ketua Panitia Pemilihan Pusat untuk Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama periode 7 kali muktamar berturut-turut, dan konsultan ahli PP Muhammadiyah hingga saat ini.

Di luar aktivitasnya di PP Muhammadiyah dan Departemen Agama, Rosyad juga pernah menjadi anggota MPR RI periode 1999-2004 dari fraksi golongan perwakilan Muhammadiyah. Dan saat ini, Rosyad dipercaya sebagai ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMY. Dengan segala aktivitas dan kesibukan yang dilakukan Rosyad sejak masa belia ini, menunjukkan bahwa dirinya yang pernah memiliki cita-cita sebagai muballigh, telah menjadikan hidup dan cita-cita mulianya bermakna. Bukan hanya bermakna bagi dirinya sendiri tapi juga bagi orang-orang sekitarnya dan juga umat.

Rosyad merupakan sosok pemimpin yang patut diteladani oleh semua, terlebih lagi oleh kader-kader Muhammadiyah. Karena sosoknya yang jujur, disiplin dan tegas dalam semua aspek. Selain itu, satu hal lagi yang patut diteladani adalah keistiqamahannya berjuang dan mengabdi untuk umat, bangsa, dan Muhammadiyah. Bahkan sekalipun usianya kini sudah menginjak 74 tahun, Rosyad tetap terus mengabdi pada umat, bangsa dan Muhammadiyah. Walaupun ia tidak lagi banyak bergerak langsung dengan terjun ke masyarakat, tapi lewat tulisan-tulisan yang dihasilkannya ia tetap melakukan perjuangan dan mendakwahkan Islam yang berkemajuan bagi semua orang.

Rosyad yang telah menghabiskan 52 tahun waktu hidupnya untuk umat dan bangsa ini pun mengharapkan agar kader Muhammadiyah serta generasi muda bisa lebih berkualitas dibanding para pendahulunya. “Generasi muda dan kader Muhammadiyah harus bisa lebih berkualitas, baik dalam intelektualitas, mental, maupun akhlaknya. Karena tantangan ke depan jauh lebih berat dan komplek. Baik itu tantangan yang datang dari internal, lebih-lebih eksternal, baik dari dalam maupun luar negeri,” pesan Rosyad.

Karena di situlah diperlukan kader-kader yang handal, agar Muhammadiyah tidak tertinggal dan bisa terus mendakwahkan Islam berkemajuan. “Jadi saya harap generasi dan kader berikutnya harus lebih pintar, lebih sehat, lebih kuat, dan kalau bisa lebih kaya dari pendahulunya. Agar Muhammadiyah yang sudah memasuki abad ke-2 usianya ini bisa lebih maju lagi,” imbuhnya.


Calon Mahasiswa Juga Perlu Pertimbangkan Akreditasi Universitas

$
0
0

Siswa-siswi SMAN1 Metro Lampung saat berkunjung ke UMY

Akreditas Universitas juga harus menjadi pertimbangan tersendiri bagi semua calon mahasiswa, atau bagi siswa-siswi yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) dan ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi. Hal ini karena di samping untuk mengetahui kualitas universitas yang dipilih, juga untuk menjadi salah satu penunjang kesuksesan mahasiswa dalam bidang pelayanan akademik, juga saat dirinya akan memasuki dunia kerja atau studi lanjut S2.

Inilah yang menjadi inti dari dua kegiatan studi banding siswa-siswi SMA ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang dilakukan dalam waktu bersamaan, pada Rabu (17/12). Dua sekolah yang berkunjung ke UMY yakni SMA Excelent Nurul Ikhlas, Sumatera Barat dan SMAN 1 Metro, Lampung ini, sama-sama ingin mengetahui lebih jauh tentang perguruan tinggi di Yogyakarta, khususnya UMY. Keduanya juga sama-sama ingin mengetahui program-program pendidikan apa saja yang ada di UMY, pengenalan jurusan, dan proses pendaftaran mahasiswa baru di UMY.

Sementara itu, menurut perwakilan dari Biro Admisi dan Penerimaan Mahasiswa Baru, Bachtiar Dwi Kurniawan. S.Fil. I., MPA dan Marwadi, sama-sama sepakat  bahwa untuk mengetahui tentang seluk beluk universitas, saat ini belum cukup jika tidak disertai dengan pengetahuan atau informasi mengenai akreditasinya. Baik itu akreditasi institusinya (universitas) maupun akreditasi dari Program Studinya. Sebab menurut Bachtiar, dalam memilih universitas dan prodi atau jurusan harus tahu akreditasinya, karena itu yang akan menentukan pekerjaan mahasiswa ke depannya. “Kita memang harus selektif dalam memilih universitas atau jurusan. Sebab ini akan menentukan pekerjaan yang akan kita pilih nantinya. Saat ini saja jika kita akan mendaftar PNS, universitas atau prodi yang kita pilih minimal harus terakreditasi B, “jelas Kepala Bidang Promosi PENMARU UMY ini.

Hal senada juga disampaikan Marwadi, menurutnya, akreditasi universitas sudah menjadi bagian penting dalam sebuah perguruan tinggi yang juga perlu diperhatikan. Karena akreditasi institusi itu juga sudah menjadi ketetapan dari pemerintah, dari sana pula akan terlihat bagaimana kualitas sebuah perguruan tinggi itu. Jika perguruan tinggi itu sudah terakreditasi, maka ia sudah menjadi perguruan tinggi yang diakui dan berkualitas. “Namun, di Indonesia masih beberapa yang sudah terakreditasi. Seperti juga di Yogyakarta, diantara sekian banyak perguruan tinggi, baru 3 perguruan tinggi yang akreditasinya A,” ungkapnya.

Marwadi pun berharap, agar siswa-siswi yang datang berkunjung ke UMY tersebut dapat memiliki pertimbangan dan referensi yang cukup untuk menentukan perguruan tinggi mana yang akan mereka pilih. Karena mereka yang datang ke UMY itu masih duduk di kelas XI. “Jadi, kalian masih punya waktu untuk mempertimbangkan mana yang akan kalian pilih. Kalau yang datang ke sini kelas XII, pasti mereka sudah menentukan perguruan tinggi pilihannya, karena sudah tidak punya waktu untuk mempertimbangkan lebih lama lagi,” imbuhnya.

Siswi SMA Excelent Nurul Ikhlas, Sumatera Barat saat berkunjung ke UMY

UMB dan UMY Jajaki Kerjasama Bidang Akademik

$
0
0
IMG_8933

mahasiswa-mahasiswi Universitas Muhammadiyah Bengkulu saat berkunjung ke UMY

Sebuah instansi pendidikan merupakan sebuah penopang agar pendidikan bisa terus berkembang dan semakin maju. Untuk itu setiap instansi pasti sangat memerlukan dukungan atau dorongan dari instansi pendidikan lain untuk bisa mewujudkan impiannya tersebut. Aktivitas yang biasanya akan dilakukan antar intansi adalah berkunjung atau melakukan jalinan kerja sama, hal ini juga untuk menjalin silaturahmi yang baik antar instansi.

Hal yang sama pun dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), pada Kamis (17/12) UMB melakukan kunjungan ke Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Kunjungan ini merupakan kegiatan study banding jurusan dan kegiatan kemahasiswaan. Selain itu kunjungan ini juga memberikan peluang untuk bisa menjalin kerja sama antara UMY dengan UMB. “Kunjungan ini merupakan study banding, dimana ada 47 mahasiswa serta 7 dosen yang terdiri dari Dekan FISIPOL UMB, Wakil Dekan FISIPOL UMB, dan Ketua Prodi Jurusan di UMB,” jelas Bambang Wahyu Nugroho., SIP, MA selaku Wakil Dekan FISIPOL Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UMY.

FISIPOL UMB memilki tiga jurusan antara lain yaitu administrasi publik, sosiologi, dan ilmu komunikasi. Untuk itu mahasiswa dan dosen UMB yang datang dalam study banding tersebut ingin mengetahui bagaimana sistem akademik yag digunakan oleh FISIPOL UMY sebagai sistem pembelajarannya. Bukan hanya pada sistem pembelajaran saja, namun juga pada bidang atau kegiatan mahasiswa FISIPOL UMY.

Bambang menjelaskan bahwa selain kegiatan pembelajaran di prodi, mahasiswa UMB jga diperkenalkan dengan kegiatan mahasiswa yang dimiliki oleh FISIPOL UMY. “Untuk itu dalam penyambutan mereka, bukan hanya dekan dan wakil dekan tetapi juga turut mengundang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIPOL UMY, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FISIPOL UMY, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FISIPOL, dan Fresh Club atau PKM FISIPOL UMY,” terangnya.

Selain itu kedatanganan UMB ke UMY juga menjadi jembatan bagi kedua institusi tersebut untuk menjalin kerja sama antar Universitas khususnya kerja sama antara FISIPOL UMY dengan FISIPOL UMB. Bentuk kerjasama yang dilakukan dalam bidang akademik, khususnya pada penyempurnaan sistem pembelajaran ini, seperti penyempurnaan kurikulum, penelitian, dan program kegiatan kemahasiswaan. Namun pelaksanaan tersebut masih pada tahap kesepakatan. “Untuk proses MOU saat ini masih pada tahap kesepakatan, nanti ketika kedua pihak sudah benar-benar deal maka, insya Allah kami akan datang ke sana untuk melakukan penandatangan MOU,” ungkap Bambang.

Seperti yang diketahui, lanjut Bambang, beberapa jurusan di UMB masih ada yang terakreditasi C, untuk itu UMY berharap dengan kedatangan UMB ke UMY bisa memberikan dorongan paling tidak meningkatkan akreditasi menjadi B. “Kami berharap UMY bisa menjadi pembina universitas karena kita sudah terakreditasi A, serta jurusan-jurusannya sudah banyak yang A. Jadi, ini menjadi sebuah kewajiban moral bagi kami, apalagi kami sama-sama Universitas Muhammadiyah, paling tidak kita turut membantu memajukan sesama Muhammadiyah terutama pada pendidikan tingginya,” terangnya lagi.

KOMAHI UMY Selenggarakan Mandarin Day

$
0
0
IMG_8978

Demo masak di Mandarin Day

Dalam rangka mengenalkan budaya Tionghoa kepada mahasiswa dan masyarakat luas, Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KOMAHI UMY) menggelar acara Mandarin Day pada hari Kamis, (17/12) di AR B Lt. 5 UMY, dengan mengusung tema “Explorasi Budaya Tionghoa Untuk Membuka Jendela Dunia”. Selain untuk mengenalkan budaya Tionghoa, acara ini juga bertujuan untuk mengenalkan bahasa Mandarin yang menjadi bahasa resmi penduduk Tionghoa. Bahkan, bahasa Mandarin saat ini juga sudah menjadi salah satu bahasa Internasional.

Dalam acara tersebut KOMAHI juga menghadirkan beberapa pembicara dari IONS International Education yaitu Miss. Queen dan Mr. Sean. Selain itu juga turut hadir Ketua Badan Koordinasi Pendidikan Bahasa Tionghoa DIY yaitu Jimmy Sutanto. Dalam seminar dan talk show tersebut para pembicara akan memberikan pengetahuan​ tentang budaya Tionghoa dan bahasa Mandarin.

Selain seminar dan talk show, KOMAHI juga memberikan acara yang menarik antara lain demo cooking, tarian barongshai, dan pemutaran video musik tradisional. “Pengenalan bukan hanya pada demo cooking, tarian barongshai, dan pemutaran video music tradisional saja tetapi juga membuka stand makanan Tionghoa, baju Tionghoa, dan stand huruf kanji,” paparnya lagi.

Budaya Tionghoa memang sudah sejak dikenal sejak lama, namun masih banyak orang yang masih merasa kesulitan untuk mempelajari bahasa atau tulisan Cina. Tapi hal tersebut ditepis langsung oleh Miss. Queen. “Bahwa belajar tulisan Mandarin itu tidak sulit jika kita sudah menguasai teknik dasarnya, “ jelasnya.

Jimmy Sutanto menjelaskan bahwa dulu banyak masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa masyarakat Tionghoa itu tertutup namun, saat ini tidak lagi karena masyarakat Tionghoa mencoba berbaur dengan masyarakat Indonesia. “Misalnya dengan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan sosial atau membantu pemerintah dalam hal memberikan bantuan ketika terjadi bencana khususnya di Yogyakarta,” terangnya.

Kegiatan-kegiatan sosial ini juga berimbas pada terbukanya beasiswa bagi pelajar Indonesia untuk bisa melanjutkan pendidikan di sana. Seperti saat ini, beasiswa atau scholarship ke Cina juga mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Yogyakarta. “Saat ini sudah banyak website study di Cina yang menawarkan beasiswa, antara lain yaitu Taiwan followship and scholarship, dan SIAS University, “ terang Miss. Queen.

Untuk bisa melanjutkan pendidikan ke Cina, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi antara lain yaitu dengan mengikuti tes Hanyu Shuiping Kaoishi (HSK). “Tes ini untuk mengetahui kemampuan bahasa kalian, selain itu tes HSK ini juga sudah bertaraf internasional sehingga akan sangat akurat penilaiannya. Tes HSK ini juga sebuah bentuk kerja sama antara Indonesia dan Cina,” imbuh Miss. Queen lagi.

Dalam acara ini YessyAniesha Liendriani selaku Ketua Panitia, berharap KOMAHI dengan IONS Internasional Educations bisa bekerja sama lagi dengan seminar yang lainnya. Sedangkan untuk mahasiswa bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat untuk kemudian bisa diterapkan secara langsung.

Perguruan Tinggi Perlu Tetapkan KTR (Kawasan Tanpa Rokok)

$
0
0

IMG_9039

Konsumsi rokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, bahkan jumlahnya pun fantastis hingga mencapai 240 miliar di tahun 2009 dari yang sebelumnya hanya 30 miliar batang pada tahun 1970. Angka ini jelas sudah berada pada tahap mengganggu dan meresahkan masyarakat. Namun, masih banyak masyarakat yang apatis dengan permasalahan rokok ini. Belum lagi dengan kerugian ekonomi yang diderita oleh masyarakat karena penyakit yang diakibatkan rokok. Sementara pemerintah seolah lebih mengutamakan pendapatan negara dari cukai rokok, dibanding kesehatan masyarakatnya sendiri.

Perguruan tinggi yang merupakan tempat pendidikan paling tinggi bagi generasi muda, seharusnya bisa membantu menanggulangi masalah rokok ini dengan ikut menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Selain itu, kampus juga cenderung menjadi sasaran utama industri rokok, sehingga jika insan kampus banyak yang merokok hal itu bisa menjadi promosi gratis bagi industri rokok. Karena itu perguruan tinggi perlu memelopori dan menciptakan gerakan untuk mengendalikan konsumsi rokok ini.

Demikian disampaikan Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid, M. Ec, selaku ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) saat menjadi pembicara dalam seminar dan workshop “Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Lingkungan Kampus”. Acara yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah Tobacco Control Center (MTCC) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerjasama dengan APTISI ini, dilaksanakan pada Kamis (18/12) di Hotel Grand Zury, Yogyakarta. Dalam acara ini hadir pula Bambang Sulistomo, mantan staf ahli Kementerian Kesehatan RI dan Tinuk Istiarti, Dekan FKM Universitas Diponegoro (Undip).

Menurut Prof. Edy, perguruan tinggi jangan hanya menjadi institusi yang pasif dalam menghadapi masalah rokok tersebut. Dengan ikut menerapkan KTR, kampus sudah bisa dikatakan ikut terlibat aktif dalam penanganan dan pengendalian rokok. “Selain itu, perguruan tinggi se-Indonesia, khususnya PTS juga bisa melakukan berbagai penelitian dan pengembangan dampak pandemi produk tembakau di bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya. Hal ini untuk mewujudkan hak untuk hidup sehat serta mewujudkan generasi muda dan bangsa yang berkualitas dan berdaya saing,” paparnya.

Langkah lainnya yang bisa dilakukan perguruan tinggi, menurut Prof. Edy adalah dengan menolak tawaran beasiswa atau sponsorship dari industri rokok. “Perguruan tinggi harus menolak tawaran beasiswa atau sponsorship dari industri rokok. Ini juga sebagai bentuk pengendalian terhadap bahaya rokok. Peraturan ini juga sudah kami berlakukan pada semua PTS anggota APTISI, agar tidak lagi menerima tawaran beasiswa atau sponsorship dari industri rokok,” jelasnya.

Sementara itu, Bambang Sulistomo, mantan staf ahli Kementerian Kesehatan RI, mengatakan, konsumsi rokok saat ini sudah banyak terjadi di kalangan remaja, bahkan ada pula yang masih di bawah umur tapi sudah mengonsumsi rokok. Padahal, banyak dampak negatif bagi remaja yang mengonsumsi rokok. “Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja dan anak-anak yang merokok kemungkinannya akan menjadi pecandu narkoba 15 kali lebih besar dibanding yang bukan perokok, mereka juga kemungkinan akan menjadi pecandu alkohol 3 kali lebih besar,” paparnya.

Selain itu, dampak lainnya bagi remaja, lanjut Bambang, remaja dan anak-anak yang merokok akan menurun kecerdasan emosinya, menurun kemampuan untuk belajar dan berinteraksi dengan orang lain, serta lebih sulit beradaptasi dengan lingkungan sosial yang berubah.

Karena itulah, Bambang pun sepakat jika semua perguruan tinggi di Indonesia bisa menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) tersebut. Di samping karena salah satu tujuan dari acara tersebut untuk mendorong perguruan tinggid di DIY dan Jawa Tengah agar bisa menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di kampusnya, juga sebagai bentuk kepedulian pada hak untuk sehat bagi masyarakat.

​Mau Kuliah di Perancis Harus Kuasai Bahasanya

$
0
0

Atase Perancis 1

Pemerintah Perancis membuka peluang beasiswa yang besar bagi mahasiswa asal Indonesia. Namun demikian penguasaan Bahasa Perancis menjadi hal yang utama untuk dapat menempuh pendidikan dengan jalur beasiswa di negeri yang terkenal dengna menara Eifel itu.
Hal tersebut dungkapkan oleh atase kerjasama universitas Kedutaan Besar Perancis untuk Indonesia, Antoine Devoucoux de Buysson saat memberikan seminar tentang peluang studi di Perancis yang diselenggarakan di Mini Theatere PPB UMY, Kamis sore (18/12).

Antoine​ menjelaskan, Perancis menjadi tujuan utama mahasiswa di dunia dalam menempuh pendidikan. Hal itu dikarenakan adanya kualitas pendidikan yang baik dengan biaya hidup relatif rendah. Tidak sampai di situ, ia menyebutkan, pemerintah negaranya tidak membeda-bedakan mahasiswa dalam atau luar negeri, mereka sama-sama berkesempatan mendapatkan subsidi biaya pendidikan alias gratis.

Pemerintah Prancis, lanjutnya, memang memberikan beasiswa dalam bentuk subsidi biaya pendidikan bagi para pelajar yang menuntut ilmu di negeri yang menjadi kiblat fashion dunia itu. Namun ia mengingkatkan, para pelajar yang ingin mendapatkan subsidi haruslah mengambil program berbahasa Perancis dan mampu menggunakan Bahasa Perancis untuk bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Ia juga menepis anggapan bahwa Bahasa Perancis adalah bahasa yang sukar untuk dipahami. Bahasa Perancis, katanya, saat ini telah banyak digunakan oleh diplomat dan merupakan salah satu bahasa resmi PBB. “Bahasa perancis mudah dipahami. Selain itu Bahasa Perancis banyak digunakan diplomat dan menjadi bahasa resmi PBB setelah Bahasa Inggris,” ungkapnya pada acara yang digelar Warung Peranis UMY itu.

Di sisi lain ia juga menerangkan bahwa masyarkat Indonesia yang mayoritas muslim tidak perlu khawatir ketika tinggal di negaranya. Sebab ia mengaku, penduduk Perancis sangat terbuka dengan pendatang, lebih-lebih yang memiliki latar belakang kepercayaan yang berbeda. Di samping itu ia juga menuturkan, warga muslim yang baru tinggal di sana tidak perlu khawatir kesulitan untuk mendapatkan makanan halal. Menurutnya saat ini di Perancis telah banyak sekali tempat penjualan makanan halal, selain itu pusat-pusat perbelenjaan yang ada juga telah banyak menyediakan.

Sementara itu Nur Fitria, Penanggung Jawab Campus France Yogyakarta menyebutkan, biaya pendidikan di Perancis sangat terjangkau, bahkan lebih murah di banding di Indonesia. Selain itu, para pelajar juga mendapatkan berbagai kemudahan seperti subsidi biaya hunian sebesar empat puluh persen. Kemudian biaya makan siang di kantin universitas yang murah.

“Di Perancis biaya pendidikan sekitar tiga sampai tujuh juta saja. Yang harus dibayar itu adalah biaya registrasi. Biaya hidup juga murah, dengan 3 euro saja kita sudah bisa makan dengan menu lengkap di kantin universitas,” katanya menambahkan.

Resimen Mahasiswa UMY Peringati Hari Bela Negara dengan Aksi Donor Darah

$
0
0
Donor Darah Menwa

Salah seorang anggota Menwa yang menemani peserta donor darah dari kalangan mahasiswa UMY

Resimen Mahasiswa (Menwa) SAT-017 UMY menggelar aksi donor darah di kampus setempat. Kegiatan sosial itu diselenggarakan untuk memperingati Hari Bela Negara (HBN) yang jatuh pada 19 Desember setiap tahunnya.

Ketua pelaksana, Wira Primaldi mengatakan, pihaknya sengaja mengemas peringatan itu dalam bentuk donor darah, sebab menurutnya bela negara dapat diwujudkan dengan hal sederhana seperti dengan menyumbangkan darahnya untuk sesama.

Ia menuturkan animo civitas akademika UMY untuk mendonorkan darahnya dalam kegiatan itu cukup tinggi. Panitia, lanjut mahasiswa Ekonomi Keuangan dan Perbankan Islam itu, menargetka​n delapan puluh kantong darah sampai jam 14.00, namun iya meyakini jumlahnya akan melebihi target.

“Targetnya sekitar 80 kantong, tapi sepertinya melebihi target. Karena sekarang jam 11.30 saja sudah terkumpul 75 kantong,” kata Wira di sela-sela donor darah yang digelar di Poli Klinik UMY, Jum’at (19/12).

Ia mengaku peringatan Hari Bela Negara belum pernah diperingati sebelumnya oleh Universitas di Yogyakarta. Sehingga dengan adanya donor darah bertema “Setetes Darah untuk Bela Negara” itu membuat UMY menjadi kampus pertama di Yogyakarta yang memperingati hari bersejarah itu. Ia berharap ke depannya Hari Bela Negara dapat terus diperingati setiap tahunnya di UMY dengan berbagai konsep yang berbeda.

Di sisi lain Komandan Menwa SAT-017 UMY, Sofwan fajar menerangkan, peringatan hari bela negara masih belum begitu familiar di telinga masyarakat. Sehingga pihaknya ingin mengenalkan peringatan yang ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak tahun 2006 itu kepada masyrakat, khususnya generasi muda.

Sebab, menurut mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2012 itu, saat ini banyak generasi muda yang terkesan cuek dengan berbagai peringatan bersejarah Bangsa Indonesia. “Kita sebagai Menwa ingin mengajak mahasiswa untuk mengenalkan Hari Bela Negara yang ke enam. Kita ingin mengingatkan pemuda agar tahu pentingnya bela negara,” tambah Sofwan.

HBN sendiri diitetapkan Pemerintah Indonesia untuk memperingati deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia oleh Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat pada tahun 19 Desember 1948. Saat itu Presiden Soekarno dan Hatta ditangkap oleh Belanda, kemudian Ibu Kota Indonesia yang sempat dipindahkan ke Yogyakarta juga berhasil diduduki Belanda dengan menyerukan Pemerintahan Republik Indonesia telah bubar. Keputusan tentang HBN ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keppres No. 28.

KMTI UMY Persiapkan Mahasiswa Untuk Ikuti UAS dengan Rangking 1​

$
0
0

20141220_143201

Keluarga Mahasiswa Teknik Informasi (KMTI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) membantu mahasiswa dan mahasiswi TI UMY dalam mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS), yang akan diselenggarakan pada Januari 2015 mendatang. Namun, bentuk persiapan yang diberikan KMTI bukan dengan persiapan secara resmi seperti les privat atau belajar bersama di kelas maupun di luar kelas. Akan tetapi, bentuk persiapan yang mereka lakukan adalah dengan mengadakan acara “Rangking 1″.

“Rangking 1″ yang digelar pada Sabtu, (20/12) ini tidak berbeda dengan acara Reality Show “Rangking 1″ yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta di Indonesia. Hanya saja, pertanyaan yang diajukan pada perlombaan itu selain pertanyaan mengenai pengetahuan umum juga banyak pertanyaan tentang keilmuan TI itu sendiri, “Rangking 1″ yang diadakan KMTI UMY ini bertempat di Lobi Teknik Gedung F4 Kampus Terpadu UMY dan hanya untuk keperluan internal di TI UMY.

Menurut ketua panitia, Julian Noor Rizani, saat ditemui di sela-sela acara mengatakan, “Rangking 1″ tersebut diadakan untuk memberikan hiburan kepada mahasiswa-mahasiswi TI UMY sebelum menghadapi UAS. Soal-soal yang diberikan pun sebagian besar berasal mata kuliah atau pelajaran yang didapatkan para mahasiswa di bangku kuliah. “Tipe soal yang diberikan pada kompetisi ini lebih pada soal logika. Di mana peserta dituntut untuk bisa berfikir dan menjawab secara logika. Jadi kami tidak hanya menjadikan acara ini sebagai tempat refreshing bagi mahasiswa, namun juga untuk memberikan pengeatahuan umum terkait dunia TI dan sejarahnya,” ungkapnya.

Peserta “Rangking1” ini bukan hanya dari kalangan mahasiswa dan mahasiswi TI UMY angkatan 2011 hingga 2014 saja, tetapi ada juga staff TI UMY yang turut mengikuti kompetisi ini. Menurut Julian, jumlah peserta sendiri ada 90 orang yang terdiri dari mahasiswa, mahasiswi, dan staff TI UMY. “Dan sebenarnya acara ini juga sebagai peringatan Milad KMTI yang ke-3. Milad sendiri sudah dimulai sejak hari ini dan malam puncaknya akan dilaksanakan pada 22 Desember,” jelasnya.

Julian memaparkan bahwa rule dari kompetisi “Rangking 1” ini tidak beda jauh dengan sebelumnya, yang membedakan hanya tipe soal yang akan diberikan kepada peserta. “Peraturannya adalah pada babak pertama peserta akan dikelompokkan dengan mengerjakan soal secara individual. Pada babak kedua peserta yang berhasil akan mengerjakan 10 sepuluh soal, yang tentunya tingkat kesulitan soal juga akan berbeda,’ paparnya.

Selain itu peserta juga dilarang mencontek satu sama lain, karena jika ada peserta yang ketahuan mencontek akan langsung didiskualifikasi oleh panitia. “Waktu menjawab yang diberikan panitia kepada peserta adalah 5 sampai 10 detik. Jadi, para peserta harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin karena waktu yang diberikan sangat terbatas,” tutur Julian lagi.

Julian juga menambahkan, bahwa akan ada apresiasi kepada peserta yang berhasil menjawab soal dengan benar dari awal hingga babak terakhir. “Total hadiah yang akan diberikan kepada pemenang adalah Rp 500.000. Pelaksanaan kompetisi ini juga didukung penuh oleh para dosen TI UMY sendiri. Melalui acara ini juga kami berharap, agar peserta khususnya mahasiswa bisa lebih siap lagi nantinya ketika akan menghadapi UAS. Karena mereka sudah terlebih dulu mengasah otak mengenai pelajaran yang sudah didapat, sekalipun caranya lewat permainan ini,” imbuhnya.​

Adapun pemenang “Rangking 1″ diantaranya juara 1 diraih oleh Syarif, juara 2 Toni, dan juara ketiga Beni. Juara 1 berhak mendapatkan hadiah sebesar 250 ribu rupiah, sedang juara kedua dan ketiga masing-masing mendapatkan uang sejumlah 150 ribu rupiah.


Public Speaking Juga Perlu Dipelajari di Dunia Pemerintahan

$
0
0
IMG_9062

Novita Pratika Ismayanti saat menyampaikan materi Public Speaking yang diselenggarakan oleh Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada Selasa (23/12) di Mini Theater Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) UMY

Saat ini public speaking menjadi kebutuhan setiap individu. Public speaking ini digunakan untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan tutur bahasa yang baik, sehingga pesan yang akan disampaikan tercapai dan sesuai dengan keinginan. Dalam dunia pemerintahan, public speaking menjadi salah satu unsur yang sangat penting. Sebab, di pemerintahan sendiri akan ditemui berbagai macam cara komunikasi yang digunakan oleh untuk menyampaikan pesan, baik itu yang bersifat untuk kepentingan umum atau masyarakat. Karena itulah seorang yang bekerja di pemerintahan juga dituntut untuk bisa menguasai ilmu public speaking.

Demikian disampaikan Novita Pratika Ismayanti, Branch Manager (Owner) di Purwacaraka Music Studio Cabang Yogyakarta-Solo dalam acara Workshop Public Speaking yang diselenggarakan oleh Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada Selasa (23/12) di Mini Theater Pusat Pelatihan Bahasa (PPB) UMY. Selain Novita, hadir pula Istining Dwi Indriati, mantan penyiar radio RRI Pro2 FM Jakarta yang juga menjadi narasumber dalam acara pelatihan ini.

Menurut Novita, dalam pemerintahan public speaking digunakan untuk menyampaikan pesan yang berkaitan dengan masyarakat, sehingga public speaking menjadi salah satu hal yang wajib dikuasai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pemerintahan. Hal ini juga berguna bagi mereka saat mereka akan menyampaikan pesan atau memberikan informasi kepada semua lapisan masyarakat.

Bukan hanya itu saja, lanjut Novita, mereka yang bekerja di pemerintahan juga harus menguasai pemilihan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan, sehingga maksud pesan yang disampaikan bisa tercapai. “ Kita perlu mengetahui masyarakat yang ada di hadapan kita, apa pekerjaannya, sejauh mana pendidikannya. Dari sanalah kita dapat mengetahui bahasa apa yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut, jika kita sudah menguasainya, secara otomatis maksud pesan yang disampaikan juga akan tercapai,” tutur Novita yang juga mantan penyiar radio Trijaya FM ini lagi.

Sementara itu, menurut Istining Dwi Indriati, selain menguasai pemilihan bahasa, orang yang berkecimpung dalam dunia kepemerintahan juga perlu memerhatikan penggunaan bahasanya. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang mudah dipahami dan tidak bertele-tele. Selain itu, saat berpidato juga perlu menyisipkan kalimat-kalimat humor. Hal ini sangat penting untuk mencairkan suasana, agar tidak kaku atau tegang. “Kita juga harus menguasai bahasa tubuh dengan baik. Karena itu sering-seringlah berinteraksi dengan audien, lakukan manajemen waktu dengan baik, dan kuasai audien,” ungkap mantan penyiar radio Trijaya FM ini lagi.

Isti yang juga mantan penyiar radio Bahana FM ini juga menyontohkan bagaimana seseorang yang duduk di tingkat pemerintah harus berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat (audien)nya. “Untuk bisa menguasai audien, kita perlu melakukan pendekatan-pendekatan. Misalnya, ketika seorang gubernur berbicara dihadapan seorang petani, awalilah pembocaraan yang berkaitan dengan petani seperti menanyakan kabar atau pekerjaan hari ini lancar atau tidak, dengan ini suasana akan menjadi cair dan petani tidak akan bosan. Ketika menyampaikan pesan kepada petani gunakanlah bahasa-bahasa yang tidak terlalu berat, jadi gunakanlah bahasa yang merakyat, “ jelas Isti.

IFoSEN Sukses Terselenggara

$
0
0

Setelah melakukan persiapan yang hanya kurang dari satu bulan lamanya, International Fair of Special Education Needs (IFoSEN) sukses terselenggara. Acara yang diselenggarakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, pada 9 hingga 10 Desember 2014 di Exhibition Hall Taman Pintar Kota Yogyakarta, dengan menggandeng PPDI (Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia) DIY ini, diharapkan dapat menyadarkan masyarakat dunia tentang keberadaan saudara, keluarga, teman atau pun orang-orang di sekitarnya yang memiliki kebutuhan khusus (difabel).

Bukan hanya untuk menumbuhkan kesadaran akan keberadaan mereka saja, namun juga agar warga berkebutuhan khusus tersebut mendapatkan hak yang sama seperti masyarakat lainnya. Dengan begitu, mereka pun akan memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi, mendapat kesempatan bekerja, mendapat perlindungan dan jaminan dalam bidang kesehatan, sosial, politik, hukum, penanggulangan bencana, tempat tinggal dan aksesibilitas, serta memperoleh kesempatan yang sama untuk berkreasi melalui seni, budaya dan olah raga.

Satria Rizaldi, selaku wakil ketua panitia saat ditemui di Biro Humas UMY, Jum’at (26/12) mengatakan, inti dari acara IFoSEN tersebut sebenarnya adalah dengan memamerkan karya seni yang dihasilkan oleh warga-warga difabel di Indonesia. Karya-karya seni tersebut juga dipamerkan di hadapan institusi-institusi dan NGO dari luar negeri, yang juga ikut berpartisipasi dalam acara itu. “Dalam acara ini, kami lebih banyak mengekspos karya-karya seni, produk kerajinan, pentas seni, serta lomba-lomba kesenian. Dan semua itu diikuti oleh para penyandang disabilitas, karena ini juga sebagai bentuk kepedulian kami pada mereka,” katanya.

Menurut Satria, selama ini kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh orang-orang berkebutuhan khusus itu masih jarang diekspos dan diketahui oleh masyarakat luas. Karena itulah, dalam acara yang diselenggarakan bertepatan dengan Hari Special Needs Internasional (HSNI) ini, panitia penyelenggara menampilkan produk-produk kesenian dan kerajinan yang mereka hasilkan, agar semua orang mengetahui bahwa di balik kekurangan para difabel itu ternyata ada banyak kelebihan yang mungkin saja belum tentu bisa dilakukan oleh orang biasa lainnya. “Cara yang kami lakukan untuk mengenalkan kelebihan mereka ini bukan hanya dengan memamerkan produk-produknya saja, tapi kami juga mengadakan berbagai macam lomba, seperti lomba fashion show dan comic street. Selain itu juga ada long march bersama 1000 penyandang difabel DIY, dengan rute dari Benteng Vreden Burg sampai ke Taman Pintar,” ungkapnya.

Dalam long march tersebut, mereka juga mengampanyekan PERDA DIY No.4 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas agar benar-benar bisa diterapkan secara maksimal. Kegiatan long march ini juga berhasil menjadi Rekor dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LAPRIND).

Selain itu, lanjut Satria, dalam pembukaan IFoSEN pada Senin (9/12), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan juga turut hadir menyampaikan orasi dan motivasi pada penyandang difabel agar mereka tetap terus berusaha dan bekerja keras, serta tidak menjadikan kekurangannya sebagai beban untuk meraih prestasi dan kesukesan. Anies juga menyarankan agar masyarakat mulai mengubah pola pikirnya (mindset) pada penyandang difabel. Menurut Anies, masyarakat tidak boleh memandang warga berkebutuhan khusus tersebut sebagai orang cacat. Tapi, kekurangan yang ada pada diri seseorang tersebut harus dipandang sebagai sesuatu yang alami. Jika mindset masyarakat pada warga berkebutuhan khusus sudah bisa berubah seperti itu, maka kesempatan mereka untuk meraih hak yang sama dalam bidang pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, sosial, seni, budaya, olah raga, politik, hukum, penanggulangan bencana, tempat tinggal, dan aksesibilitas, akan semakin terbuka lebar.

Layanan Psikologi dan Teknologi Canggih Lengkapi Peluncuran Klinik 24 Jam UMY

$
0
0
IMG_9364

Rektor UMY, Prof. Dr. Bambang Cipto, MA saat menjajal keunggulan mesin pengukur kebugaran tubuh secara menyeluruh yang bernama Body Compotition Monitor, salah satu fasilitas yang tersedia di Klinik Pratama 24 Jam Firdaus UMY

Untuk menunjang kebutuhan masyarakat Yogyakarta dalam penyediaan layanan kesehatan, serta membantu meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat bermanfaat secara langsung kepada masyarakat, UMY sebagai salah satu perguruan tinggi yang juga memiliki andil dalam pemberdayaan masyarakat, ikut membantu penyediaan layanan tersebut. Upayanya tersebut dilakukan dengan membuka klinik 24 jam, yang sasaran pasiennya adalah warga muhammadiyah, mahasiswa UMY dan juga masyarakat umum baik yang terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) maupun bukan

Ketua Task Force for Klinik Pratama 24 jam Firdaus UMY, dr. Oryzati Hilman, MSc. CMFM, PhD dalam laporannya saat soft opening Klinik 24 jam UMY yang bertempat di halaman utama Klinik Pratama 24 jam Firdaus UMY dan berlokasi di Jalan Kapten Piere Tendean 56, Yogyakarta, Kamis (25/12), menjelaskan ada hal berbeda yang disediakan oleh Klinik 24 jam UMY. Perbedaan tersebut terletak pada layanan dan fasilitasnya yang sudah menggunakan teknologi cangih. Pada layanan Klinik 24 Jam UMY ini, selain menyediakan layanan lengkap pemeriksaan kesehatan, juga menyediakan layanan konseling yang bertujuan untuk menyembuhkan dan mengendalikan psikologi pasien. Karena menurut dr. Oryzati, pasien yang sakit fisik sudah pasti berdampak pada psikologi pasien, sehingga selain adanya layanan penyembuhan fisik juga didukung dengan layanan penyembuhan psikologi pasien.

“Keunggulan klinik ini adalah, selain menyediakan layanan penyembuhan penyakit fisik yang didukung dengan teknologi kesehatan mutakhir, klinik ini juga menyediakan layanan konseling yang bertujuan untuk menyembuhkan psikologi pasien. Karena sudah pasti jika pasien mengalami sakit pada tubuhnya, hal tersebut akan berdampak langsung pada tekanan psikologi pasien,” ujarnya.

Sementara itu, rektor UMY Prof. Dr. Bambang Cipto, MA sesaat setelah meninjau kelengkapan fasilitas dari Klinik 24 jam Firdaus UMY mengungkapkan bahwa dirinya terkesan dengan ketersedian teknologi yang menurutnya lebih baik dari klinik yang ada di Yogyakarta, misalnya seperti mesin pengukur kebugaran tubuh secara menyeluruh yang bernama Body Compotition Monitor yang tersedia sebanyak 3 unit.

“Pertama-tama saya sangat terkesan sekali dengan keunggulan dari klinik ini. Sebab kita tahu bahwa selain kita mampu menyediakan tenaga kesehatan yang terampil, kini kita punya klinik yang menyediakan teknologi kesehatan yang canggih, misalnya seperti alat pengukur kebugaran tubuh tadi, ada 3 unit di sini. Selain itu klinik ini juga punya teknologi pemeriksaan gigi yang terbaru dengan keunggulan-keunggulan yang menurut saya lebih baik dari klinik yang lain,” imbuhnya.

Bambang juga menambahkan bahwa dirinya berharap dengan adanya Klinik Pratama 24 jam Firdaus UMY ini akan memberikan manfaat kepada masyarakat Yogyakarta, dan juga dapat menjadi sarana penunjang penelitian dari mahasiswa UMY sendiri. Hal ini juga agar ilmu kesehatan yang terus berkembang dapat diikuti secara baik, serta dapat terus menjadi sarana dalam peningkatan pengabdian kepada masyarkat.

Selain dengan penyediaan teknologi kesehatan yang cangih, Klinik Pratama 24 jam UMY juga didesain sebagai bangunan yang ramah terhadap difabel. Hal tersebut terlihat dari akses kursi roda ke semua ruangan, seperti ruangan pemeriksaan, toilet dan ruang tunggu. Selain itu Klinik Pratama 24 Jam UMY nantinya akan dilengkapi dengan Running Teks, untuk mendukung pasien tuna runggu agar mendapatkan informasi pangilan pemeriksaan dengan mudah. (Shidqi)

Minimnya Manajemen Sepakbola PSIM Jadi Bahan Kajian Peneliti Belanda

$
0
0
IMG_9406

Andy Fuller saat menyampaikan proses pembuatan dan peluncuran buku “The Struggle For Soccer In Indonesia Fandom, Archives And Urban Identity” pada Jumat (26/12) di Ruang Multimedia Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sepakbola Indonesia saat ini berada pada era perjuangan karena minimnya sistem manajerial klub sepakbola, sehingga menyebabkan banyak orang yang terlibat di dunia persebakbolaan Indonesia masih terabaikan hak dan kewajibannya. Tidak hanya masih terdapat pemain bola yang terlambat dibayar atau bahkan tidak dibayar, bahkan suporter klub juga tidak pernah mendapat perhatian khusus dari manajemen klub sepakbola yang didukungnya.

Misalkan di kota Yogyakarta klub sepak bola seperti Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) jarang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintahan kota sendiri. Hal ini yang menjadi ketertarikan Andy Fuller, Ph.D, seorang penulis dan peneliti asal Australia, untuk mengamati sejarah persepak bolaan di Indonesia khususnya di Yogyakarta. Andy Fuller yang juga mahasiswa S-3 di Universiitas Leiden, Belanda mencoba mengkritisi sejarah persepak bolaan di Indonesia yang kemudian dituangkan ke dalam sebuah buku yang berjudul The Struggle For Soccer In Indonesia Fandom, Archives And Urban Identity. “Dalam pembuatan buku ini saya tidak sendiri, karena saya dibantu oleh rekan saya yaitu Dimaz Maulana,” tutur Andy Fuller dalam peluncuran buku dan diskusi pada Jumat (26/12) di Ruang Multimedia Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Dalam buku tersebut Andy Fuller, mengungkapkan rasa kekecewaannya kepada sistem manajemen yang buruk di klub sepak bola Yogyakarta. Masih banyak hak dan kewajiban yag belum terpenuhi, khususnya bagi para pemainnya seperti kurangnya dukungan finansial bagi para pemain. Padahal yang seperti kita ketahui bahwa, supporter di Indonesia itu sangat setia dengan klub kebanggaannya, namun sayangnya kesetiaan tersebut tak sebanding dengan apa yang diperolehnya.

Kondisi ini yang menjadi issu yang diangkat pada buku ini, sehingga buku ini akan dijadikan literasi bagi para suporter atau pemain. “Dalam buku ini akan lebih menekankan pada sejarah persepak bolaan di Indonesia khususnya pada klub sepakbola PSIM, sebab PSIM sendiri merupakan klub sepakbola yang paling lama berdiri di Yogyakarta,” jelas Dimaz Maulana.

Baik buruknya sebuah klub sepak bola akan terlihat dari sistem manajemen sendiri. Hal ini akan terlihat jelas dari kekompakan sebuah tim sepak bola. “Keburukkan sebuah tim sepak bola ini dapat dilihat ketika menonton sebuah pertandingan, ketika pertandingan berlangsung masih banyak kekacauan yag terjadi dimana-mana terutama pada para suporternya,” ungkap Andy Fuller.

Andy Fuller juga mengungkapkan bahwa nilai budaya yang ada di Yogyakarta ini bukan hanya pada tempat wisata yang bagus tetapi juga pada klub sepakbolanya, sebab ini akan mejadi nilai tambah bagi kota Yogyakarta sendiri. Selain itu para suporter di Indonesia juga terkenal sangat tidak rapi, ini yang menjadi bahan kritikkan saya agar ketidak rapian ini menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan agar nantinya, klub sepak bola di Yogyakarta menjadi lebih baik.

Kecintaan suporter kepada para klub kebanggannya tidak perlu diragukan lagi. Suporter di Indonesia terkenal sangat aktif tidak seperti di luar negeri. “Jadi saya terkadang sangat heran dengan orang-orang yang mencintai klub sepakbola di luar negeri, padahal di Indonesia para suporter juga turut membantu dalam hal finansial klub sepak bolanya, sedangkan di luar negri klub sepak bola sudah dikuasai dengan para kapitalis yang bisa menguasai klub sepakbola,” paparnya.

Andy Fuller menjelaskan bahwa sebaiknya, tim management sebuah klub sepakbola bisa memperlakukan dan menghormati suporter karena suporterlah yang dapat membuat klub sepakbola itu berdiri saat tumbang. Selain itu setiap stadion sebaiknya memberikan pengamanan yang ketat dan perbaikkan sebuah stadion perlu  dukungan penuh dari pemerintah kota. (Icha)

 

 

PBJ UMY Lakukan Penelitian Tentang Budaya dan Pelafalan Bahasa Jepang

$
0
0
IMG_9476

Dosen dan mahasiswa PBJ UMY saat hadir dalam seminar menyambut Milad ke-2 PBJ UMY

Memasuki tahun ke-2 berdirinya Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PBJ UMY), maka PBJ UMY mengadakan Milad ke-2. Milad yang ke-2 ini berbeda dengan Milad sebelumnya, pada Milad ke-2 ini dosen PBJ mempresentasikan hasil penelitian terkait dengan fonologi dan sosiolinguistik pada mahasiswa PBJ. Penelitian ini juga digunakan untuk memberi masukan dalam proses pengajaran di PBJ UMY. Selain itu penelitian ini juga berguna untuk menambah wawasan kepada mahasiswa tentang budaya Jepang dan pelafalan bahasa Jepang.

Penelitian ini dibuat oleh empat dosen PBJ yaitu, Rosi Roasiah, S. Pd, Sonda Sanjaya, S. S, M. Pd, Thamita Islmi Indraswari, S. S, M. Pd, dan Yuli Wahyuni, S. Pd, M. Pd. Penelitian ini juga didukung dan dibantu oleh mahasiswa. “Dalam melakukan penelitian ini, keempat dosen tersebut menggunakan sample mahasiswa PBJ semester 1,” jelas Ikhwanul Muslimin, selaku ketua panitia saat ditemui pada pembukaan Milad ke-2, Sabtu (27/12) di Unires Putri UMY.

Dalam penelitian ini, ada dua fokus yang dikaji oleh para dosen PBJ UMY, yakni Fonologi dan Sosioliguistik. Pada aspek Fonologi penelitiannya dititik beratkan pada pelafalan bahasa Jepang, karena terkadang pelafalan yang di ucapkan oleh orang Indonesia dengan orang Jepang berbeda. Jika hal ini terus terjadi dan tidak segera dibenahi maka akan menyusahkan lawan bicaranya, apalagi ketika kita berbicara dengan orang Jepang. Selain itu ketika kita sudah terbiasa menggunakan bahasa Jepang dengan salah, maka akan sulit untuk memperbaikinya. Jadi lebih baik pelafalan dalam menggunakan bahasa Jepang diperbaiki sedini mungkin.

Pada penelitian yang terkait dengan Fonologi ini, Yuli Wahyuni, S. Pd, M. Pd dan Rosi Roasiah, S. Pd menggunakan sistem pengajaran Shadowing. Pengajaran Shadowing adalah bagaimana mahasiswa dapat menyimak proses pengolahan di tingkat mikro yang diaktifkan. Ada tiga model shadowing yang telah diterapkan antara lain adalah complete shadowing (penyimak menirukan segala sesuatu yang diucapkan oleh pembicara), selective shadowing (penyimak menyeleksi kata atau frasa yang penting untuk ditirukan), dan interactive shadowing (penyimak diberikan pertanyaan dan memberikan komentar, sehingga pembelajaran dua arah terwujud).

Di beberapa kesempatan yang sama Rosi Roasiah, S. Pd mengatakan bahwa sample yang diambil adalah mahasiswa semester 1 PBJ sebanyak 48 mahasiswa. “Dalam proses penelitian ini kami melakukan eksperimen sebanyak 10 kali dalam waktu 30 menit. Nantinya, mahasiswa akan mendengarkan audio dan membayangi audio. Ada 20 kosa kata yang akan diberikan pada mahasiswa, masing-masing terdiri dari 10 kosa kata Hiragana dan 10 kosa kata Katakana setiap pertemuannya, “ jelasnya.

Dari hasil penelitian tersebut terungkap bahwa, pelafalan yang mudah dikuasai merupakan kosa kata yang sebagian besar telah diketahui mahasiswa dan memiliki ciri pelafalan yang sama dengan kosa kata bahasa Indonesia. sedangkan, pelafalan yang sulit dikuasai merupakan kosa kata yang baru diketahui dan mempunyai pelafalan yang berbeda dengan kosa kata bahasa Indonesia. “Banyak kosa kata yang artinya beda, namun terkadang dianggap mahasiswa sama,” jelas Yuli Wahyuni, S. Pd, M. Pd.

Selain penelitian terkait dengan Fonologi, Sonda Sanjaya, S. S, M. Pd dan Thamita Islmi Indraswari, S. S, M. Pd juga melakukan penelitian terkait dengan sosiolinguistik. Sosiolinguistik ini lebih fokus pada bagaimana kita bisa mengenal kebudayaan dan tingkah laku orang Jepang sendiri. “Kebiasaan orang Jepang pasti berbeda dengan orang Indonesia, hal ini bisa dilihat dari tingkah laku orang Jepang dalam melakukan sesuatu. Misalnya ketika orang Jepang meminta tolong maka ada penggunaan bahasa yang berbeda agar kalimat yang diucapkan tidak terkesan seperti menyuruh,” papar Sonda Sanjaya, S. S, M. Pd.

Dalam penelitian ini Sonda Sanjaya, S. S, M. Pd dan Thamita Islmi Indraswari, S. S, M. Pd melihat sejauh mana mahasiswa bisa mengerti tingkah laku dan kebiasaan orang Jepang. Misalnya, ketika antar mahasiswa meminjam atau mengmbalikkan sebuah buku. Dari kebiasaan tersebut akan terlihat bagaimana mahasiswa mengaplikasikan kebiasaan orang Jepang. “Hasilnya adalah fifty-fifty masih ada beberapa mahasiswa yang belum memahami kebiasaan orang Jepang dalam bertingkah laku,” ujar Thamita.

Selain mengadakan seminar atau mempresentasikan hasil penelitian, dalam Milad ini juga akan menampilkan hiburan yang akan diselenggarakan pada malam harinya pukul 18.00 dari beberapa organisasi yang ada di Himpunan Mahasiswa Jurusan PBJ Nikigakka (Nihon Go Kyoiku Gakusei Kai). “Organisasi yang akan perform adalah dari Ongaku kai (Club Music), Odori Kai (Club Dance), Ryori Kai (Club Cook), dan Shuji Kai (Club Caligrafi). Selain itu nanti para dosen juga akan menceritakan tentang sejarah berdirinya PBJ di UMY, “ papar Ikhwanul Muslimin lagi.

Ikhwanul juga berhapap setalah Milad ini mahasiswa bisa lebih mengetahui dan memahami perbedaan sosiolinguistik dan fonologi di Jepang. Selain itu ia juga berharap agar PBJ lebih bisa dikenal lagi oleh masyarakat luas. “Ini sesuai dengan tema yang diambil dalam Milad ke-2 yaitu Utsukushiku Kagayaku yang artinya Indah dan Bersinar, dan Milad ke-2 ini juga bisa dijadikan promosi bagi PBJ UMY sendiri,” imbuhnya.

Viewing all 3507 articles
Browse latest View live